Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengapa Semut Membuat Jembatan dari Dirinya Sendiri? Cek Faktanya!

ilustrasi semut (pexels.com/Poranimm Athithawatthee)
ilustrasi semut (pexels.com/Poranimm Athithawatthee)
Intinya sih...
  • Semut memiliki kemampuan bekerja sama luar biasa dengan membuat jembatan hidup dari tubuhnya sendiri untuk menyeberangi rintangan.
  • Jembatan hidup semut adalah bentuk adaptasi alami yang memungkinkan mobilitas tinggi tanpa kehilangan efisiensi kerja, terutama di lingkungan hutan tropis.
  • Pembentukan jembatan hidup merupakan hasil dari perilaku kolektif yang sangat terorganisasi, dimana semut saling berkomunikasi melalui feromon dan rangsangan fisik.

Semut dikenal sebagai makhluk kecil dengan kecerdasan kolektif yang luar biasa, bahkan memiliki kemampuan bekerja sama yang terlihat sangat mengagumkan. Salah satu perilaku unik yang dimiliki semut adalah kerap membuat jembatan hidup dari tubuhnya sendiri agar bisa menyeberangi rintangan, seperti air, celah, atau pun permukaan yang dianggap licin.

Fenomena jembatan hidup sebetulnya bukan hanya sekadar insting tanpa arah, melainkan hasil dari komunikasi kimia, struktur sosial, dan juga efisiensi energi yang sangat kompleks. Dibalik tindakan ini ternyata tersimpan beberapa prinsip ilmiah dan alasan biologis yang dapat menjelaskan mengapa semut bisa melakukan hal tersebut.

1. Adaptasi terhadap lingkungan yang sulit

ilustrasi semut (unsplash.com/Parvana Praveen)
ilustrasi semut (unsplash.com/Parvana Praveen)

Semut biasanya membuat jembatan dari tubuh sebagai bentuk adaptasi alami untuk bisa mengatasi berbagai rintangan di jalur eksplorasi atau perburuan makanan, seperti aliran air kecil, permukaan yang licin, hingga celah tanah yang mungkin tidak bisa dilewati secara individu. Dengan membentuk adanya jembatan hidup maka mereka bisa menciptakan jalan sementara yang cenderung stabil dan aman, sehingga memungkinkan anggota koloni lain untuk bisa lewat tanpa harus mengambil jalur yang memutar karena akan memakan waktu dan tenaga.

Adaptasi yang satu ini dinilai sangat penting bagi semut untuk bisa bertahan hidup di lingkungan hutan tropis atau di daerah dengan vegetasi yang cukup padat karena tanahnya cenderung tidak rata dan penuh dengan rintangan. Jembatan hidup sangat memungkinkan mobilitas tinggi tanpa berpotensi kehilangan efisiensi kerja dan memastikan bahwa koloni tersebut tetap saling terhubung pada saat mencari makanan.

2. Perilaku kolektif dan terkoordinasi

ilustrasi semut (pexels.com/Ludwig Kwan)
ilustrasi semut (pexels.com/Ludwig Kwan)

Pembentukan jembatan hidup seolah merupakan hasil dari perilaku kolektif yang sangat terorganisasi, yaitu semut saling berkomunikasi melalui feromon dan juga rangsangan fisik agar bisa menentukan posisi panjang jembatan yang diperlukan. Tidak ada satu pemimpin tunggal yang dapat memberi perintah, namun keputusan tersebut biasanya dibuat secara terdistribusi berdasarkan sinyal kimia yang ditunjukkan satu sama lain.

Koordinasi yang harmonis seolah menunjukkan tingkat kecerdasan sosial yang tinggi pada semut, yaitu dimana masing-masing individu bersedia untuk mengorbankan kenyamanan demi kepentingan koloni. Tanpa adanya sistem komunikasi yang efisien, maka formasi jembatan tidak akan mungkin terbentuk dengan akurasi dan kecepatan yang cukup tinggi.

3. Efisiensi energi dan waktu

ilustrasi semut (pexels.com/Egor Kamelev)
ilustrasi semut (pexels.com/Egor Kamelev)

Membentuk jembatan hidup sangat memungkinkan semut untuk bisa menghemat waktu dan energi yang diperlukan pada saat mengelilingi rintangan besar atau mendaki permukaan vertikal yang cukup sulit. Dengan meminimalisir jarak tempuh, maka semut bisa dengan cepat membawa makanan ke sarang dan juga mempercepat proses distribusi nutrisi ke seluruh anggota koloni yang ada.

Dari sudut pandang evolusi sebetulnya strategi ini dapat memberikan keuntungan adaptif yang cukup signifikan, sebab memungkinkan koloni untuk bisa bertahan hidup dengan cara yang lebih efisien di lingkungan yang sangat kompetitif. Energi yang tersimpan dari efisiensi gerakan tersebut juga dapat dialokasikan untuk berbagai aktivitas lain, seperti pemeliharaan sarang, pertahanan, hingga perawatan larva.

4. Fleksibilitas struktur yang dinamis

ilustrasi semut (unsplash.com/@blackprince_in)
ilustrasi semut (unsplash.com/@blackprince_in)

Jembatan semut ternyata memiliki struktur yang fleksibel dan juga bisa mengalami perubahan bentuk atau panjang, tergantung pada situasi yang ada, sebab semut yang terlibat bisa saja berganti posisi atau menyesuaikan formasi dengan kebutuhan. Ketika tekanan meningkat atau adanya perubahan rute, maka biasanya semut yang berada pada bagian bawah akan secara otomatis berganti tempat dengan yang lain agar beban tersebut terbagi dengan merata dan jembatan tetap stabil.

Kemampuan untuk beradaptasi secara real time seolah membuat jembatan semut menjadi solusi yang tepat dan cerdas untuk bisa bertahan hidup di kondisi lingkungan yang semakin berubah. Pada saat situasi terlalu berbahaya, maka jembatan tidak lagi diperlukan, sehingga formasi tersebut dapat dengan cepat dibongkar tanpa harus menimbulkan gangguan besar pada koloni.

Jembatan tubuh yang dibentuk oleh semut ternyata merupakan salah satu contoh paling mengagumkan dari kecerdasan kolektif di dunia hewan. Hal ini semakin didorong dengan kebutuhan adaptasi dan efisiensi energi yang membuat hal tersebut menjadi sangat menarik. Semut seolah menunjukkan bahwa kerja sama dapat memberikan keuntungan untuk koloni!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us