Kaleidoskop 2024: Momen Kebangkitan Jorge Martin

Jakarta, IDN Times - Periode 2024 menjadi titik balik bagi Jorge Martin di MotoGP. Akhirnya, Martin berhasil mengakhiri rasa penasarannya dengan menjadi juara MotoGP.
Ini menjadi kali pertama buat Martin juara MotoGP. Butuh waktu yang lama buat Martin untuk kembali juara, setidaknya enam tahun. Sebab, terakhir kali dia jadi juara adalah pada Moto3 2018, bersama Gresini Honda berhasil mengungguli rekan setimnya, Fabio Di Giannantonio serta Marco Bezzecchi.
Setelah juara Moto3, Martin kesulitan juara, bahkan ketika mengaspal di Moto2 (2019-2020). Posisi terbaiknya di Moto2 adalah peringkat lima, yang didapat pada 2020 saat membela Kalex. Setelah menanti selama enam tahun, Martin akhirnya bisa mengecap lagi manisnya naik podium di akhir musim dan menciptakan sejarah dalam MotoGP.
1. Mencatatkan sejumlah rekor

Martin memang mengukir sebuah rekor di MotoGP. Dia tercatat menjadi rider pertama di tim satelit pada era 4-tak yang sukses jadi juara.
Sebenarnya sudah pernah ada pembalap tim satelit yang jadi juara di MotoGP kelas 500cc. Tapi, itu terjadi pada era 2-tak dan diciptakan oleh Valentino Rossi.
Tak cuma itu, Martin juga mampu mengembalikan derajat rider Spanyol di MotoGP. Sebab, sejak 2020, para pembalap Spanyol selalu kalah saing dengan Italia.
Namun, tetap ada aroma Italia dalam keberhasilan Martin jadi juara MotoGP 2024. Itu karena Martin mengendarai motor Ducati yang digunakan oleh Pramac sepanjang musim 2024.
2. Pembalasan atas kegagalan 2023
Keberhasilan Martin jadi juara sebenarnya merupakan sebuah pembalasan atas kegagalannya di musim lalu. Pada 2023, Martin nyaris saja jadi juara. Tapi, beberapa kali dia melakukan kesalahan yang berujung pada tereduksinya peluang jadi juara.
Termasuk, kala itu dia jatuh di Sirkuit Internasional Pertamina Mandalika ketika melakoni balapan utama. Padahal, Martin sudah bisa menang di sprint race dan membuka peluang buat bersaing dengan Francesco Bagnaia.
Kala itu, Martin menyesali sejumlah kesalahan yang dilakukannya. Hingga, apa yang dialami di 2023, menjadi pelajaran penting dan membuatnya lebih konsisten pada musim 2024.
"Perjalanannya sangat panjang. Saya bekerja sangat keras dengan pengorbanan yang besar. Memang, saya memiliki peluang bagus. Tapi, itu saya yang membangunnya," ujar Martin dilansir Crash.
3. Naik-turun Martin, crash hingga comeback
Sebenarnya, di musim 2024, Martin juga sempat mengalami naik-turun. Bahkan, posisinya juga pernah dikudeta oleh Bagnaia. Namun, Martin selalu menemukan cara buat bisa kembali dan memimpin klasemen.
Beberapa kali, Martin sempat jatuh di momen penting. Salah satunya terjadi ketika mengaspal di Jerez pada April 2024 lalu.
Martin yang memimpin balapan saat itu tampil agresif. Namun, dia mendapatkan tekanan yang intens dari Bagnaia di belakangnya.
Sialnya, Martinator melakukan kesalahan ketika mengerem di salah satu sudut tikungan. Hingga, dia mengalami crash dan kehilangan banyak poin.
Kemudian, Martin juga sempat berada dalam posisi tak menguntungkan di MotoGP Jepang pada Oktober 2024, yang menjadi periode krusial lantaran sudah memasuki fase akhir kompetisi. Pada kualifikasi kedua (Q2), Martin mengalami crash.
Akibat insiden itu, dia akhirnya harus start dari posisi 11. Sementara, Bagnaia yang mencatatkan waktu tercepat, bisa start dari posisi terdepan. Alhasil, Martin harus bekerja keras.
Secara dramatis, Martin bisa melesat hingga finis pada posisi dua, tepat di belakang Bagnaia. Catatan ini membuat keunggulan 10 poinnya atas Bagnaia terjaga.
"Saya masih tidak percaya, ini sangat mengejutkan. Saya sangat emosional, sampai menangis," kata pembalap 26 tahun tersebut.
4. Kuncinya adalah konsistensi
Dibandingkan dengan Bagnaia, Martin kalah soal podium pertama di setiap serinya. Jika ditotal, dalam balapan utama dia cuma tiga kali juara. Sementara, Martin lebih jago kala melakoni sprint race karena tujuh kali juara. Kunci juara Martin adalah mampu mencatatkan 16 podium sepanjang musim 2024, yang membuatnya unggul atas Bagnaia.
Catatan Bagnaia dalam balapan utama lebih bagus karena mampu juara 11 kali. Tapi, Bagnaia selalu sial dalam sprint race dan kurang konsisten.