Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Sejak Kapan Cloud Gaming Populer?

memainkan Halo Infinite di HP via cloud gaming (unsplash.com/[Ryland Dean])
memainkan Halo Infinite di HP via cloud gaming (unsplash.com/[Ryland Dean])
Intinya sih...
  • Konsep cloud gaming sudah digagas sejak 2 dekade lalu oleh perusahaan game G-cluster asal Finlandia, tetapi terbatas teknologi dan jaringan internet pada 2005.
  • Pada 2010, cloud gaming berkembang pesat dengan rilisnya Gaikai, yang kemudian diakuisisi oleh Sony Computer Entertainment untuk layanan PlayStation Now.
  • Cloud gaming mulai menjadi mainstream pada 2019 dengan rilisnya Google Stadia dan diikuti oleh layanan dari Xbox Game Pass Ultimate, Amazon Luna, dan aplikasi Boosteroid.

Cloud gaming adalah layanan streaming game yang kini makin populer. Melalui game berbasis cloud, kamu gak perlu mengunduh game dan membeli perangkat keras. Plus, ia bisa dimainkan di berbagai platform. Saat ini, layanan seperti Xbox Game Pass Ultimate, Amazon Luna, dan PlayStation Plus Premium cukup diminati oleh gamer.

Bicara soal cloud gaming, sejak kapan, sih, layanan ini mulai dikenalkan dalam industri game? Apakah kamu penasaran asal terciptanya layanan streaming game yang berkembang pesat ini? Yuk, simak sejarah tentang sejarah perkembangan cloud gaming di bawah ini!

1. Cloud gaming mulai dikembangkan pada awal 2000-an, tapi terhambat keterbatasan teknologi saat itu

tampilan G-cluster (dok. broadmedia Coproration/G-cluster)
tampilan G-cluster (dok. broadmedia Coproration/G-cluster)

Usut punya usut, ternyata konsep cloud gaming sudah digagas sejak 2 dekade lalu, lho. Konsep ini pertama kali diuji oleh perusahaan game bernama G-cluster asal Finlandia. Mereka mengumukan layanan tersebut pada acara Electronic Entertainment Expo (E3) pada 2000.

Setelah melalui tahap pengembangan, pada 2005, G-cluster akhirnya merilis layanan yang dapat menjalankan game PC langsung dari server mereka dengan sistem layaknya layanan video-on-demand. Namun, karena keterbatasan teknologi dan jaringan internet, layanan ini belum bisa berkembang.

2. Cloud gaming mengalami perkembangan signifikan pada 2010

layanan cloud gaming OnLive (dok. 	Steve Perlman/OnLive)
layanan cloud gaming OnLive (dok. Steve Perlman/OnLive)

Cloud gaming mulai berkembang pada 2010 dengan rilisnya layanan cloud gaming pertama, OnLive, ciptaan Steve Perlman. Layanan ini mendapat dukungan developer besar, seperti Ubisoft, 2K Games, dan THQ. Game populer seperti Assassin's Creed II (2009), LEGO Batman (2008), dan Just Cause 2 (2010) juga tersedia di OnLive.

Pada waktu bersamaan, developer kondang, David Perry, juga mengumumkan layanan game berbasis cloud bertajuk Gaikai. Namun, ia tidak menawarkan layanan untuk memainkan game secara penuh. Alih-alih, ia menyediakan demo game untuk dimainkan. Ini sekaligus menjadi sarana promosi ampuh untuk para penerbit besar.

Gaikai akhirnya diakuisisi oleh Sony Computer Entertainment dan menjadi dasar untuk layanan PlayStation Now yang rilis pada 2014. Setelah rilisnya dua layanan tersebut, mulai banyak bermunculan penyedia layanan cloud gaming. Pada 2012, misalnya, NVIDIA merilis NVIDIA GRID, sebuah GPU yang dirancang untuk keperluan cloud gaming.

3. Kepopuleran cloud gaming meroket mulai 2019 sampai saat ini

tampilan web Amazon Luna, salah satu penyedia cloud gaming populer pada 2025 (luna.amazon.com)
tampilan web Amazon Luna, salah satu penyedia cloud gaming populer pada 2025 (luna.amazon.com)

Layanan game berbasis cloud mulai menjadi mainstream pada 2019. Pada tahun tersebut, Google merilis layanan game berbasis cloud pertama mereka, Google Stadia. Ia adalah layanan streaming game multiplatform yang bisa diakses di PC, Smart TV, bahkan HP.

Tak berselang lama, banyak perusahaan besar mulai merilis layanan cloud gaming mereka. Xbox, misalnya, merilis layanan cloud gaming untuk pengguna Xbox Game Pass Ultimate pada 2020. Amazon juga merilis Amazon Luna pada 2020. Lalu, muncul aplikasi Boosteroid pada 2019.

Saat ini, cloud gaming juga sudah merambah ke konsol. Beberapa game di handheld Nintendo Switch, misalnya, menerapkan mekanisme cloud untuk bisa dimainkan. Sebagai contoh, pemain bisa memainkan Resident Evil 7: Biohazard (2017), Assassin's Creed: Odyssey (2018), dan Kingdom Hearts III (2019) di Nintendo Switch.

4. Dengan pesatnya perkembangan teknologi, masa depan cloud gaming di industri game terbilang cerah

Xbox cloud gaming bisa memainkan game AAA di platform apa saja. (youtube.com/Xbox)
Xbox cloud gaming bisa memainkan game AAA di platform apa saja. (youtube.com/Xbox)

Perkembangan pesat cloud gaming adalah bukti nyata bahwa fleksibilitas dan kemudahan jadi salah satu faktor penting dalam industri game. Lantas, bagaimana masa depan cloud gaming nantinya? Apakah ia bisa menggantikan game konvensional?

Tentunya, semua kembali pada aksesibilitas dan kenyamanan gamer. Game konvensional menawarkan permainan penuh tanpa memikirkan koneksi internet, performa juga jauh lebih stabil, dan data gamer yang tersimpan aman. Sementara, game berbasis cloud punya keunggulan seperti tidak perlu memenuhi tuntutan hardware, tidak perlu beli game, dan bisa dimainkan antarplatform.

Dengan perkembangan teknologi yang terbilang pesat, seperti kecerdasan buatan (AI) dan jaringan 5G yang mulai mainstream, cloud gaming memiliki potensi untuk menggeser posisi game konvensional sebagai sarana hiburan utama. Namun, kembali lagi, ia harus bisa unggul dalam aksesibilitas, tawaran harga yang lebih murah, dan menjamin keamanan gamer.

Bagaimana menurutmu? Apakah cloud gaming dapat berkembang menggantikan game konvensional? Tuliskan pendapatmu di kolom komentar, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha ‎
EditorYudha ‎
Follow Us