Sejarah Origami Jepang, dari Pengaruh Tiongkok hingga jadi Seni Modern

Origami merupakan seni yang tidak terpisahkan dari budaya Jepang. Sebutan origami itu sendiri berasal dari kosakata bahasa Jepang, yakni ‘oru’ yang artinya ‘melipat’, dan ‘kami’ yang berarti ‘kertas’.
Pada mulanya, origami tidak seperti yang kita kenal saat ini. Origami mengalami perjalanan sejarah yang panjang sebelum menjadi seni modern seperti sekarang. Yuk, simak sejarah perkembangan seni origami berikut ini!
1.Pengaruh budaya Tiongkok

Munculnya seni origami bermula dari Tiongkok dan berhubungan erat dengan penemuan kertas. Ts’ai Lun adalah sosok yang pertama kali mengenalkan pembuatan kertas di Tiongkok. Penemuan kertas ini terjadi pada abad pertama, kurang lebih tahun 105 M.
Menyusul penemuan kertas, berkembang pula pelipatan kertas untuk pertama kalinya di Tiongkok. Pelipatan kertas ini dinamakan Zhe Zhi dan fungsi utamanya adalah untuk ritual keagamaan. Zhe Zhi inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya origami di Jepang.
Diperkirakan, pengaruh Zhe Zhi masuk ke Jepang bersamaan dengan masuknya metode pembuatan kertas ke negara tersebut, yakni sekitar tahun 610 M.
Kertas diperkenalkan ke masyarakat Jepang pada masa pemerintahan kaisar wanita Suiko. Orang yang mengenalkannya adalah biksu Buddha bernama Doncho (Dokyo) dari Goguryeo (Semenanjung Korea).
2.Origami di zaman Heian

Selama masa Heian (794—1185 M), origami berperan penting dalam kegiatan upacara dan keagamaan, terutama bagi kepercayaan Shinto. Untuk keperluan persembahan, origami digunakan sebagai penutup botol sake.
Pada upacara pernikahan Shinto, origami dibuat menjadi bentuk kupu-kupu jantan (O-cho) dan kupu-kupu betina (Me-cho). Bentuk origami tersebut sebagai lambang pengantin pria dan wanita.
Di masa Heian, origami lebih dikenal dengan sebutan orikata atau origata, orisui, ataupun orimino. Membuat origami menggunakan teknik memotong kertas dengan pisau juga mulai dipakai di zaman ini.
3. Origami di zaman Kamakura

Pada zaman Kamakura (1192—1333), noshi merupakan bentuk origami yang paling terkenal. Istilah noshi berasal dari singkatan ‘noshi-awabi’ yang bermakna daging tiram tipis yang dijemur.
Bagi orang Jepang, noshi-awabi disebut-sebut sebagai hidangan istimewa. Maka dari itu, origami noshi dianggap akan membawa keberuntungan bagi orang yang menerimanya.
Selama masa Kamakura, teknik memotong kertas origami memakai pisau masih diperbolehkan, tetapi perlahan mulai ditinggalkan. Noshi sendiri juga dibuat hanya dengan cara dilipat sederhana, tanpa dipotong.
4. Origami di zaman Muromachi

Di zaman Muromachi (1338—1573), pemakaian pisau untuk memotong kertas origami telah dihentikan. Alasannya adalah para pelipat kertas ingin menghasilkan kreasi origami tanpa bantuan alat apapun.
Pada masa ini dapat dikatakan bahwa origami berkembang menjadi alat pemisah antara kaum kelas atas dan kelas bawah. Umumnya, origami hanya dikenal di kalangan orang kaya karena kertas termasuk barang yang langka dan mahal. Maka dari itu, origami menjadi simbol status bagi masyarakat kelas atas.
5. Origami di zaman Edo

Zaman Edo (1600—1868) dapat dikatakan sebagai masa keemasan bagi kertas dan origami. Sejak zaman ini, produksi kertas mulai berlimpah dan mudah didapat. Oleh sebab itu, origami berkembang lebih pesat.
Origami tidak lagi menjadi milik kaum elit saja, melainkan menyebar di seluruh kalangan masyarakat. Origami juga diakui sebagai bentuk seni dan hobi, bukan hanya untuk kepentingan keagamaan.
Di masa ini pula muncul teknik memotong dan mewarnai kertas origami. Selain itu, terdapat hampir 70 bentuk origami yang dihasilkan, termasuk burung bangau (tsuru), balon, dan kapal.
6.Origami modern

Seni origami modern diperkenalkan oleh Akira Yoshizawa. Bahkan, sosoknya dianggap sebagai bapak origami modern.
Yoshizawa berkontribusi mengubah seni origami sederhana menjadi bentuk ekspresi artistik. Ia juga menjadi pelopor terciptanya teknik rumit dalam melipat origami, seperti lipatan basah dan lipatan organik.
Melalui bukunya yang berjudul Atarashi Origami Geijutsu, ia mengembangkan format origami bernama Yoshizawa-Randlett. Format Yoshizawa-Randlett adalah pedoman cara melipat origami dengan petunjuk simbol dan garis.
Buku Atarashi Origami Geijutsu terbit tahun 1954 dan telah dipakai sebagai panduan secara internasional. Bahkan, buku milik Yoshizawa tersebut masih terkenal hingga saat ini.
Itulah penjelasan mengenai sejarah perkembangan seni origami. Cikal bakal origami memang tidak murni berasal dari Jepang. Namun, seni pelipatan kertas ini mengalami perkembangan pesat di Jepang hingga menjadi seni modern seperti sekarang. Jadi tidak heran apabila origami disebut sebagai seni melipat kertas dari Jepang.