Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kesalahan Umum saat Pelihara Ikan Air Tawar

ilustrasi ikan dalam akuarium (pexels.com/imsogabriel Stock)
Intinya sih...
  • Sistem akuarium tidak disesuaikan dengan spesies ikan. Akuarium harus dirancang sesuai kebutuhan biologisnya, jika tidak, akan menimbulkan respons stres dan gangguan perilaku antarsesama ikan.
  • Pergantian air dilakukan secara total dan tidak terukur. Air diganti sebagian secara berkala dengan volume yang disesuaikan untuk menjaga kualitas air tetap baik.
  • Pemberian pakan tidak didasarkan pada metabolisme ikan. Frekuensi dan jumlah pakan harus disesuaikan dengan jenis ikan, usia, dan suhu lingkungan.

Memelihara ikan air tawar bukan cuma perkara memberi makan dan mengganti air akuarium secara rutin. Di balik hobi yang terlihat sederhana ini, sebenarnya banyak hal teknis yang perlu dipahami, terutama jika ingin ikan tumbuh sehat dan hidup lebih lama. Topik seputar dunia ikan kerap dianggap remeh, padahal banyak fakta menarik dan trivia ikan yang justru menunjukkan kompleksitasnya.

Kesalahan kecil yang terus diulang bisa berdampak buruk, bahkan membuat ikan mudah stres atau mati tanpa sebab yang jelas. Hal ini sering luput dari perhatian para penghobi pemula, yang kadang lebih fokus pada estetika daripada kebutuhan biologis ikan itu sendiri. Berikut lima kesalahan umum saat pelihara ikan air tawar dan mengapa penting untuk menghindarinya.

1. Sistem akuarium tidak disesuaikan dengan spesies ikan

ilustrasi akuarium (unsplash.com/Vikram Mudaliar)

Setiap spesies ikan memiliki toleransi yang berbeda terhadap suhu, pH, kadar oksigen, dan karakteristik ruang hidup. Beberapa ikan membutuhkan arus air tenang dengan substrat lembut, sementara yang lain memerlukan pergerakan air aktif dan ruang horizontal yang luas. Jika akuarium tidak dirancang sesuai kebutuhan biologisnya, ikan akan menunjukkan respons stres seperti gerakan berulang, penurunan nafsu makan, hingga respons imun yang melemah.

Ketidaksesuaian sistem juga memicu gangguan perilaku antarsesama ikan. Misalnya, spesies dengan insting teritorial akan menyerang jika ruang tidak mencukupi. Selain itu, penumpukan amonia dari kotoran bisa lebih cepat terjadi jika kapasitas biologis akuarium tidak sebanding dengan jumlah ikan. Kondisi ini bukan hanya menurunkan kualitas air, tetapi juga mengacaukan keseimbangan mikroba yang esensial untuk dekomposisi limbah.

2. Pergantian air dilakukan secara total dan tidak terukur

ilustrasi akuarium (unsplash.com/Huy Phan)

Air dalam akuarium bukan hanya media fisik, tetapi juga sistem kimia yang menopang kehidupan. Mengganti seluruh volume air dalam satu waktu dapat menghapus bakteri nitrifikasi yang berfungsi mengurai amonia dan nitrit. Ketika proses ini terganggu, ikan menjadi rentan terhadap fluktuasi senyawa nitrogen yang bersifat toksik. Pergantian air yang terlalu mendadak juga bisa mengubah suhu dan pH secara drastis.

Idealnya, air diganti sebagian secara berkala dengan volume yang disesuaikan, misalnya 20–30 persen per minggu. Air pengganti pun sebaiknya telah didiamkan atau dideklorinasi untuk mencegah iritasi insang. Tanpa prosedur ini, kualitas air justru memburuk meskipun tampak bersih secara visual. Pergantian air yang sembarangan bukan solusi, melainkan potensi stresor tambahan bagi ikan.

