Richard: The Lionheart, Raja Inggris yang Merebut Kembali Yerusalem

"I am born of a rank which recognises no superior but God"

Richard I dari Inggris–yang sering disebut Richard si Hati Singa atau Richard Cœur de Lion dari Prancis–lahir pada tanggal 8 September 1157 di Oxford, Inggris.

Sikap ksatria dan kehebatannya dalam Perang Salib Ketiga (1189-1192) membuatnya menjadi raja yang populer di masanya dan juga pahlawan rakyat yang kisahnya selalu diceritakan selama beberapa generasi.

Lewat kisahnya dalam buku sejarah maupun aksi-aksinya dalam layar lebar, Richard I "The Lionheart" dikenal sebagai raja Eropa yang bisa menandingi Salahuddin selama Perang Salib dan berani memberontak melawan ayahnya, Henry II, di masa mudanya.

Namanya telah menjadi legenda rakyat Inggris, tetapi seberapa banyak yang kamu ketahui tentang dirinya? Untuk lebih lengkapnya, baca biografi Richard I di bawah ini yuk!

1. Kehidupan awal Richard I

Richard: The Lionheart, Raja Inggris yang Merebut Kembali Yerusalemancient.eu

Richard I lahir di tempat yang dikenal sebagai "Rumah Raja", sebuah istana yang dibangun oleh kakek buyutnya, Henry I, di luar gerbang utara kota Oxford. Richard lahir sebagai putra ketiga dari Henry II dan Eleanor dari Aquitaine. Walau lahir di Inggris, nyatanya Richard tidak bisa berbahasa Inggris dengan fasih karena lebih banyak menghabiskan masa kecilnya di Prancis.

Pada usia sembilan tahun, Richard dijodohkan dengan Putri Alais, putri Raja Prancis, Louis VII, yang berusia sama dengannya. Ayah Richard rupanya menipu Louis VII yang lemah agar menyerahkan putrinya yang masih muda, berjanji bahwa Alais akan dinikahi Richard ketika dia sudah cukup umur. Hal ini dilakukan Henry II untuk melanggengkan kekuasaan Inggris di tanah Prancis pada saat itu.

Pada usia 11 tahun, Richard dinobatkan sebagai Duke (adipati) Aquitaine, wilayah milik ibunya, dan dinobatkan sebagai adipati Poitiers pada tahun 1172. Richard memiliki kemampuan politik dan militer yang mumpuni di usia belia. Dia mendapatkan ketenaran karena kehebatannya sebagai ksatria, dan dengan cepat belajar bagaimana mengendalikan masalah aristokrat di wilayah Poitou dan Gascony.

2. Melakukan pemberontakan terhadap ayahnya di usia yang masih muda

Richard: The Lionheart, Raja Inggris yang Merebut Kembali Yerusalemspartacus-educational.com

Seperti semua putra Henry II, Richard tidak memiliki sikap berbakti kepada ayahnya, namun memiliki pandangan ke depan dan rasa tanggung jawab kepada rakyatnya. Dia bergabung dengan saudaranya, "Raja Muda" Henry dan Geoffrey, dalam pemberontakan besar (1173-1174) melawan ayahnya sebelum akhirnya Richard tunduk dan menerima pengampunan.

Ibunya, Eleanor, dipenjara karena dianggap telah menghasut putra-putranya untuk memberontak kepada Henry II. Richard diberi istana di Poitou dan setengah pendapatan dari Aquitaine, Raja Muda Henry diberi istana di daerah Normandia, dan Geoffrey diberi setengah wilayah Brittany. Richard yang belum sepenuhnya menyerah, kembali memimpin pemberontakan di wilayah Aquitaine.

Sikap keras Richard dalam memimpin rupanya membuat geram rakyat Gascons, yang memberontak pada tahun 1183. Mereka meminta bantuan Raja Muda Henry dan saudaranya, Geoffrey, dari Brittany dalam upaya mengusir Richard dari wilayahnya. Konflik ini sempat terhenti sebentar saat Raja Muda Henry wafat.

