Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Idealisme yang Buat Russell Martin Dipecat Southampton

ilustrasi lapangan sepak bola (pexels.com/mike)

Russell Martin kehilangan posisinya sebagai pelatih Southampton pada Minggu (15/12/2024). Pihak klub mengumumkan telah memecat pria berusia 38 tahun itu beberapa saat setelah mereka dibantai Tottenham Hotspur dengan skor 0-5 pada matchday ke-16 English Premier League 2024/2025.

Martin meninggalkan Southampton dengan kondisi sebagai juru kunci lewat raihan lima poin saja. Ironisnya, pemecatan ini diterima Martin karena dirinya yang bersikeras mempertahankan idealismenya. Pelatih berkewarganegaraan Skotlandia itu ingin menerapkan filosofi bermain adigung yang diinginkannya. Padahal, Southampton merupakan salah satu tim promosi di EPL musim ini.

1. Russell Martin punya filosofi bermain membangun serangan dari bawah

Russell Martin ditunjuk Southampton untuk mengisi posisi pelatih mereka sejak awal musim 2023/2024. Saat itu, mereka masih bermain di Championship. Namun, pada musim debutnya ini, Martin sukses membawa The Saints promosi ke EPL lewat jalur play-off.

Selain pencapaian besar tersebut, Southampton dan Martin juga mendapat pujian berkat cara mereka melakukannya. Di Championship musim itu, Southampton mengundang decak kagum karena memperagakan gaya bermain yang atraktif. Ciri utama dari Southampton adalah aktif membangun serangan dari bawah.

Sebagai bukti, berdasarkan FBref, Southampton merupakan tim dengan jumlah umpan terbanyak (28.747) di Championship musim itu. Kemudian, Premier League juga mencatat mereka sebagai tim yang paling banyak membangun serangan (263). Dua statistik tersebut sejalan dengan efektivitas yang berhasil mereka buat. Pasalnya, Southampton juga menjadi tim yang mampu menciptkan gol paling banyak lewat situasi permainan terbuka (68).

Filosofi bermain seperti ini sebetulnya bukan baru diterapkan Russell Martin bersama Southampton. Ia sudah melakukannya bersama dua klubnya sebelumnya, MK Dons (2019--2021) dan Swansea City (2021--2023). Itu mengapa Martin pun dianggap sebagai salah satu pelatih muda paling cemerlang di kancah sepak bola Inggris.

2. Southampton babak belur di Premier League

Capaian di atas membuat kiprah Southampton menjadi salah satu yang paling dinantikan ketika EPL musim ini hendak dimulai. Benar saja, alih-alih bersikap pragmatis, Martin tetap mempertahankan idealismenya tersebut. Sayangnya, mereka tidak mendapatkan hasil seperti musim lalu.

Permainan membangun serangan dari bawah yang ditampilkan Southampton justru menjadi penyebab utama di balik kegagalan mereka. Tercatat, di antara semua tim EPL musim ini, Southampton menjadi tim yang paling banyak melakukan eror yang berujung dengan tembakan ke gawang (27) serta gol (11). Selain itu, mereka juga merupakan tim yang paling tidak produktif (11 gol).

Dalam konferensi pers sebelum pertandingan melawan Spurs, Martin memang sempat menegaskan kembali soal idealismenya itu. Baginya, membuang sesuatu yang sudah terbukti pernah memberikan hasil adalah sesuatu yang gila. Namun, kini, ia harus menanggung konsekuensi dari keyakinannya tersebut.

3. Tugas berat menanti Southampton

Southampton sudah ditunggu tugas berat demi bisa terhindar dari terdegradasi kembali. Namun, bukan berarti itu adalah misi yang mustahil. Selisih dengan zona aman saat ini hanya sembilan angka. Dengan sisa 22 pertandingan, jarak tersebut jelas sangat mungkin dikejar.

Bahkan, peluang emas untuk memangkas ketertinggalan berada di depan mata. Pasalnya, untuk empat pertandingan ke depan, mereka akan bertemu tim-tim semenjana. Mereka adalah Fulham (22/12/2024), West Ham United (26/12/2024), Crystal Palace (29/12/2024), dan Brentford (4/1/2025).

Manajemen klub menyatakan, selagi mencari pengganti Russell Martin, tim akan dipimpin pelatih tim U-21, Simon Rusk, untuk sementara. Salah satu nama yang dikabarkan menjadi kandidat kuat pengganti Martin adalah Danny Rohl, pelatih Sheffield Wednesday saat ini. Sosok asal Jerman itu memiliki sejarah dengan klub karena pernah menjadi asisten pada era Ralph Hasenhuttl (2018--2019). Terlepas dari siapa pun orangnya, klub harus segera mengambil keputusan agar kendali kapal kembali stabil.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gifar Ramzani
EditorGifar Ramzani
Follow Us