Sejarah Masuknya Islam ke Maladewa, Negara Muslim di Samudra Hindia

- Islam masuk melalui pedagang Arab abad ke-10
- Dakwah ulama Maroko memikat hati warga lokal
- Raja Dhovemi masuk Islam
Maladewa adalah suatu negara kepulauan yang tersohor karena keindahan alam pantainya. Sering disebut sebagai destinasi bulan madu favorit, negara ini ternyata mengklaim seratus persen penduduknya beragama Islam. Fakta ini membuat banyak orang penasaran, bagaimana Islam bisa sampai ke pulau-pulau kecil di Samudra Hindia ini, bahkan menjadi agama resmi negara? Untuk memahami hal itu, mari kita telusuri fakta sejarah masuknya Islam ke Maladewa berikut.
1. Islam masuk melalui pedagang Arab abad ke-10

Jauh sebelum kedatangan penjajah Eropa, wilayah Samudra Hindia sudah ramai dilalui jalur perdagangan internasional. Maladewa yang berada di jalur maritim, tentu menjadi persinggahan para pedagang dari India, Persia, dan terutama Arab. Maldives Mission menjelaskan bahwa dokumentasi awal kedatangan pedagang Arab di Maladewa tercatat dimulai tahun 947 M.
Para pedagang Muslim itu tidak hanya menawarkan barang-barang dagangan seperti rempah-rempah, mutiara, dan kain, tetapi juga membawa ajaran Islam dalam interaksi sehari-hari. Penduduk lokal mulai mengenal praktik keagamaan baru ini melalui hubungan dagang yang erat. Dengan cara damai dan bertahap, Islam pun mulai dikenal masyarakat Maladewa.
2. Dakwah ulama Maroko memikat hati warga lokal

Meski Islam sudah diperkenalkan lewat perdagangan, pengaruh besar datang dari seorang ulama bernama Abu al-Barakat yang berasal dari Maroko. Ia datang ke pulau-pulau Maladewa sekitar abad ke-12. Al-Barakat dikenal sebagai pendakwah yang bijaksana dan berhasil memikat hati masyarakat lewat ilmu serta akhlaknya.
Cerita populer menyebutkan bahwa Abu al-Barakat juga menolong penduduk Maladewa dari gangguan roh laut yang ditakuti kala itu. Seperti dijelaskan dalam laman Lets Go Maldives, kisah Abu al-Barakat inilah yang diyakini menjadi titik balik penyebaran Islam di Maladewa, hingga akhirnya raja setempat pun memeluk agama Islam.
3. Raja Dhovemi masuk Islam

Dilansir Facts and Details, momen paling krusial dalam sejarah Islam di Maladewa adalah ketika rajanya memeluk Islam. Sang raja, bernama Dhovemi yang sebelumnya beragam Budha, diyakini memeluk agama Islam pada tahun 1153 M. Setelah peristiwa ini, ia mengganti namanya menjadi Sultan Muhammad al-Adil.
Konversi sang raja menjadi titik balik karena rakyat biasanya mengikuti agama yang dianut pemimpin mereka. Sejak saat itu, Islam mulai menyebar luas dan berkembang pesat di seluruh kepulauan Maladewa.
4. Sang raja mengukuhkan nilai Islam di kehidupan sehari-hari

Setelah masuk Islam, Sultan Muhammad al-Adil tidak berhenti di situ. Ia berupaya memperkuat ajaran agama baru ini dengan mendirikan masjid dan pusat dakwah. Beberapa masjid tua di Maladewa, bahkan yang berdiri sejak abad ke-12, masih bisa ditemui hingga kini. Jejak ini menjadi bukti sejarah panjang Islam di sana.
Selain itu, pendidikan agama juga mulai dikembangkan sehingga Islam tidak hanya menjadi simbol, tetapi benar-benar meresap ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Dengan langkah ini, Islam semakin kokoh sebagai fondasi identitas bangsa Maladewa.
5. Setelah merdeka dari Inggris, Islam resmi jadi identitas nasional

Ketika Maladewa meraih kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1965, para pemimpinnya memilih untuk meneguhkan Islam sebagai agama negara. Konstitusi Maladewa menegaskan bahwa setiap warga negaranya harus beragama Islam, dan presiden pun diwajibkan beragama Islam Sunni. Hal ini menjadikan Maladewa sebagai salah satu dari sedikit negara di dunia yang seluruh penduduknya secara resmi beragama Islam. Hingga kini, identitas Islam masih sangat melekat dalam kehidupan sosial, hukum, dan budaya Maladewa.
Sejarah masuknya Islam di Maladewa menunjukkan bahwa penyebaran agama bisa berlangsung damai melalui perdagangan, dakwah, dan teladan pemimpin. Islam tidak hadir secara tiba-tiba, melainkan tumbuh bersama identitas masyarakat hingga akhirnya menjadi fondasi negara. Menarik, ya!