Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Shin Tae Yong Juga Punya Catatan Negatif di Timnas Indonesia

Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae Yong. (Dok. PSSI)
Intinya sih...
  • PSSI resmi mengakhiri kerja sama dengan Shin Tae Yong di Timnas Indonesia
  • Kekurangan Shin antara lain masalah bahasa, strategi yang tidak jelas, dan inkonsistensi performa tim
  • Minimnya komunikasi dengan pelatih klub Liga 1 juga menjadi masalah yang dihadapi Shin saat melatih Timnas

Jakarta, IDN Times - Keputusan mengejutkan itu muncul juga. Pada Senin (6/1/2025), PSSI resmi mengumumkan akhir kerja sama mereka dengan Shin Tae Yong di Timnas Indonesia.

Ada beberapa alasan yang dikemukakan Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, terkait pemecatan Shin. Alasan ini seolah membuka bagaimana sebenarnya kekurangan Shin selama menangani Timnas. Apa saja?

1. Sulit bahasa Indonesia dan Inggris

Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae Yong dalam jumpa pers jelang melawan Myanmar di Piala AFF, Minggu (8/12/2024). (Dok. PSSI).

Bahasa Indonesia dan Inggris agaknya jadi masalah Shin Tae Yong di Timnas. Keengganannya menggunakan dua bahasa ini juga sempat jadi bahan kritik Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Arya Sinulingga.

Erick juga sempat mengungkapkan, perkara komunikasi juga yang membuat kohesi di Timnas tak tercipta. Selalu ada proses alih bahasa yang dilakukan Shin ke Indonesia dan Inggris, baik saat sesi jumpa pers, latihan, dan memberi instruksi.

Proses alih bahasa ini kadang membuat apa yang ingin Shin sampaikan ke pemain tidak 100 persen, tetapi berkurang jadi 85 atau 80 persen. Alhasil, jangan heran ketika ada masa Timnas main minim strategi.

2. Terkait taktik dan strategi yang kadang tidak jalan

Potret Shin Tae Yong saat sesi pemanasan Timnas Indonesia vs Jepang di SUGBK, Jumat (15/11/2024). (IDN Times/Bimo).

Melanjutkan perkara komunikasi, hal itu berpengaruh terhadap taktik dan strategi yang diterapkan Timnas. Ada beberapa laga ketika skuad Garuda main tanpa taktik dan strategi yang tak jelas bersama Shin.

Namun, terkadang inisiatif Shin di sebuah laga juga unik. Hal itu tampak ketika lawan China, tatkala Indonesia tidak menurunkan para pemain terbaiknya sejak awal. Alhasil, mereka kesulitan meladeni permainan China dan kalah 1-2.

Tidak cuma itu, ketika Piala AFF 2024, Shin juga gagal memaksimalkan talenta para pemain U-22 dengan taktik dan strategi mumpuni. Hanya lemparan dalam Pratama Arhan dan bola mati yang selalu jadi andalan Shin.

3. Grafik yang tidak stabil bersama Timnas

Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae Yong. (IDN Times/Tino).

Buntut dari strategi dan taktik yang tidak jalan, serta komunikasi kurang bagus, membuat grafik Shin bersama Timnas tidak stabil. Inkonsistensi itu mulai tampak pada 2022, atau setelah Piala AFF 2022 ketika Indonesia gagal ke final.

Di babak kedua Kualifikasi Piala Dunia 2022, Timnas memang ciamik. Namun, itu terjadi saat bersua tim sesama Asia Tenggara saja, seperti Vietnam dan Filipina. Melawan Irak yang sudah level papan atas Asia, Timnas keok dua kali.

Ketika Piala Asia U-23 2024, penurunan performa juga hadir usai Indonesia memastikan diri ke semifinal. Shin gagal mempertahankan puncak performa tim, sehingga Timnas kalah dari Uzbekistan dan Irak.

Kemudian, di babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026, Timnas juga hanya menang sekali lawan Arab Saudi. Mereka imbang tiga kali dan kalah dua kali dari Jepang dan China. Ada inkonsistensi yang tampak di situ.

Belum lagi di Piala AFF 2024. Sempat menang di laga awal lawan Myanmar, Shin gagal mempertahankan performa tim sehingga akhirnya imbang lawan Laos, lalu kalah dari Vietnam dan Filipina. Hingga, Timnas tidak lolos fase grup.

Bersama Shin, grafik permainan Timnas jarang stabil. Kadang, di satu titik Timnas bermain luar biasa, tetapi bisa terkapar di tangan lawan dengan mudahnya.

4. Minim komunikasi dengan pelatih klub Liga 1

Potret Shin Tae Yong dalam latihan jelang Timnas Indonesia menghadapi China di Kualifikasi Piala Dunia 2026. (Dok. PSSI).

Selama melatih Timnas, Shin juga minim komunikasi dengan para pelatih klub Liga 1. Hal itu tampak ketika dia berseteru dengan eks pelatih Persija Jakarta, Thomas Doll.

Saat itu, tepatnya awal 2023 atau ketika Timnas U-20 sedang dalam persiapan menuju Piala Asia U-20 2023. Doll kesal dengan Shin karena menerapkan pemusatan latihan (TC) jangka panjang untuk skuad U-20, yang melibatkan banyak pemain Persija.

Shin pun membalas kritik Doll, dengan menyebut Persija jangan mencari keuntungan sendiri. Dia juga menyatakan TC ini mendapatkan dukungan dari PSSI hingga Presiden Indonesia saat itu, Joko 'Jokowi' Widodo.

Puncaknya adalah ketika Doll menyebut Shin bak seorang badut usai membintangi sebuah iklan, tak menunjukkan wibawanya sebagai pelatih Timnas. Saling ejek ini berakhir usai PSSI dan Persija bertemu secara virtual, plus permintaan maaf Doll.

Uniknya, pertemuan itu tidak dihadiri Shin dan Doll secara langsung. Ini menandakan memang Shin tak punya maksud untuk bertemu langsung dengan Doll, yang juga jadi cermin sulitnya dia jumpa pelatih klub-klub Liga 1.

Masalah ini belakangan juga diungkapkan oleh gelandang Persib Bandung, Marc Klok. Komunikasi Shin kepada pemain, menurut Klok, menjadi masalah pula karena kurang bisa mengekspresikan pendapatnya.

"Saya pikir di sepak bola sekarang itu kita semua pemain punya dengan kualitas. Tetapi, apa yang paling bagus ada man management untuk bicara dengan orang, untuk kasih kepercayaan diri kepada orang. Untuk membawa atmosfernya selalu baik. Dan mungkin ini juga saya lihat waktu itu kurang," ujar Klok.

5. Tak ada trofi bagi Timnas

Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae Yong. (IDN Times/Tino).

Terlepas dari apapun capaian Shin di Timnas Indonesia, semua itu kurang karena tak pernah memberikan trofi untuk Pasukan Garuda. Sejarah memang banyak dia ciptakan, tetapi tak ada yang berujung trofi.

Ada dua kesempatan Shin bisa sumbang trofi untuk Indonesia, yaitu di Piala AFF 2020 dan Piala AFF U-23 2023. Di dua ajang itu, Shin membawa Indonesia melangkah hingga final. Sayang, Thailand dan Vietnam merenggut trofi itu.

Alhasil, sampai akhirnya dipecat PSSI, tak ada satu pun trofi yang Shin sumbangkan untuk Timnas. Di tengah taburan sejarahnya untuk Garuda, nirgelar ini jadi cela tersendiri yang juga masuk dalam catatannya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sandy Firdaus
EditorSandy Firdaus
Follow Us