Max Verstappen Tak Menyukai Sprint Race meski Sering Menang

Formula 1 pertama kali memperkenalkan format sprint race pada 2021. Sejak saat itu, beberapa perubahan sudah terjadi, seperti penambahan jumlah sprint race dari 3 menjadi 6 balapan.
Saat ini, para pembalap akan mendapat poin jika finis di posisi delapan besar. Sebelumnya, hanya penghuni podium yang mendapat poin.
Meski menyuguhkan aksi baru, format sprint race rupanya tak terlalu disukai oleh tiga kali juara dunia, Max Verstappen. Padahal, pembalap asal Belanda tersebut menjadi yang paling sering menang di sprint race.
Verstappen bahkan menyebut dirinya tak merasakan apa pun ketika menjadi pemenang. Ia ingin Formula 1 kembali ke format lama.
1. Max Verstappen menjadi pembalap tersukses pada sesi sprint race

Sejak pertama kali diadakan pada 2021, Max Verstappen menjadi yang tersukses dengan koleksi tujuh kemenangan. Verstappen juga menjadi satu-satunya pembalap yang selalu memenangi sesi sprint race dalam 3 musim terakhir. Selain Verstappen, hanya ada empat pembalap lain yang pernah menjadi juara, yakni Valtteri Bottas, George Russell, Sergio Perez, dan Oscar Piastri. Hanya Bottas yang mampu menjadi pemenang lebih dari sekali dengan dua kemenangan.
Pada 2023, Verstappen mampu menyabet 4 kemenangan dari 6 sesi sprint race yang diselenggarakan. Pembalap berusia 26 tahun tersebut menjadi yang terdepan di GP Austria, GP Belgia, GP Amerika Serikat, dan GP Brasil. Verstappen hanya gagal menjadi juara pada GP Azerbaijan dari Sergio Perez dan GP Qatar dari Oscar Piastri.
2. Max Verstappen tak terlalu senang dengan format sprint race

Meski merajai sesi sprint race, Max Verstappen ternyata tak terlalu menyukai format tersebut. Dilansir Racing News 365, ia seperti tak merasakan apa pun ketika berhasil meraih kemenangan. Bahkan, Verstappen merasa Formula 1 akan lebih baik dengan menggunakan format lama tanpa sprint race. Adanya sesi sprint race juga membuat jadwal pembalap makin padat.
"Itu tidak menjadi tidak penting bagi saya, sama halnya ketika Anda melewati garis finis dalam balapan atau di balapan utama. Tidak ada kepuasan bagi saya memenangi sprint race, tetapi sejujurnya, mereka akan melakukan apa yang mereka inginkan.
Menurutku itu kurang menarik, jadi seperti yang aku bilang tadi, kenapa kita harus terus berusaha melakukan perubahan, padahal aku merasa gagal. Hanya dengan format balapan normal dan semua tim berdekatan, itu sudah cukup menarik," ucap Max Verstappen mengutip Racing News 365.
3. Ada enam sprint race pada Formula 1 2024

Sama seperti Formula 1 2023, akan ada enam sesi sprint race pada 2024. Perbedaan hanya terjadi pada seri yang menggelar sprint race. GP China dan GP Miami menjadi dua venue baru yang akan menggelar sprint race, menggantikan GP Azerbaijan dan GP Belgia. Sementara itu, empat balapan lainnya sama seperti pada 2023, yakni terjadi di GP Austria, GP Amerika Serikat, GP Brasil, dan GP Qatar.
Sesi sprint race mulai dari kualifikasi hingga balapan akan digelar pada hari Sabtu. Format kualifikasi sprint race (SQ) digelar sebanyak tiga kali. SQ1 yang diikuti 20 pembalap berlangsung selama 12 menit. Kemudian, SQ2 dan SQ3 yang diikuti 15 dan 10 pembalap akan berlangsung selama 10 dan 8 menit.
Sprint race berlangsung sepanjang 100 kilometer, sementara jumlah lap tergantung kepada sirkuit. Biasanya, jumlah lap merupakan sepertiga dari balapan utama. Selain itu, sprint race maksimal berlangsung selama 60 menit. Format poin masih sama dengan musim 2023, yakni hanya posisi delapan besar yang mendapat poin sesuai urutan finis (8-7-6-5-4-3-2-1).
Max Verstappen ternyata tak terlalu menyukai format sprint race. Ia beranggapan jika format tersebut gagal. Ia ingin kembali menggunakan format lama yang hanya menyajikan balapan utama Formula 1.