Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengapa Kapasitas Baterai Smartphone Bisa Berbeda di Spesifikasi?

ilustrasi pengisian daya smartphone
ilustrasi pengisian daya smartphone (unsplash.com/Amanz)
Intinya sih...
  • Ada istilah tipikal dan rated pada kapasitas baterai
  • Toleransi produksi dan variasi antar unit
  • Tegangan nominal dan efisiensi energi
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernahkah kamu menyadari bahwa kapasitas baterai yang tertera di spesifikasi smartphone tidak selalu sejalan dengan daya tahan yang kamu rasakan saat digunakan? Misalnya, sebuah smartphone diklaim memiliki baterai 5.000 mAh, tetapi saat digunakan justru lebih cepat habis dari perkiraan. Perbedaan ini bukan hal yang aneh, sebab ada sejumlah faktor teknis yang memengaruhi perbedaan tersebut.

Pada dasarnya, sebenarnya perbedaan itu bukanlah upaya menipu pengguna. Angka kapasitas yang tampil merupakan hasil pengujian resmi sesuai standar industri. Hanya saja, nilai yang ditulis di bagian spesifikasi tidak selalu menggambarkan angka mutlak. Ada perbedaan antara kapasitas tipikal (typical capacity) dan kapasitas minimum atau rated. Dua istilah ini yang kerap membuat pengguna awam salah memahami. Berikut penjelasan mengapa kapasitas baterai smartphone bisa tampak berbeda dari yang tertulis di spesifikasi.

1. Ada istilah tipikal dan rated pada kapasitas baterai

nilai tipikal dan nilai rated pada HP Samsung
perbedaan uraian spesifikasi baterai antara nilai tipikal dan nilai rated pada HP Samsung (r2.community.samsung.com)

Nilai tipikal menggambarkan rata-rata kapasitas baterai yang diperoleh dari hasil pengujian beberapa unit dalam kondisi laboratorium yang ideal. Sementara itu, nilai rated atau nilai minimum menunjukkan kapasitas terendah yang masih dianggap memenuhi standar kualitas dari produsen. Sebagai contoh, Samsung mencantumkan kapasitas baterai Samsung Galaxy S24 Ultra sebesar 5.000 mAh. Angka tersebut merupakan kapasitas tipikal, bukan kapasitas minimum yang pasti dimiliki setiap unit.

Jika mengacu pada nilai rated, kapasitas baterai Galaxy S24 Ultra sebenarnya hanya sekitar 4.855 mAh. Perbedaan ini terjadi karena produsen memilih menampilkan angka rata-rata yang lebih stabil dan mudah dibandingkan secara teknis antarperangkat. Selain itu, penggunaan nilai tipikal dianggap lebih aman untuk kebutuhan promosi dan konsistensi spesifikasi di pasar global. Alasan inilah yang membuat sebagian besar penjelasan spesifikasi smartphone hanya mencantumkan kapasitas tipikal, bukan nilai rated.

2. Toleransi produksi dan variasi antar unit

Siklus pengisian daya baterai yang baik untuk menjaga kesehatan baterai
Siklus pengisian daya baterai yang baik untuk menjaga kesehatan baterai (apple.com)

Selain perbedaan istilah, variasi kapasitas juga dapat muncul karena adanya toleransi dalam proses manufaktur. Dalam pembuatan baterai, mustahil menghasilkan dua unit yang benar-benar identik secara kimiawi. Faktor seperti perbedaan komposisi bahan, suhu produksi, hingga presisi saat pengisian elektrolit dapat menimbulkan selisih kecil dalam kapasitas akhir. Akibatnya, dua smartphone yang sama-sama mengusung baterai 5.000 mAh bisa menunjukkan performa daya tahan yang sedikit berbeda dalam penggunaan nyata.

