Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Makna Politik dari Laga Persahabatan Palestina dengan Basque-Catalan

fans mengibarkan bendera Catalan dan Barcelona FC
fans mengibarkan bendera Catalan dan Barcelona FC (pexels.com/El gringo photo)
Intinya sih...
  • Solidaritas terhadap Palestina adalah sikap natural kelompok minoritas seperti Basque dan Catalan
  • Relasi Spanyol dengan Israel dan Palestina
  • Pengakuan terhadap adanya kejahatan perang dan genosida oleh Israel
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Timnas sepak bola pria Palestina baru saja melakoni laga persahabatan dengan tim asal dua wilayah otonom Spanyol, Basque dan Catalan pada Minggu (16/11/2025) dan Selasa (18/11/2025) waktu setempat. Meski bukan laga internasional resmi — mengingat Basque dan Catalan belum diakui FIFA— laga ini krusial karena jadi momen pertama Timnas Palestina bertanding di daratan Eropa.

Pertanyaannya, apa makna politik di balik laga persahabatan itu? Apa pula alasan Basque dan Catalan peduli terhadap perjuangan kemerdekaan Palestina?

1. Solidaritas terhadap Palestina adalah sikap natural kelompok minoritas seperti Basque dan Catalan

Laga persahabatan Timnas Palestina dengan Basque dan Catalan memang momen pertama dan spesial, tetapi bukan hal yang mengejutkan. Solidaritas terhadap Palestina adalah sikap natural yang ditunjukkan kelompok-kelompok minoritas. Seperti warga Palestina, kelompok minoritas punya pengalaman yang sama soal penjajahan, opresi, asimilasi paksa, dan diskriminasi yang menarget mereka. Tak heran, dukungan ini tak terbatas datang dari Catalan dan Basque, tetapi menggema pula dari warga pribumi dan minoritas di Amerika, Australia, Oceania, sampai Skandinavia.

Begitu pula dengan negara-negara yang pernah jadi korban kolonialisme seperti Irlandia dan banyak negara berkembang di Global South. Namun, tidak seperti kelompok minoritas dalam wilayah otonom punya pertimbangan yang lebih sederhana, negara cenderung inkonsisten soal isu kemanusiaan. Ini menjelaskan beberapa kasus anomali dan hipokrisi yang terjadi dalam kasus Palestina-Israel. Pedoman negara adalah kepentingan nasional yang berorientasi kesejahteraan ekonomi dan kestabilan keamanan, serta biasanya ditentukan kelompok elite tertentu (kerap tidak mewakili keinginan rakyat).

2. Relasi Spanyol dengan Israel dan Palestina

Dilema kepentingan nasional itu bisa terlihat dalam hubungan Spanyol dengan Israel dan Palestina selama beberapa dekade terakhir. Dengan Israel, Spanyol sebenarnya berjarak gara-gara posisi berseberangan keduanya di Perang Dunia II. Spanyol di bawah rezim Fransisco Franco adalah teman dekat Nazi Jerman. Sentimen itu membuat Israel dan Spanyol sebenarnya enggan mengakui eksistensi masing-masing secara resmi.

Barulah sepeninggal Franco dan transisi pemerintah Spanyol ke sistem monarki institusional dan demokrasi, perubahan posisi terjadi. Ini beriringan dengan keterlibatan Spanyol di Uni Eropa dan NATO sebagai anggota yang membuat relasi dengan Israel terbentuk. Itu mengingat dua organisasi antarnegara punya banyak perjanjian kerja sama dan program kolaborasi dengan Israel.

Menariknya, sebelum itu Spanyol pun punya hubungan yang relatif positif dengan Palestine Liberation Organization (PLO) selama beberapa dekade. Namun, belum pernah ada pemimpin Spanyol yang benar-benar menyatakan dukungan terhadap Palestina secara terang-terangan. Dukungan-dukungan terhadap Palestina biasanya mereka lontarkan di forum-forum PBB dan didorong partai-partai sayap kiri. Baru pada 2024, pengakuan resmi terhadap negara Palestina dinyatakan Spanyol, dipicu parahnya pelanggaran HAM oleh Israel dalam operasi militer mereka di Gaza.

3. Pengakuan terhadap adanya kejahatan perang dan genosida oleh Israel

Pertandingan persahabatan Palestina dengan Basque dan Catalan itu juga bisa dilihat sebagai upaya permintaan tanggung jawab atas pelanggaran HAM dan genosida yang dilakukan Israel selama operasi militernya di Gaza. Pernyataan figur sebesar Pep Guardiola yang menyinggung pertandingan ini sebagai tribut untuk para korban genosida termasuk ratusan atlet Palestina pun wajib diapresiasi. Sangat mudah bagi kita untuk terlena dan melupakan isu ini setelah perjanjian gencatan senjata ditandatangani pada 10 Oktober 2025.

Apalagi, dalam sejarahnya, Israel seperti sekutunya, Amerika Serikat belum pernah dapat sanksi apa pun dari pelanggaran kemanusiaan yang mereka lakukan. Tak ada sanksi berarti yang mereka dapat selain embargo senjata dari beberapa negara. Tak ada pula sanksi dari FIFA dan badan olahraga internasional layaknya yang mereka berikan kepada Rusia setelah menginvasi Ukraina pada 2022.

Dua laga persahabatan tadi mungkin sebuah upaya mengingatkan dunia bahwa kemelut Palestina-Israel belum selesai. Mana upaya solusi dua negara yang benar-benar adil? Apa pula bentuk pertanggungjawaban Israel dan sekutunya atas destruksi besar-besaran di Gaza?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us

Latest in Sport

See More

Willhoft-King, Wonderkid Keturunan Indonesia Pensiun Dini di ManCity

19 Nov 2025, 15:18 WIBSport