Bakteri Usus Ternyata Bisa Bikin Suasana Hati Kita Jadi Lebih Baik

Di dalam usus kita hidup triliunan bakteri baik yang penting untuk kesehatan tubuh. Tidak hanya membantu mencerna makanan, bakteri-bakteri baik dalam usus ini juga berperan dalam membentuk kekebalan tubuh dan melawan bakteri patogen penyebab penyakit.
Tapi siapa sangka, menurut penelitian, bakteri usus juga berperan untuk mencegah depresi dan gangguan kecemasan, lho. Kok bisa, ya? Berikut penjelasannya.
1.Kaitan antara saluran cerna dan otak ini disebut Gut-Brain-Axis

Menurut sebuah ulasan dari berbagai penelitian yang dimuat dalam jurnal Annals of Gastroenterology, saluran cerna dengan otak kita saling berhubungan. Hubungan ini terjadi akibat sistem timbal balik antara saraf pusat, sistem hypothalamic pituitary adrenal (HPA) dan sistem saraf enterik di usus yang disebut sebagai Gut-Brain-Axis (GBA).
HPA adalah bagian di dalam otak kita yang merespon stres. Saat dilanda emosi dan stres dari lingkungan, HPA yang ada di otak kita teraktivasi sehingga menstimulasi pelepasan hormon kortisol yang dikenal sebagai hormon stres.
Selain itu, secara bersamaan, HPA juga memengaruhi sistem pada saluran cerna seperti sistem saraf enterik serta lapisan otot yang memengaruhi gerakan usus dan mukosa yang melindungi usus.
2. Lalu bagaimana bakteri usus bisa memengaruhi otak?

Dalam ulasan tersebut di atas, dijelaskan bahwa hewan yang sebelumnya diberi formula kombinasi probiotik mengandung Lactobacillus helveticus R0053 dan Bifdobacterium longum R1075 mengalami perbaikan integritas permukaan usus. Selain itu, aktivitas HPA pada hewan tersebut juga berkurang yang dinyatakan dengan menurunnya level hormon kortisol dalam plasma darah.
Mikroba usus juga berinteraksi dengan GBA melalui komunikasi dengan sistem saraf sensorik. Dalam penelitian tersebut, mikroba usus dapat memengaruhi sistem saraf enterik dengan menghasilkan senyawa menyerupai senyawa neurotransmitter seperti GABA, serotonin, melatonin dan asetilkolin. Hal ini terjadi pada hewan yang diinduksi dengan probiotik Lactobacillus reuteri melalui makanannya.
Lebih jauh lagi, bukti-bukti menunjukkan bahwa kemampuan mikroba usus dalam memengaruhi otak tersebut melibatkan saraf yang disebut saraf vagus. Saraf ini bertugas mentransmisikan informasi dari dalam usus kita ke sistem saraf pusat.
Hal ini ditunjukkan saat tikus yang mengalami radang usus dihilangkan saraf vagusnya, efek penenang dari probiotik dengan Bifdobacterium longum tidak muncul.
3. Manfaat bakteri baik dalam menangani stres

Manfaat probiotik untuk menjaga mood telah banyak diteliti sebelumnya. Penelitian pada manusia menunjukkan bahwa konsumsi minuman mengandung probiotik mampu mengurangi gejala depresi dan kecemasan.
Dipublikasikan dalam European journal of Clinical Nutrition, pasien dengan stres kronis diberikan terapi probiotik yang mengandung spesies Bifdobacterium selama tiga minggu. Hasilnya, pasien dengan kondisi stres yang buruk menunjukkan respon yang baik terhadap terapi, yang ditandai dengan perbaikan suasana hati dan fungsi kognitif.
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Messaoudi yang dimuat dalam British Journal of Nutrition, relawan yang sehat tanpa gejala depresi diberikan suplemen probiotik selama 30 hari. Relawan tersebut dibandingkan dengan kelompok lain yang diberi terapi obat antidepresan.
Ternyata, kelompok yang mengonsumsi probiotik memiliki level kortisol dalam darah yang lebih rendah. Dilaporkan juga, bahwa efek psikologis yang dirasakan setara dengan terapi dengan obat penenang.
Nah, sudah tahu kan? Ternyata otak dan usus kita berkaitan erat hingga memengaruhi suasana hati kita. Tidak ada salahnya kita mulai mengonsumsi produk probiotik yang mengandung bakteri baik untuk menjaga kesehatan usus dan mental kita mulai hari ini.