5 Pemain Pilar Crystal Palace dalam Perjalanan 18 Laga Tak Terkalahkan

- Crystal Palace mencatat rekor 18 laga tak terkalahkan di semua kompetisi hingga akhir September 2025, menyamai pencapaian terbaik klub sejak 1969.
- Marc Guehi menjadi otak dari solidnya pertahanan, Chris Richards menghadirkan keseimbangan dengan keunggulan duel udara dan positioning, serta Maxence Lacroix memungkinkannya menutup dan memutus serangan lawan.
- Dean Henderson melengkapi kokohnya pertahanan Crystal Palace, sementara Ismaila Sarr punya catatan impresif dengan 7 gol dan 4 assist dalam rangkaian 18 laga tak terkalahkan.
Crystal Palace kembali mencatat sejarah dengan meraih rekor 18 laga tak terkalahkan di semua kompetisi hingga akhir September 2025. Rekor ini menyamai pencapaian terbaik klub yang terakhir terjadi pada 1969 sekaligus mengukuhkan posisi The Eagles sebagai salah satu tim paling konsisten di English Premier League (EPL) 2025/2026. Performa luar biasa ini lahir dari kombinasi manajemen taktik Pelatih Oliver Glasner dan kontribusi pemain kunci yang menjadi tulang punggung tim.
Kemenangan dramatis 2-1 atas Liverpool pada pekan keenam Premier League menjadi simbol puncak dari rangkaian hasil positif tersebut. Gol Eddie Nketiah pada menit ke-97 memang menjadi sorotan, tetapi stabilitas pertahanan dan efektivitas transisi cepat jadi senjata utama di balik konsistensi tim. Berikut lima pemain Crystal Palace dengan peran vital yang membawa Palace ke level baru sebagai penantang serius di kancah domestik dan Eropa.
1. Marc Guehi jadi otak dari solidnya pertahanan Crystal Palace
Marc Guehi tampil sebagai kapten yang mampu memberikan ketenangan di lini belakang. Kemampuannya membaca permainan dan mengatur rekan setim menjadi faktor utama dalam soliditas pertahanan Crystal Palace. Dalam duel kontra Liverpool, kontribusinya terlihat nyata ketika tekanannya membuat Ryan Gravenberch melakukan kesalahan yang membuka jalan bagi gol pembuka Ismaila Sarr.
Selain kepemimpinan, Guehi juga mampu memberi dampak langsung dalam situasi bola mati. Saat Palace mencetak gol kemenangan pada menit akhir melawan Liverpool, Guehi terlibat dalam proses serangan yang membuat pertahanan lawan panik. Kontribusinya melampaui peran tradisional seorang bek tengah karena ia menjadi pemimpin, pengatur ritme, sekaligus ancaman tambahan dalam situasi set-piece.
2. Chris Richards menghadirkan keseimbangan dengan keunggulan duel udara dan positioning
Chris Richards muncul sebagai salah satu unsung hero dalam perjalanan panjang Crystal Palace. Ia menempati posisi di sisi kanan trio bek bersama Marc Guehi dan Maxence Lacroix, yang menghadirkan keseimbangan dengan ketangguhan duel udara dan positioning yang disiplin. Richards mampu meredam ancaman lawan, termasuk ketika menjaga pergerakan Crysencio Summerville saat melawan West Ham United pada pekan kelima Premier League, yang menunjukkan konsistensi bertahannya.
Peran Richards makin penting karena ia menjadi pemain yang melengkapi kualitas Guehi dan Lacroix. Jika Guehi unggul dalam membaca permainan dan Lacroix dalam kecepatan, maka Richards menghadirkan kepastian dalam duel fisik. Kombinasi ini menciptakan lini pertahanan yang sangat sulit ditembus yang menjadi salah satu alasan Palace hanya kebobolan sedikit gol selama periode 18 laga tak terkalahkan.
3. Kecepatan Maxence Lacroix memungkinkannya menutup dan memutus serangan lawan
Maxence Lacroix berkontribusi besar lewat kecepatan dan atletisme yang membuatnya vital dalam sistem tiga bek Oliver Glasner. Ia sering tampil sebagai bek dengan tekel recovery yang tepat untuk mencegah lawan memanfaatkan celah di belakang garis pertahanan. Lacroix menjadi sosok yang memastikan Crystal Palace mampu menghadapi lawan dengan gaya menyerang cepat sekalipun.
Perannya melengkapi duet March Guehi dan Chris Richards yang membentuk unit pertahanan yang seimbang. Jika Guehi adalah otak, Richards adalah tembok, maka Lacroix adalah penggerak yang menjaga transisi bertahan tetap mulus. Konsistensinya dalam duel 1 lawan 1 serta kecepatan menutup ruang membuatnya tak tergantikan dalam formasi andalan Glasner.
4. Dean Henderson melengkapi kokohnya pertahanan Crystal Palace
Dean Henderson menjadi kiper utama yang mampu memberi rasa aman bagi pertahanan Crystal Palace. Ia memang jarang mendapat banyak ancaman karena perlindungan lini belakang yang solid. Namun, kualitasnya tetap terlihat jelas melalui momen krusial, seperti saat menggagalkan peluang emas Alexander Isak ketika menghadapi Liverpool.
Data dari The Athletic menunjukkan, Henderson hanya mencatat rata-rata 1,6 penyelamatan per laga, angka terendah ketiga di antara kiper utama Premier League musim ini. Catatan tersebut bukan karena kelemahannya, melainkan karena trio bek di depannya sangat efektif meredam serangan sebelum bola mencapai gawang. Statistik ini menegaskan betapa kokohnya barisan pertahanan Palace, tetapi kehadiran Henderson tetap krusial karena ia selalu siap melakukan penyelamatan vital ketika dibutuhkan.
5. Ismaila Sarr punya catatan impresif dalam 18 laga tak terkalahkan Crystal Palace
Ismaila Sarr menjadi motor utama di lini serang Crystal Palace. Kecepatannya dalam transisi dan kemampuannya menembus ruang kosong menjadikannya ancaman konstan bagi pertahanan lawan. Ia mencetak gol pembuka kala melawan Liverpool hanya sembilan menit setelah kickoff. Lebih luar biasanya lagi, ia telah mencetak 7 gol dan 4 assist dalam rangkaian 18 laga tak terkalahkan Palace, dengan 3 gol di antaranya bersarang ke gawang Liverpool.
Peran Sarr tidak hanya soal mencetak gol, tetapi juga dalam membuka ruang bagi rekan setim. Dalam beberapa pertandingan, ia menunjukkan permainan tidak egois dengan memberikan umpan kepada Yeremy Pino meski berada di posisi untuk menembak. Kontribusinya menjadi vital karena ia mampu menjaga ancaman The Eagles tetap hidup, bahkan ketika tim lebih banyak berada dalam posisi bertahan.
Crystal Palace menunjukkan kolektivitas mereka dalam mengombinasikan strategi manajer dan peran penting para pemain kunci yang konsisten menjalankan tugasnya. Rekor 18 laga tak terkalahkan menjadi bukti nyata kekuatan tim dibangun dari keseimbangan antara kontribusi individu yang selaras dengan kebutuhan taktik.