5 Ular yang Menggunakan Nama Daerah, Biasanya Hewan Endemik!

- Katang benggala, ular berbisa tinggi paling berbahaya di India, masuk famili Elapidae
- Kobra jawa, ular berbisa tinggi endemik Indonesia dengan panjang maksimal sekitar 1,8 meter
- Sanca semak australia, salah satu ular terbesar di Australia dengan panjang mencapai 5.6 meter dan bobot maksimal di angka 27 kilogram
Tentunya, tiap spesies ular memiliki wilayah penyebaran yang berbeda. Ada yang ditemukan di Asia, Australia, Eropa, Afrika, atau Amerika. Nah, terkadang nama yang dimiliki ular diambil dari wilayah penyebarannya tersebut. Hal tersebut sering dilakukan dengan tujuan agar nama mereka mudah diingat oleh banyak orang dan menunjukan dari mana ular tersebut berasal.
Tak hanya itu, penamaan dengan nama daerah juga membuat ular-ular tersebut menjadi lebih terkenal. Jadi, apa kamu sudah tahu ular apa saja yang namanya menggunakan nama daerah? Jika belum, kali ini kita akan membahas beberapa diantaranya agar pengetahuanmu bertambah. Pembahasannya akan rinci dan mendalam karena mencakup ciri fisik, kebiasaan, penyebaran, hingga tingkatan bisa mereka.
1. Katang benggala

Secara umum, daerah benggala atau bengal merujuk ke wilayah India, khususnya India bagian timur. Nah, ular dengan nama ilmiah Bungarus caeruleus ini merupakan ular yang sering ditemukan di daerah tersebut sehingga di dinamakan katang benggala. Dilansir India Biodiversity Portal, katang benggala masuk ke dalam The Big Four, yaitu empat spesies ular berbisa tinggi paling berbahaya di India.
Katang benggala sendiri masuk ke famili Elapidae, alhasil ia berkerabat dengan ular weling, welang, mamba, dan kobra. Memiliki bisa neurotoksin mematikan, reptil ini sanggup melumpuhkan burung, tikus, hingga manusia dewasa. Untungnya, ia tidak agresif dan takut dengan manusia. Umumnya, ular sepanjang 1 meter dengan garis putih ini lebih sering ditemukan di semak-semak, area lembap, atau di dalam hutan.
2. Kobra jawa

Naja sputatrix atau kobra jawa merupakan hewan endemik Indonesia. Tak cuma di Pulau Jawa, laman The Reptile Database juga menjelaskan kalau reptil ini bisa dijumpai di Pulau Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Komodo, Alor, Lomblen, dan Sulawesi. Layaknya kobra lain, ia merupakan ular berbisa tinggi yang berbahaya. Selain menggigit, ular ini juga bisa menyemburkan bisa.
Kobra jawa sendiri termasuk ular berukuran sedang dengan panjang maksimal sekitar 1,8 meter. Soal habitat, ia kerap dijumpai di sawah, semak-semak, hutan, kebun, dan area lembap. Di sana, kobra jawa sering terlihat berkelana dan mencari makanan yang berupa tikus, burung, dan reptil berukuran kecil. Populasinya juga masih melimpah, jadi ular ini sering berjumpa dengan manusia.
3. Sanca semak australia

Ular dengan nama ilmiah Simalia kinghorni ini merupakan salah satu ular terbesar di Australia dengan panjang yang mencapai 5.6 meter dan bobot maksimal di angka 27 kilogram. Uniknya, walau panjang dan besar, sanca semak australia tetap lincah dan gesit. Bayangkan saja, ia bisa memanjat pohon, masuk ke semak-semak, sampai menyelinap di area sempit. Tak hanya itu, warna cokelat di tubuhnya juga membantu reptil ini untuk berkamuflase.
Dilansir Atlas of Living Australia, sanca semak australia merupakan satwa endemik Negeri Kanguru. Tercatat, penyebarannya terpusat di beberapa wilayah, seperti Australia Utara, Queensland, dan Cape York. Di alam liar, ular tidak berbisa ini merupakan predator ganas yang bisa memakan apapun, mulai dari tikus, burung, kadal, hingga kanguru. Mengandalkan gigi tajam dan lilitan kuat, ia bisa melumpuhkan semua jenis hewan.
4. Viper eropa

Ular dengan nama ilmiah Vipera berus ini memang bernama viper eropa, namun penyebarannya lebih luas karena mencapai beberapa wilayah Asia. Seperti ular viper lain, viper eropa punya tubuh yang tidak terlalu panjang dan kepala berbentuk segitiga. Dilansir Animal Diversity Web, panjang maksimal ular ini hanya 80 centimeter dan tubuhnya diselimuti warna cokelat, hitam, dan krem.
Soal bisa, ia tak kalah dari spesies viper lain karena bisanya mampu menyebabkan berbagai komplikasi yang bisa berujung pada kematian jika tidak ditangani serius. Untungnya, ia bukan ular yang agresif dan cenderung takut dengan manusia. Hanya saja, jika diganggu viper eropa akan menyerang balik. Uniknya, walau berbahaya ular ini juga bermanfaat bagi manusia, khususnya sebagai pembasmi hama alami.
5. Boa pasir arab

Ular ini merupakan spesies ular boa, artinya ia sama sekali tidak berbisa dan tidak berbahaya bagi manusia. Lebih lanjut, Eryx jayakari atau boa pasir arab bisa dijumpai di beberapa daerah, seperti Saudi Arabia, Oman, Yemen, dan Kuwait. Seperti namanya, ular ini merupakan hewan fosorial yang hidup di dalam pasir. Di banyak kesempatan, ular sepanjang 30 centimeter ini akan mengubur diri di dalam pasir sembari menunggu mangsa.
Melansir iNaturalist boa pasir arab merupakan hewan nokturnal yang sangat aktif pada malam hari. Gerakannya sendiri lambat, badannya silinder, dan ia sama sekali tidak agresif. Berbedda dari ular boa lain yang merupakan spesies ovovivipar, boa pasir arab justru bereproduksi dengan bertelur atau ovipar. Masa inkubasi telurnya sendiri berlangsung sekitar 66 hari dan telur hewan ini akan berkembang maksimal di suhu sekitar 33 °C.
Penggunaan nama daerah pada ular bukanlah hal yang dilakukan secara sembarangan. Nyatanya, penggunaan nama daerah memberikan identitas pada ular dan membuat orang-orang bisa lebih memahami ular tersebut. Tentunya, tergantung daerahnya tiap ular juga memiliki keunikan dan kebiasaan yang berbeda. Contohnya, ular yang dengan nama arab sangat suka hidup di pasir dan ular dengan nama jawa ternyata merupakan sataw endemik.