Hal ini wajar terjadi karena setiap industri elektronik memiliki batas toleransi produksi yang diakui. Untuk baterai, selisih kapasitas sekitar 3–5 persen masih tergolong normal dan aman digunakan. Produsen biasanya mencantumkan angka kapasitas “tipikal” agar pengguna tidak salah persepsi ketika mendapati performa unitnya sedikit di bawah klaim spesifikasi. Dengan memahami konteks ini, pengguna bisa menilai informasi kapasitas baterai secara lebih bijak dan proporsional, bukan hanya berpatokan pada satu angka mutlak.

3. Tegangan nominal dan efisiensi energi

ilustrasi spesifikasi baterai smartphone
ilustrasi spesifikasi baterai smartphone (unsplash.com/Amanz)

Faktor penting yang sering luput dari perhatian pengguna adalah adanya perbedaan antara tegangan nominal baterai dan efisiensi konversi energi. Kapasitas 5.000 mAh yang tertera pada spesifikasi biasanya diukur berdasarkan tegangan sel 3,7 volt, bukan pada tegangan sistem smartphone yang umumnya lebih tinggi. Dalam proses penyaluran daya, sebagian energi akan hilang karena proses konversi dari tegangan baterai ke tegangan keluaran perangkat tidak sepenuhnya efisien. Penjelasan yang lebih mendetail tentang hal ini dapat ditemukan dalam sebuah diskusi di forum Reddit, di mana seorang pengguna membedah cara kerja perhitungan energi pada power bank berkapasitas besar.

Dalam contoh tersebut dijelaskan: “Battery capacity: 30 000 mAh / 3.7 V = 111 Wh; Rated capacity = 18 000 mAh; Energy conversion rate ≥ 80%.” Artinya, kapasitas 30.000 mAh diukur pada tegangan nominal 3,7 V, menghasilkan total energi sekitar 111 Wh (30 Ah x 3,7 V). Namun karena power bank menyalurkan daya pada 5 V, kapasitas efektifnya menjadi sekitar 18.000 mAh (18 Ah x 5 V = 90 Wh). Setelah memperhitungkan efisiensi konversi 80 persen, energi keluaran riilnya sekitar 88,8 Wh atau mendekati hasil perhitungan secara teori. Penulis di forum tersebut menekankan bahwa hal ini bukanlah bentuk penipuan, melainkan contoh transparansi yang baik, sebab sebagian besar produsen hanya mencantumkan kapasitas sel baterai tanpa menjelaskan efisiensi atau daya keluaran sebenarnya.

Meski angka kapasitas yang tercantum tampak besar, energi yang benar-benar dimanfaatkan sistem biasanya lebih kecil setelah melewati sirkuit pengatur daya. Fenomena ini juga terjadi pada power bank berkapasitas besar yang tidak selalu mampu mengisi smartphone sesuai dengan angka yang tertera. Semakin banyak tahapan konversi energi di dalam sistem, semakin besar pula potensi kehilangan daya sebelum energi tersebut mencapai perangkat pengguna.

4. Kondisi pengujian laboratorium vs pemakaian nyata

perbedaan uraian spesifikasi baterai HONOR Magic7 Pro versi China dan Spanyol
perbedaan uraian spesifikasi baterai HONOR Magic7 Pro versi China dan Spanyol (honor.com)

Kapasitas baterai yang tercantum dalam spesifikasi smartphone diperoleh dari hasil uji laboratorium dengan kondisi yang sangat terkontrol. Proses pengujian biasanya dilakukan pada suhu stabil, tegangan konstan, serta tanpa adanya aplikasi yang berjalan di latar belakang. Namun, ketika perangkat digunakan dalam kehidupan sehari-hari, banyak faktor yang memengaruhi performa baterai, seperti kualitas sinyal jaringan 4G atau 5G, tingkat kecerahan layar, suhu sekitar, hingga banyaknya aplikasi aktif. Kombinasi faktor tersebut dapat membuat baterai yang tadinya tampak besar terasa lebih cepat habis saat digunakan.

Sebagai ilustrasi, smartphone yang memiliki refresh rate 120 Hz dan koneksi sinyal yang tidak stabil akan mengonsumsi daya jauh lebih tinggi dibanding hasil pengujian di laboratorium. Jadi, ketika pengguna merasa daya tahan baterainya tidak sesuai dengan klaim pabrikan, bukan karena spesifikasinya yang keliru, melainkan akibat perbedaan antara kondisi ideal saat pengujian dan situasi nyata saat digunakan.

