Upaya Industri Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca

Beberapa perusahaan di Indonesia kompak mendukung dekarbonisasi, ialah metode mitigasi perubahan iklam dengan cara mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) serta menghilangkannya dari atmosfer.
Namun, World Resources Institute (WRI) Indonesia menemukan angkanya masih tinggi, mencapai 74,5 persen emisi GRK yang berasal dari sektor industri. Oleh sebab itu, aksi ini seharusnya dilakukan oleh semua pemain.
Sektor industri jadi sasaran utama

Menurut Nailah Shabirah, Energy and Sustainable Business Engagement Specialist WRI, sektor industri menjadi sasaran utama untuk menekan emisi karbon. Dia mengatakannya dalam media coaching workshop dengan tema "Optimalisasi Komitmen Reduksi Emisi Karbon di Indonesia: Tantangan dan Peluang" di Jakarta, Senin (26/02/2024).
"Jika dimulai dari sektor industri, hasilnya akan menjadi kritikal karena tidak hanya sebagai penyumbang terbesar tapi juga memproduksi barang-barang yang low emission, sehingga akan memberi dampak perubahan yang besar untuk mengurangi emisi," ujarnya.
Indonesia diketahui ikut berpartisipasi dalam Paris Agreement yang berkomitmen mencapai net zero emission (NZE) pada 2060 dan membatasi kenaikan suhu global sampai pada angka minimum 1,5 derajat Celcius.
Dia juga menyayangkan kebijakan pemerintah yang belum memiliki penegasan terhadap penghitungan emisi industri sehingga banyak dari perusahaan yang masih kebingungan dalam mereduksi emisi karbon.
Perlunya dekarbonisasi

Adapun alasan upaya dekarbonisasi perlu dilakukan, karena:
- Saat ini suhu Bumi sudah mencapai 1,1 derajat Celsius. Jika naik mencapai 1,5 derajat Celcius, maka jutaan manusia ada dalam bahaya.
- Kenaikan suhu juga bisa berdampak ke kenaikan air laut yang menyebabkan banjir.
- Kebakaran hutan.
- Rawan pangan.
- Transisi jenis pekerjaan.
Dalam kesempatan yang sama, Corporate Responsibility Director, L’Oréal Indonesia, Fikri Alhabsie mengatakan bahwa mereka telah mengadopsi energi baru terbarukan dalam proses produksi.
"Kami telah memasang electric boiler yang tidak menggunakan bahan bakar fosil sehingga ramah lingkungan. Kami memilih tidak karbon netral atau carbon offset, karena strategi utama adalah mengurangi emisi dari produksi kita,” jelasnya.