3. Pemberian pakan tidak didasarkan pada metabolisme ikan

ilustrasi ikan air tawar (unsplash.com/David Clode)

Frekuensi dan jumlah pakan harus disesuaikan dengan jenis ikan, usia, dan suhu lingkungan. Ikan berdarah dingin seperti ikan air tawar memiliki metabolisme yang dipengaruhi suhu, sehingga nafsu makan mereka berfluktuasi. Memberi makan terlalu sering atau terlalu banyak menyebabkan sisa makanan mengendap dan membusuk, melepaskan senyawa berbahaya seperti amonia dan hidrogen sulfida.

Selain mencemari air, overfeeding juga menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan ikan, terutama jika pakan tidak mudah dicerna atau mengandung terlalu banyak lemak. Hal ini meningkatkan risiko penyakit hati dan gangguan fungsi ginjal pada ikan. Perilaku makan juga menjadi indikator kesehatan, sehingga pola makan yang tidak wajar seharusnya dipantau sebagai bagian dari evaluasi lingkungan akuarium.

4. Akuarium tidak mendukung keseimbangan biologis ikan

ilustrasi akuarium (unsplash.com/Minjae Cho)

Ekosistem akuarium meruakan sebuah sistem tertutup yang bergantung pada stabilitas biologis. Tanpa filtrasi yang efektif, kadar amonia dan nitrit akan cepat meningkat. Begitu pula jika tidak ada sirkulasi udara yang cukup, kadar oksigen terlarut akan turun, menyebabkan ikan kesulitan bernapas, terutama pada malam hari ketika tanaman air berhenti berfotosintesis dan justru menyerap oksigen.

Ketika keseimbangan biologis terganggu, mikroorganisme patogen lebih mudah berkembang. Selain itu, akumulasi bahan organik seperti sisa pakan dan kotoran akan merangsang pertumbuhan ganggang berlebihan, yang menurunkan visibilitas dan memperburuk fluktuasi pH. Kesalahan dalam perawatan bukan hanya terlihat dari ikan yang sakit, tetapi dari penurunan stabilitas seluruh sistem akuarium.

5. Spesies ikan dicampur tanpa analisis etologi dan ekologi

ilustrasi ikan air tawar (unsplash.com/Orlando Santos)

Penggabungan beberapa jenis ikan dalam satu akuarium memerlukan pengetahuan tentang etologi, yaitu perilaku hewan dalam lingkungan tertentu. Spesies agresif bisa menyerang yang lebih pasif, terutama jika ukuran tubuhnya jauh berbeda atau jika terdapat tumpang tindih wilayah renang. Kombinasi seperti ini menimbulkan persaingan sumber daya, yang berujung pada stres kronis.

Tidak semua ikan dapat hidup berdampingan karena perbedaan ritme aktif (diurnal vs. nokturnal), preferensi suhu, dan kebutuhan ruang. Kegagalan mempertimbangkan hal-hal tersebut sering kali berujung pada luka fisik, sirip robek, atau bahkan kematian. Kompatibilitas antarspesies bukan ditentukan oleh penampilan, tetapi oleh parameter fisiologis dan etologis yang konsisten.

Perawatan ikan air tawar memerlukan pendekatan berbasis sains yang mempertimbangkan biologi ikan, dinamika kimia air, dan prinsip ekologi sistem tertutup. Kesalahan umum saat pelihara ikan air tawar sering kali terjadi bukan karena kurang niat, tetapi karena kurang pemahaman tentang kebutuhan dasar organisme air. Melalui pendekatan yang tepat, praktik pemeliharaan bisa jauh lebih efektif dan mendukung kesejahteraan ikan dalam jangka panjang.

Referensi:

"15 Common Fish Tank Problems and How to Avoid Them". Aqueon. Diakses pada Juni 2025.

"5 Deadly Aquarium Mistakes and How to Fix Them". Quebec Cichlides. Diakses pada Juni 2025.

"Top 10 Mistakes Fish Owners Make". PetMD. Diakses pada Juni 2025.

"Practical Tips for a Healthy Aquarium". Aqueon. Diakses pada Juni 2025.

"How to Maintain a Freshwater Aquarium". Freshwater Systems. Diakses pada Juni 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us