Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Berbagai sumber

"Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah!" - Soekarno, 1966

Salah satu peristiwa kelam yang mencoreng sejarah Indonesia adalah Gerakan 30 September oleh Partai Komunis Indonesia atau yang populer disebut G30S/PKI. Pembantaian dan kudeta yang dipimpin oleh DN Aidit tersebut bertujuan untuk menjadikan Indonesia negara komunis. 

G30S/PKI tepatnya terjadi pada 30 September 1965 di berbagai daerah di Indonesia, namun pusatnya berada di Jakarta dan Yogyakarta. Saat itu, para aktivis PKI tak hanya menyiksa dan membunuh rakyat yang tidak bersalah. Mereka juga menculik sejumlah anggota TNI Angkatan Darat dan membantainya dengan kejam.

Untuk mengenang jasa sepuluh perwira TNI yang gugur di tangan PKI dalam mempertahankan negara Indonesia, mereka pun diberi gelar Pahlawan Revolusi. Berikut ini 10 orang Pahlawan Revolusi yang harus kamu ketahui!

1. Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani

wikimedia.org

Sejak tahun 1962, Ahmad Yani adalah orang nomor satu di Angkatan Darat. Ia menjabat sebagai Panglima AD ke-6 di pemerintahan Presiden Soekarno. Ia juga merupakan figur yang disenangi oleh sang presiden.

Sebelum 30 September 1965, Ahmad Yani sebenarnya sempat mendengar desas-desus bahwa DN Aidit dan pasukan akan menindak para jenderal. Namun ia tidak menghiraukannya karena sebelumnya peringatan tersebut adalah gertakan kosong. Ia pun tidak memperketat pasukan pengawal untuk dirinya sendiri. 

Sampai akhirnya pada dini hari 1 Oktober 1965, pasukan Pasopati PKI mengepung kediaman Ahmad Yani. Sang jenderal yang berusaha berontak pun ditembak dan dibawa pergi dengan bersimbah darah. Dua hari kemudian, jasadnya ditemukan di sumur Lubang Buaya, Jakarta Timur bersama dengan enam perwira lainnya. 

Lahir di Purworejo, Jawa Tengah, 19 Juni 1922, Ahmad Yani adalah salah satu Pahlawan Revolusi yang sangat terkenal. Jasanya begitu besar terhadap Republik Indonesia sehingga namanya diabadikan menjadi nama jalan di kota-kota besar. 

2. Letnan Jenderal R. Suprapto

Editorial Team

Tonton lebih seru di