5. Degradasi dan umur pakai baterai

ilustrasi baterai smartphone
ilustrasi baterai smartphone (unsplash.com/Tyler Lastovich)

Seiring berjalannya waktu, baterai smartphone akan mengalami penurunan kapasitas atau yang dikenal dengan istilah degradasi. Jenis baterai lithium-ion maupun lithium-polymer secara alami kehilangan sebagian kemampuan menyimpan energi setelah melewati ratusan siklus pengisian daya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hoque, Siekkinen, Jonghoe, dan Sasu pada 2016 yang dipublikasikan di arXiv, kapasitas penuh baterai (full charge capacity) dapat berkurang lebih dari 20 persen dalam pemakaian normal selama beberapa tahun.

Idealnya, smartphone baru mungkin masih mampu mencapai kapasitas mendekati angka spesifikasi, tetapi setelah 2 tahun pemakaian intensif, kapasitas efektifnya bisa menurun menjadi sekitar 4.000 mAh dari total 5.000 mAh. Fenomena ini merupakan hal wajar karena reaksi kimia di dalam baterai terus berlangsung setiap kali digunakan. Oleh sebab itu, pengguna disarankan rutin memantau kondisi battery health dan menghindari kebiasaan pengisian daya ekstrem agar proses degradasi tidak berlangsung lebih cepat.

6. Faktor pemasaran dan transparansi produsen

Laman resmi Samsung mencantumkan “typical capacity” dan “rated capacity” yang nilainya sedikit berbeda
Laman resmi Samsung mencantumkan “typical capacity” dan “rated capacity” yang nilainya sedikit berbeda (samsung.com)

Dari sudut pandang bisnis, aspek pemasaran memang berpengaruh besar terhadap cara produsen menampilkan angka kapasitas baterai. Banyak produsen memilih mencantumkan nilai tipikal (typical capacity) karena nilainya lebih tinggi dan lebih menarik perhatian calon pembeli. Strategi ini sebenarnya tidak salah, selama informasi mengenai “typical” dan “rated capacity” dijelaskan secara terbuka dalam spesifikasi resmi. Misalnya, di laman resmi Samsung, kedua nilai tersebut biasanya ditampilkan berdampingan agar konsumen memahami konteks angka yang tertera.

Sayangnya, tidak semua produsen memberikan penjelasan serinci itu sehingga muncul kebingungan di kalangan pengguna. Tak sedikit konsumen yang mengeluhkan kapasitas baterai smartphone mereka terasa tidak sesuai dengan spesifikasi. Melalui informasi ini, diharapkan pengguna semakin memahami bahwa angka pada spesifikasi hanyalah hasil pengujian dalam kondisi ideal, bukan ukuran pasti performa di dunia nyata.

Perbedaan antara kapasitas baterai yang tercantum pada spesifikasi dan daya tahan sebenarnya bukanlah bentuk kecurangan produsen, melainkan konsekuensi dari berbagai faktor teknis. Mulai dari perbedaan istilah “typical” dan “rated”, variasi hasil produksi, efisiensi konversi daya, hingga kondisi penggunaan dan proses degradasi alami seiring waktu. Semua elemen ini berperan dalam menentukan performa baterai sesungguhnya.

Setelah memahami faktor-faktor tersebut, pengguna dapat lebih bijak menafsirkan spesifikasi dan menyesuaikan ekspektasi terhadap daya tahan perangkat. Angka pada spesifikasi sebaiknya dipandang sebagai representasi ideal, sedangkan pengalaman nyata sangat bergantung pada pola pemakaian sehari-hari. Semoga penjelasan ini membantu kamu membuat keputusan yang lebih tepat sebelum membeli smartphone baru.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us

Latest in Tech

See More

5 Cara Mengembalikan Foto Terhapus di HP Android Tanpa Aplikasi

28 Okt 2025, 15:52 WIBTech