Setelah kematian kakaknya, Henry, Richard resmi menjadi putra tertua yang mewarisi Inggris, Normandia dan Anjou. Ayahnya–yang sedari awal tidak berniat memberikan kekuasaan kepada Richard–berharap dia menyerahkan Aquitaine kepada saudara bungsunya, John. Tentu saja, Richard tidak mau menyerahkan wilayah tempat ia dibesarkan, dan bahkan mengajukan banding kepada raja muda Prancis, Philip II.

Pada November 1188, Richard bersekutu dengan Philip dengan "menjanjikan" semua tanah milik Inggris di Prancis. Pada 4 Juli 1189, pasukannya bergabung dengan pasukan Philip dan mengalahkan Henry di Ballans. Mereka mengejar Henry dari Le Mans ke Saumur, memaksa untuk mengakui Richard sebagai pewarisnya, dan membiarkannya mati dua hari setelahnya.

Baca Juga: 6 Fakta Tentang D-Day, Kunci Kemenangan Sekutu di Perang Dunia II

3. Dinobatkan sebagai Raja Inggris dan ikut serta dalam Perang Salib Ketiga

Richard: The Lionheart, Raja Inggris yang Merebut Kembali Yerusalemparliament.uk

Tidak seperti Philip II, Richard hanya memiliki satu ambisi, yaitu menjadi komandan dalam Perang Salib. Rupanya kemenangan Saladin atas Yerusalem pada tahun 1187 lah yang melecut semangatnya. Dia tidak pernah memiliki rencana untuk masa depan kerajaan Inggris.

Namun dia belum sah menjadi raja sebelum memimpin kerajaan Angevin (kerajaan Inggris milik wangsa Plantagenet, dengan wilayah dari Britania sampai Prancis). Oleh karena itu, Richard memutuskan hubungan dengan Philip dan membuat pertahanan di sekitar wilayah Angevin. Setelah menjual semua harta ayahnya, ia mendapat armada dan pasukan yang tangguh.

Pada tahun 1190 Richard berangkat ke Yerusalem dengan melakukan perjalanan melalui Sisilia. Richard sempat menetap di Sisilia dan menyelesaikan masalah kerajaan antara sepupunya, Raja Tancred, dan saudarinya, Joan. Richard menuntut agar Joan diberi warisan sesuai dengan perintah mendiang suaminya (Raja Sisilia sebelumnya).

Permintaan ini melahirkan konspirasi antara Philip dan Tancred di kemudian hari untuk mengkhianati Richard. Penduduk Messina (Sisilia) juga menolak tentara asing yang bermukim di wilayahnya. Akhirnya Richard meninggalkan Messina dan kembali berlayar menuju Acre.

4. Pertemuan dua kesatria: Richard Si Hati Singa dan Salahuddin Al Ayyubi

Richard: The Lionheart, Raja Inggris yang Merebut Kembali Yerusalemsciencesource.com

Perang Salib merupakan salah satu konfrontasi paling epik sepanjang sejarah. Perang ini tak hanya ditujukan untuk memperebutkan kota suci, Yerusalem, namun secara tersirat dianggap sebagai perang suci antara dua agama besar, Islam dan Kristen.

Selama berlangsungnya Perang Salib, banyak kejadian mencengangkan, terutama soal persahabatan terselubung antara Richard I yang memimpin tentara salib dan Salahuddin Al Ayyubi (Saladin) yang memimpin tentara muslim.

Pertemuan pertama mereka terjadi saat pertempuran Arsuf (Arsur) pada tahun 1191. Pertempuran ini terjadi di luar Arsuf, saat pasukan Saladin menyergap pasukan Richard yang sedang pindah dari Acre ke Jaffa.

Awalnya pasukan Saladin lebih diunggulkan untuk menang, namun secara mengejutkan Richard berhasil membalikkan keadaan dan berhasil merebut kembali Yerusalem dan pelabuhan Jaffa yang sudah lama dikuasai pasukan muslim.

