Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Evolusi Mohamed Salah, Jagoan Mesir yang Beraksi di Anfield

Anfield (pexels.com/Tembela Bohle)
Intinya sih...
  • Mohamed Salah pantas dijuluki The Egyptian King oleh penggemar Liverpool karena prestasi dan kerja kerasnya.
  • Salah mengalami kesulitan awal di Eropa, tetapi berhasil bangkit dan menjadi idola kubu Anfield setelah bergabung dengan Liverpool.
  • Dari tahun ke tahun, Salah konsisten bersinar di Liverpool dengan menyumbang sembilan gelar juara dan menjadi ikon global yang menginspirasi jutaan orang.

Dengan performa dan prestasi yang telah ia berikan, Mohamed Salah dijuluki The Egyptian King oleh penggemar Liverpool. Hal tersebut ia dapatkan berkat kerja keras, pengorbanan, dan kesetiaan yang terus dibangun tiap musim. Bila nanti ia berpisah dengan Liverpool, maka tak ada alasan untuk tak menyematkan gelar legenda kepada dirinya.

Perjalanan Salah di sepak bola sendiri tak berjalan mudah. Ia datang ke Eropa sebagai pendatang yang sempat kesulitan. Meski sempat terpuruk, ia berhasil bangkit berkat keteguhannya dan berakhir gemilang sebagai idola di Anfield.

1. Awal yang sulit di Eropa

Mohamed Salah lahir di Nagrig, sebuah desa kecil di Mesir yang memiliki budaya sepak bola cukup kental. Bakatnya membawa Salah ke Eropa. Ia bergabung dengan FC Basel pada 2012. Di sana, ia mulai menunjukkan potensinya dan berhasil menarik perhatian klub-klub besar. 

Setelah 1,5 tahun, Salah bergabung dengan Chelsea yang kala itu dilatih Jose Mourinho. Namun, waktu 2,5 tahunnya bersama Chelsea jauh dari kata sukses. Ia jarang diberi kesempatan bermain, bahkan lebih sering dipinjamkan.

Banyak yang menilai Salah gagal di level tertinggi. Masa depannya di sepak bola elite tampak suram. Sebab, dari statistik, ia hanya bisa mencetak 2 gol dan 3 assist dari 19 laga selama berseragam The Blues.

2. Serie A membangun kepercayaan diri Mohamed Salah

Kala dipinjamkan Chelsea kepada klub-klub Serie A Italia, Mohamed Salah menemukan kembali kepercayaan dirinya. Di Fiorentina, ia mencuri perhatian dengan kecepatannya yang mematikan. Namun, puncak transformasinya bukan terjadi bersama I Viola.

Puncak transformasinya terjadi di AS Roma ketika ia makin berkembang sebagai pemain kunci. Bermain sebagai penyerang sayap, Salah mencetak gol dan membuat assist secara konsisten. Mentalitasnya pun berubah, dari seorang pemain mengandalkan kecepatan menjadi pemain yang memiliki visi bermain, teknik dribel, dan ketajaman di atas rata-rata.

Performanya di AS Roma membuat banyak klub besar Eropa kembali meliriknya. Salah satunya ialah Liverpool yang akhirnya membawa Salah kembali ke Inggris. Itu menjadi jalan besar yang mengubah kariernya.

3. Lahirnya The Egyptian King

Kedatangan Mohamed Salah di Liverpool pada 2017 sempat diwarnai keraguan. Banyak pihak menganggap ia bukan pembelian yang besar. Namun, di bawah asuhan Juergen Klopp, ia segera membungkam semua keraguan.

Musim debutnya di Liverpool berjalan luar biasa. Salah mampu mencetak 32 gol dan 11 assist di English Premier League. Torehan tersebut menjadi rekor baru dalam 1 musim. Di samping itu, ia juga sukses membawa Liverpool ke final Liga Champions Eropa meski akhirnya kalah dari Real Madrid.

Dengan penampilannya yang fantastis, Salah perlahan menjadi wajah baru Anfield. Dengan memadukan kecepatan, ketajaman, dan kerja keras, ia juga menjadi simbol kebanggaan The Kop dan masyarakat Mesir. Salah sampai mendapatkan julukan baru di Liverpool, yaitu The Egyptian King atau Sang Raja Mesir.

Dari tahun ke tahun, Salah konsisten untuk bersinar. Hingga 2024/2025, The Egyptian King telah menyumbang sembilan gelar juara, termasuk juara Premier League 2024/2025 sebagai yang terbaru. Ia yakin bahwa kesetiaannya di Liverpool akan terus menghasilkan gelar juara untuk tim kebanggaan Merseyside.

4. Melewati rintangan dan membangun warisan di Anfield

Karier Mohamed Salah di Liverpool tidak selalu mulus. Sejumlah kegagalan pernah ia alami selama berseragam Liverpool. Baginya, gagal juara dan kalah di final seperti hal yang biasa untuk ditemui setiap musim.

Namun, cedera di final Liga Champions 2018 mungkin menjadi salah satu yang terberat. Pada laga melawan Real Madrid itu, Salah harus diganti lebih cepat karena cedera bahu. Cedera tersebut diakibatkan tarikan Sergio Ramos.

Liverpool pun kalah dengan skor 1-3 dan gagal menjadi juara di Liga Champions 2018. Selain gagal membawa The Reds juara, cedera tersebut berdampak kepada penampilannya di Piala Dunia 2018. Ia gagal tampil maksimal sehingga tak bisa membantu Mesir tampil memuaskan. 

Namun, Salah bangkit dengan semangat luar biasa. Ia membantu Liverpool menjuarai Liga Champions 2019. Setehun kemudian, ia membawa mereka meraih gelar juara Premier League yang telah dinantikan selama 30 tahun. Setelah itu, sejumlah gelar juara menyusul, termasuk Premier League 2024/2025.

5. Lebih dari sekadar pemain sepak bola

Kini, Mohamed Salah lebih dari sekadar pemain bintang. Ia adalah ikon global yang menginspirasi jutaan manusia, terutama masyarakat Afrika dan Arab. Pengaruhnya berhasil memberikan pandangan positif bagi kelompok masyarakat yang ia wakili. Ia pun menggunakan ketenarannya untuk menentang diskriminasi dan stereotip buruk terhadap muslim di Eropa.

Di luar lapangan, Salah adalah sosok yang aktif dalam kegiatan sosial. Ia terlibat dalam pembangunan sekolah, rumah sakit, rumah ibadah, dan fasilitas publik lainnya, terutama di Mesir. Di samping itu, ia juga dikenal sebagai sosok yang toleran terhadap perbedaan.

Dengan kombinasi prestasi di lapangan dan peran sosialnya, Salah telah mengukir warisan besar. Bahkan, Time Magazine menyertakannya sebagai 1 dari 100 orang paling berpengaruh di dunia modern. Ia membuktikan, sosok pria dari sebuah desa kecil di Mesir berhasil melegenda dengan kekuatan mimpi, kerja keras, dan tekad tak tergoyahkan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us