Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Terlampau Tangguh, Benarkah Buaya Tidak akan Mati karena Usia Tua?

potret buaya amerika yang sedang mengambil nafas di atas permukaan air (commons.wikimedia.org/Tomas Castelazo)

Dalam dunia reptil, ada beberapa spesies yang mampu mencapai usia tua hingga bahkan ratusan tahun. Beberapa di antaranya adalah kura-kura (famili Testudinidae), penyu (superfamili Chelonioidea), kadal tuatara (Sphenodon punctatus), dan buaya (famili Crocodylidae).

Buaya tak hanya jadi reptil yang mampu mencapai usia tua, tetapi mereka juga jadi yang paling besar di dunia. Faktanya, usia dan ukuran buaya ini saling berkaitan. Sebab, buaya selalu bertambah besar seiring dengan pertambahan usia hingga mencapai ukuran maksimal tertentu dan kemudian mati.

Berbicara soal kematian pada buaya, ada satu pertanyaan yang cukup menarik soal penyebab kematian yang dapat dialami buaya. Ada mitos yang menyebutkan bahwa buaya sebenarnya tidak akan mati hanya karena usia tua. Hal ini jelas sukar untuk dipercaya. Pasalnya, dalam sumber mana pun yang kita baca atau dengar, semuanya menyebut bahwa rata-rata usia buaya itu sekitar 20—75 tahun di alam liar dan terkadang mencapai 100 tahun di penangkaran.

Lantas, apakah anggapan yang menyebut kalau buaya tidak mati karena usia tua itu benar? Yuk, cari tahu jawabannya bersama!

1. Buaya ternyata tidak mati karena usia

buaya berukuran besar yang dipelihara di penangkaran (commons.wikimedia.org/Tashmetova808)

Secara biologis, buaya tetap bertambah usia, layaknya organisme lain pada umumnya. Jadi, kalau ada yang menyebut mitos soal buaya adalah hewan abadi, maka hal tersebut sangat mudah untuk dibantah. Dilansir Grunge, buaya mengalami penambahan usia yang ditandai dengan pertumbuhan tubuh yang pesat saat muda, kemudian melambat ketika semakin tua. Mereka lalu mengalami beberapa penyakit akibat usia tua, semisal katarak, kehilangan gigi secara permanen, dan masalah kesuburan.

Namun, jawaban yang berbeda akan kita terima kalau mitos yang dibahas adalah buaya yang tidak mati karena usia tua. Sebab, sekalipun estimasi usia buaya sudah dapat dipetakan oleh peneliti, sebenarnya reptil ini bukan mati karena batasan usia tersebut. AZ Animals melaporkan, buaya sama sekali tidak terpengaruh pada proses penuaan biologis atau sering disebut negligible senescence.

Alasan di balik adaptasi menakjubkan ini terletak pada mikrobioma di sistem pencernaan dari buaya yang membantu kemampuan anti-penuaan. Di dalam usus buaya, terdapat bakteri khusus yang mampu menghambat kelangsungan sel kanker yang bisa saja mengancam nyawa hewan lain. Kemampuan bakteri tersebut dalam melawan sel kanker itu yang jadi cara buaya mengatasi masalah penuaan alami.

Jadi, buaya bukannya tidak mengalami penuaan sama sekali. Mereka tetap memiliki tahapan usia muda dan dewasa, yakni ketika ukuran mereka mencapai tingkat maksimal, hingga pada akhirnya akan mati juga. Yang membedakan adalah karakteristik mereka sebagai hewan dengan negligible senescence. Mereka tidak memperlihatkan tanda penuaan secara cepat yang dapat menjadi penyebab kematian alami.

2. Lantas, apa penyebab kematian buaya?

Masalah kelaparan dan kekurangan makanan sering jadi penyebab kematian alami bagi buaya. (commons.wikimedia.org/Arturo de Frias Marques)

Oke, sekarang kita sudah tahu soal fakta bahwa buaya memang tidak akan mati hanya karena usia tua. Berarti, tentunya ada faktor-faktor lain yang memengaruhi kematian dari buaya, terutama kalau kita melihat fakta ada batasan usia bagi mereka, baik di alam liar ataupun di penangkaran. Menariknya, mayoritas penyebab kematian buaya ini ternyata berasal dari faktor eksternal ketimbang internal dari buaya itu sendiri.

Dilansir Earth Touch News Network, buaya yang berusia tua akan mulai kehilangan kemampuan berburu karena anatomi tubuh mereka tetap melemah. Akibatnya, buaya tua jadi kekurangan makanan yang dapat berujung pada kelaparan dan kematian. Selain itu, meski kebanyakan buaya tinggal secara berkelompok, persaingan untuk makanan tetap masih terjadi. Jika ada yang lemah atau terluka, kesempatan mereka mendapatkan makanan jelas lebih kecil dibanding anggota lain.

Selain itu, sebagai predator puncak di alam, buaya tetap memiliki lawan yang dapat mengalahkan mereka. Buaya nil, misalnya, mereka terancam dengan kehadiran kuda nil yang dapat dengan mudah membunuh mereka kapan saja. Tentunya, makhluk yang paling banyak menghabisi buaya tak lain adalah manusia, yang memanfaatkan kulit dan daging reptil ini untuk berbagai keperluan. 

3. Spesies buaya apa yang memiliki rata-rata usia terpanjang?

potret Cassius, buaya muara tertua di dunia (commons.wikimedia.org/FFelxii)

Ordo Crocodilia memuat tiga famili berbeda, yakni buaya sejati (famili Crocodylidae), aligator dan kaiman (famili Alligatoridae), serta gharian dan tomistoma (famili Gavialidae). Dari tiga famili tersebut, ada 26 spesies berbeda yang memiliki berbagai ukuran dan rata-rata usia. Nah, dari banyaknya spesies dalam ordo Crocodilia tersebut, kira-kira siapa yang mampu mencapai usia terpanjang?

Ternyata, jawabannya adalah si reptil terbesar di dunia, buaya muara atau buaya air asin (Crocodylus porosus). Buaya yang tersebar di Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Australia ini mampu mencapai usia 70 tahun di alam liar. Malahan, usia mereka di penangkaran jauh lebih panjang lagi. Dilansir Live Science, buaya muara terbesar yang tercatat secara resmi diberi nama Cassius. Buaya tertua ini dipelihara di Marineland Crocodile Park, Darwin, Australia dan diperkirakan sudah berusia 110 tahun lebih. Sayangnya, Cassius sudah mati pada bulan November 2024 silam.

Jadi, buaya bukannya tidak mengalami tanda penuaan atau bahkan abadi. Reptil ini tetap menua secara perlahan, tetapi adaptasi tubuh mereka mampu menekan penyakit berbahaya, seperti kanker. Sebaliknya, mereka biasanya mati karena kemampuan berburu yang menurun atau predator lainnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anjar Triananda Ramadhani
EditorAnjar Triananda Ramadhani
Follow Us