Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Periset BRIN Pastikan Meteor Cirebon Tidak Menimbulkan Dampak

ilustrasi meteor jatuh (pixabay.com/Buddy_Nath)
ilustrasi meteor jatuh (pixabay.com/Buddy_Nath)
Intinya sih...
  • Meteor jatuh di Laut Jawa pada Minggu malam, menimbulkan suara dentuman keras dan getaran.
  • Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memastikan meteor tidak menimbulkan dampak fisik, hanya gelombang kejut.
  • Periset dapat menganalisis komposisi meteor dari spektrumnya, namun riset memerlukan jaringan pengamatan yang luas.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pada Minggu malam (05/20/2025) Laut Jawa kejatuhan meteor. Peristiwa ini menimbulkan dentuman keras yang cukup membuat banyak masyarakat di sekitar bertanya-tanya. Jika sebelumnya efek dari jatuhnya meteor ini hanya terasi di Kuningan dan Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, sejumlah peneliti mengatakan bahwa ini juga berefek sampai Brebes, Tegal dan Pekalongan Jawa Tengah.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan tegas menyampaikan bahwa peristiwa ini tidak menimbulkan dampak, hanya suara dentuman karena gelombang kejut.

Hanya suara dentuman

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Cirebon (ACJM) mengindikasikan getaran pukul 18:39 dengan azimut 221. Saat benda langit itu memasuki atmosfer yang lebih rendah, dia menimbulkan gelombang kejut berupa suara dentuman.

"Tidak berdampak selain suara dentuman karena gelombang kejut. Tidak ada kerusakan yang ditimbulkannya," ujar Peneliti Riset Antariksa BRIN, Thomas Djamaluddin kepada IDN Times.

Meteor yang berpapasan dengan Bumi tidak bisa diprediksi, begitu juga titik jatuhnya. Dampaknya pun bergantung pada ukurannya. Jika yang berukuran besar jatuh ke darat, maka bisa menimbulkan benturan kuat dan membentuk lubang menyerupai kawah.

Sedangkan jika jatuh ke laut, benturannya bisa menimbulkan gelombang yang kekuatannya bergantung ukuran meteor. Sebagian besar energinya terserap air sehingga dampaknya tidak sebesar bila jatuh di darat.

Titik jatuhnya tidak bisa diprediksi

ilustrasi mengamati hujan meteor di malam hari. (freepik.com/ArtPhoto_studio)
ilustrasi mengamati hujan meteor di malam hari. (freepik.com/ArtPhoto_studio)

Meteor adalah batuan antariksa yang mengorbit Matahari lalu berpapasan dengan Bumi dan akan terbakar saat objek memasuki atmosfer. Namun jika ukurannya cukup besar, bagian depannya akan terbakar, sementara sisanya bisa tetap bertahan dan berpotensi jatuh hingga ke permukaan Bumi.

Thomas menyebut bahwa meteor jatuh adalah peristiwa masuknya batuan antariksa ke atmosfer bumi karena lintasan orbit batuan antariksa yang berpapasan dengan Bumi. Semua wilayah di Bumi punya peluang yang sama untuk kejatuhan atau dilintasi meteor, bukan hanya Indonesia.

Jika dibandingkan dengan kejadian meteor Bone 2009, yang menimbulkan dentuman keras hingga jarak 10 km dan kaca jendela rumah bergetar, meteor Cirebon ukurannya lebih kecil namun cukup menimbulkan gelombang kejut. Meteor Bone ditaksir oleh peneliti Badan Penerbangan dan Antariksa (NASA) ukurannya sekitar 10 meter. Sementara Thomas memperkirakan ukuran meteor Cirebon sekitar tiga sampai lima meter.

Manfaat untuk periset

Masuknya meteor ke atmosfer Bumi terkait dengan distribusi batuan di antariksa. Meteor kecil hampir setiap hari masuk ke atmosfer Bumi. Sehingga semakin besar ukurannya, semakin jarang masuk. 

"Periset juga bisa menganalisis komposisi meteor dari spektrumnya. Tetapi riset meteor memerlukan jaringan pengamatan yang luas karena waktu dan titik jatuhnya yang tidak bisa diperkirakan," Thomas mengatakan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us

Latest in Science

See More

Kenapa Beberapa Negara Berganti Nama Sepanjang Sejarah?

08 Okt 2025, 07:05 WIBScience