5 Kekeliruan yang Masih Sering Dijumpai dalam Dunia Sains, Apa Saja?

Secara umum sains dapat dipahami sebagai sarana untuk menjelaskan sesuatu, di mana penjelasan-penjelasan tersebut dapat dibuktikan secara empiris melalui penelitian dan percobaan ilmiah.
Namun, faktanya masih banyak kekeliruan yang sering terjadi dalam dunia sains, dan meskipun terlihat sederhana, beberapa kekeliruan tersebut bisa menimbulkan kesalahpahaman di kalangan orang-orang awam.
Inilah lima kekeliruan yang sering dijumpai dalam dunia sains, apa saja?
1. Titik didih air selalu konstan

Ada anggapan keliru soal titik didih air, di mana banyak orang menganggap titik didih air akan selalu konstan di suhu 100 derajat Celcius. Faktanya, anggapan ini kurang tepat dan bisa menimbulkan kekeliruan yang fatal.
Seperti diulas dalam laman sains Engineering Toolbox, ternyata titik didih air tidak konstan pada suhu 100 derajat Celcius. Titik didih air dapat berubah tergantung di mana air tersebut dididihkan.
Prinsipnya adalah, titik didih air berbanding terbalik dengan ketinggian daerah. Semakin tinggi daerah dari permukaan laut, maka titik didih air akan semakin rendah. Titik didih air akan mencapai suhu tepat 100 derajat Celcius manakala air tersebut dididihkan di daerah yang memiliki ketinggian sejajar dengan permukaan air laut.
Jika kamu mendidihkan air di gunung Himalaya, misalnya, maka di ketinggian 8000 meter tersebut air akan mendidih pada suhu 72 derajat Celcius. Hal ini dapat terjadi karena titik didih air dipengaruhi oleh tekanan udara di sekitarnya. Semakin kecil tekanan udara yang berada di atas air tersebut, maka semakin rendah titik didih air yang dihasilkan.
Itulah sebabnya jika kamu merebus air, maka air akan lebih cepat mendidih jika kamu rebus di daerah pegunungan, dibandingkan apabila kamu merebus air di daerah pantai. So, jangan keliru lagi, ya! Titik didih air tidak akan pernah konstan, karena dipengaruhi oleh tekanan udara.
2. Buta warna identik dengan hitam dan putih

Jika kamu menganggap bahwa buta warna selalu identik dengan penglihatan yang serba hitam dan putih, maka kamu salah kaprah. Faktanya, buta warna memiliki beberapa jenis dan tingkat keparahan.
Dilansir laman Science Line, pengenalan warna pada mata bergantung pada kualitas retina mata manusia, khususnya pada bagian fotoreseptor, yakni bagian sel mata yang mampu menyerap foton atau partikel kecil cahaya, sel ini terdiri dari sel batang dan sel kerucut.
Sel batang dapat memberikan penglihatan warna hitam dan putih, sedangkan sel kerucut dapat membiaskan warna lain di luar hitam dan putih. Secara garis besar, buta warna dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni parsial dan total.
Buta warna parsial adalah buta warna sebagian (merah, kuning, biru, dan lain-lain), sedangkan buta warna total adalah buta warna akibat sel kerucut tidak berfungsi sama sekali. Akibatnya, hanya warna hitam, putih, dan abu-abu yang hanya dapat ditangkap oleh mata.
Nah, jadi jangan sampai salah lagi, ya! Tidak semua buta warna itu identik dengan hitam dan putih. Nyatanya, sangat jarang orang dilahirkan dengan buta warna total, karena mayoritas buta warna adalah parsial.
3. Virus dan bakteri adalah sama

Banyak orang beranggapan bahwa virus dan bakteri itu sama, padahal mereka memiliki karakter yang bertolak belakang. Bakteri, kuman, dan parasit adalah makhluk hidup yang dapat menampakkan ciri-ciri kehidupan mereka pada saat mereka berada di luar sel inang.
Namun virus tidak seperti itu. Seperti ditulis laman sains Virology, virus bukanlah makhluk hidup, namun juga bukan benda mati. Para ilmuwan sepakat bahwa virus adalah molekul yang cukup rumit, karena terdapat protein, asam nukleat, karbohidrat, dan lipid.
Virus akan mengkristal dan tak akan dapat melakukan apa pun sampai ia hinggap dan menginfeksi sel hidup. Saat virus masuk dalam sel hidup, ia dapat menggandakan atau memperbanyak dirinya dan dapat menginfeksi bagian sel tubuh lainnya dengan cepat.
So, virus dan bakteri jelas sangat berbeda. Virus bukanlah makhluk hidup, sedangkan bakteri adalah makhluk hidup. Jangan salah lagi, ya!
4. Suara dapat terdengar di luar angkasa

Suara tidak dapat terdengar di ruang hampa udara, begitu juga di luar angkasa. Sehebat atau sekeras apa pun suara yang dihasilkan dari sebuah peristiwa, itu tak akan terdengar sama sekali. Suara hanya dapat terdengar langsung jika seseorang berada di dalam pesawat luar angkasa yang terdapat udara di dalamnya.
Untuk mendengarkan suara, dibutuhkan udara untuk merambatkan getaran dari suara itu sendiri, seperti ditulis dalam laman Physics Central. Jadi, bagaimana cara astronaut saling berkomunikasi? Lewat gelombang radio, sebab gelombang radio merupakan gelombang elektromagnetik.
Gelombang elektromagnetik sendiri merupakan gelombang cahaya yang masih dapat merambat di ruang hampa udara. Dengan kata lain, gelombang elektromagnetik adalah gelombang transversal, artinya gelombang yang dapat memancar tanpa media rambat.
Kekeliruan fatal ini justru sering diperlihatkan dalam film-film Hollywood, di mana suara-suara ledakan dapat terdengar di luar angkasa. Setelah kamu membaca artikel ini, semoga kamu tercerahkan, ya!
5. Manusia berasal dari kera

Kekeliruan fatal ini juga kerap terjadi karena ada banyak orang terpengaruh dengan gambar di atas. Faktanya, gambar di atas tidak menggambarkan evolusi secara tepat dan spesifik. Evolusi tidak pernah menyatakan bahwa manusia berasal dari kera. Namun, evolusi menyatakan bahwa semua makhluk hidup--termasuk manusia--memiliki nenek moyang dan leluhur yang sama.
Dalam teori evolusi, ada banyak faktor yang dapat menyebabkan spesiasi (percabangan spesies). Dilansir Live Science, faktor-faktor tersebut adalah seleksi alam, mutasi genetik, adaptasi ketat, dan dalam beberapa kasus bisa terdapat pergeseran genetik.
Ada banyak bukti yang membuktikan bahwa evolusi memang pernah dan sedang terjadi. Mulai dari fosil, keragaman spesies, keragaman ras manusia, sampai kekebalan bakteri terhadap antibiotik, semuanya adalah bukti sahih tak terbantahkan dari evolusi.
Bahkan teori-teori biomolekuler terbaru juga menyatakan bahwa evolusi memang terjadi pada makhluk hidup, minimal secara mikro. Itu sebabnya teori evolusi dan Hukum Mendel dijadikan landasan sains bagi biologi dan biomolekuler di seluruh dunia.
Itulah lima kekeliruan yang sering dijumpai dalam dunia sains. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan kamu supaya tidak salah kaprah lagi, ya!