Walau bertempur dengan sengit di medan perang, rupanya dua komandan perang ini saling mengagumi satu sama lain. Salahuddin sempat memberi kuda baru saat kuda milik Richard kelelahan, bahkan memberi nasihat kepada Richard saat ia menyamar agar bisa masuk ke wilayahnya.

Sebaliknya, Richard pun menunda pertarungan saat mengetahui pedang milik Salahuddin tumpul, dan membunuh pemberontak yang akan mengkhianati Salahuddin.

5. Ditangkap dan dipenjara saat pulang menuju Inggris

Richard: The Lionheart, Raja Inggris yang Merebut Kembali Yerusalemalamy.com

Buruknya cuaca, kurangnya pasukan, dan penyakit yang dideritanya membuat Richard melayangkan gencatan senjata kepada Salahuddin dan berlayar pulang ke Inggris. Karena memiliki banyak musuh di benuanya sendiri, Richard pun menyamar sebagai tentara Perang Salib.

Namun sayangnya ia berhasil tertangkap di Wina dan dipenjara di kastil Duke Dürnstein, Danube. Setelahnya dia diserahkan kepada Kaisar Suci Romawi, Henry VI, yang menahannya di berbagai istana kekaisaran. 

Richard sendiri terkenal menolak untuk menunjukkan rasa hormat kepadanya dengan mengatakan, "Saya terlahir dari pangkat yang tidak mengenal atasan lain selain Tuhan."

Di bawah ancaman Philip II, Richard akhirnya setuju membayar tebusan sebesar 150.000 mark dan penyerahan kerajaannya kepada Henry VI dengan syarat bahwa ia menerimanya kembali sebagai sebuah wilayah di bawah kekuasaannya. Setelah tebusan tersebut dibayar, Richard pun dibebaskan.

6. Kematian Richard dan awal dari legenda Si Hati Singa

Richard: The Lionheart, Raja Inggris yang Merebut Kembali Yerusalemfactinate.com

Setelah pembebasan bersyaratnya, Richard  kembali ke Inggris dan dimahkotai untuk kedua kalinya pada 17 April 1992, karena khawatir kemerdekaan kerajaannya telah dikompromikan. Sebulan kemudian dia pergi ke Normandia. Lima tahun terakhirnya dihabiskan dalam perang melawan Philip II, diselingi dengan gencatan senjata sesekali.

Namun siapa sangka, keseleboran Richard-lah yang membawanya kepada kematian muda di usia 42 tahun. Saat itu warga Limoges menolak untuk menyerahkan setumpuk emas yang digali oleh seorang petani. Richard mengepung kastil Châlus, dan sialnya dia terkena panah beracun dari petani setempat.

Richard wafat pada tahun 1199. Badannya dimakamkan di gereja Fontevrault, tempat Henry II dan Ratu Eleanor juga dimakamkan, sedangkan hatinya dimakamkan di katedral Rouen.

Pemakaman terpisah ini menjadi penghormatan kepada Richard yang tetap bertempur sampai akhir hayatnya, menegaskan titel "Si Hati Singa" yang telah ia dapatkan pasca  pertempuran Ascalon selama Perang Salib Ketiga.

Dia tidak menikah dan memiliki ahli waris hingga akhir hayatnya. Rupanya hal ini dikarenakan sebagian besar waktunya dihabiskan dalam perang. Adik bungsunya, John, menggantikannya sebagai Raja Anglevin.

Pada akhirnya, Richard I "Si Hati Singa" akan selalu diingat sebagai seorang raja pemberani yang memiliki jiwa ksatria, baik dalam medan pertempuran maupun dalam kehidupan sehari-harinya.

Baca Juga: 8 Fakta Menarik Seputar Kekaisaran Romawi

Shandy Pradana Photo Verified Writer Shandy Pradana

"I don't care that they stole my idea. I care that they don't have any of their own." - Tesla // I am a 20% historian, 30% humanist and 50% absurdist // For further reading: linktr.ee/pradshy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya