Apa Efek Kebakaran Hutan Amazon pada Makhluk Hidup? Ini 9 Faktanya!

Hutan dengan luas 5,5 juta km persegi tersebut memiliki beberapa peran yang penting bagi kehidupan. Pertama, seperti yang telah disebutkan, ia adalah tempat bernaung bagi ribuan spesies makhluk hidup. 

Peran berikutnya yang tidak kalah krusial, Amazon adalah pemasok 20 persen oksigen yang ada di bumi, dilansir dari Business Insider. Siklus air dan cuaca pun banyak dipengaruhi oleh keberadaannya. 

Hutan hujan Amazon adalah rumah dari berbagai macam spesies yang ada di bumi. Data dari National Geographic menunjukkan bahwa setidaknya 10 persen dari seluruh spesies makhluk hidup tinggal di hutan tersebut.

World Wildlife Fund mengatakan bahwa angka tersebut terdiri dari 4.000 spesies tumbuhan, 1.300 jenis burung, 427 mamalia, 378 reptil, 400 amfibi, dan lebih dari 3.000 spesies ikan air tawar. 

Terlihat dari pantauan satelit, kebakaran terjadi di daerah Amazonas, Rondonia, Para, dan Mato Grosso. Namun Amazonas memiliki kondisi yang paling parah. Hewan yang ada di sana tidak memiliki banyak pilihan. 

Kepada Natgeo, Mazeika Sullivan, profesor di Ohio State University School of Environment and Natural Resources mengatakan bahwa di situasi seperti ini hewan akan mati karena api, udara panas, dan asap yang sangat parah. Jika beruntung, mereka bisa bermigrasi ke bagian hutan yang tidak terbakar atau masuk ke dalam air.

Jaguar, puma, dan burung adalah beberapa jenis hewan yang beruntung karena mereka bisa bergerak dengan cepat. Kemampuan tersebut akan membuat mereka terhindar dari api. Namun hewan lain seperti sloth, katak, dan berang-berang akan kesulitan menemukan jalan keluar. Apalagi kemampuan gerak mereka terbatas. 

Masih dari sumber yang sama, Sullivan mengatakan bahwa hewan air yang memiliki kesempatan besar untuk selamat adalah mereka yang memiliki tubuh besar. Contohnya lumba-lumba sungai, hiu, belut, dan lain-lain. 

Ikan yang besar cenderung hidup di sungai dengan air yang besar pula. Biasanya daerah tersebut terletak jauh di dalam hutan. Sedangkan ikan-ikan kecil, amfibi, dan kadal yang tinggal di pinggiran hutan akan mengalami kesulitan. Terlebih lagi, asap dan abu kebakaran bisa mencemari air sungai sehingga hewan air tidak nyaman untuk tinggal di sana.

Dampak dari kebakaran akan tetap berlanjut walaupun peristiwa tersebut telah usai. Pasalnya, api telah melahap banyak bagian dari hutan tersebut. Di beberapa titik, kanopi Amazon tidak akan selebat yang dulu. Ini menyebabkan sinar matahari semakin terik di sana, perputaran energi pun tidak akan sama. 

Tidak hanya itu, hilangnya banyak pohon tinggi akan memaksa hewan yang tinggal di sana untuk pindah ke tempat lain. Mereka harus beradaptasi dan bahkan berkompetisi dengan hewan lain. Kesimpulannya, kebakaran ini akan banyak memengaruhi rantai makanan nantinya.

Dilansir dari Natural History Museum (NHM), Amazon memiliki berbagai spesies tanaman obat yang berguna untuk manusia. Setidaknya ada 0,5 persen spesies obat di sana, menurut laporan Reuters. Namun sayangnya mereka sangat rentan terhadap api sehingga kemungkinan sebagian besarnya akan hilang.

Sementara itu untuk hewan, para ahli percaya bahwa masih banyak spesies yang belum terdeteksi oleh sains di dalam hutan Amazon. Begitu mereka mati karena kebakaran, spesies tersebut akan tetap tidak diketahui selamanya.

Tentunya iya. NHM mengatakan bahwa tingkat deforestasi di Amazon kurang lebih sama dengan yang terjadi di Indonesia. Persentase hutan yang hilang pun serupa. Jika manusia tetap melakukannya, bumi akan kehilangan banyak pemasok oksigen sehingga dampak pemanasan global semakin terasa. 

Kamu merasa tergerak untuk mencegah kerusakan di hutan Amazon? Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk membantu. Pertama, lakukan donasi ke organisasi yang terkait dengan hal ini. Contohnya adalah Rainforest Alliance dan World Wildlife Fund. 

Yang kedua, kita bisa memperhatikan apa yang kita makan sehari-hari. Sudah banyak gerakan vegetarian yang digaungkan terutama di Negara Barat. Ini karena deforestasi Amazon disebabkan karena banyak orang yang ingin membuka lahan untuk peternakan dan ladang. Semakin sedikit permintaan terhadap daging ternak, semakin rendah pula tingkat deforestasi.