3 Jenis Partition pada Linux yang Wajib Dipahami, Ada Root

Sebagai sistem operasi yang serbaguna, Linux memberikan kebebasan bagi penggunanya selama proses penginstalan. Kebebasan ini memang membuatnya semakin fleksibel tetapi untuk user awam secara praktis akan ada banyak informasi yang harus dicerna. Maka dari itu, hal pertama yang harus dilakukan adalah mempelajari storage partition.
Apa itu? Singkatnya, ini merupakan proses pembagian SSD atau HDD yang tersedia menjadi beberapa bagian yang masing-masing memiliki peran tertentu. Memahami partisi ini esensial karena secara langsung berpengaruh pada performa komputer dan pemyimpanan data. Pada Linux sendiri, ada tiga partisi utama yang wajib kamu pahami. Yuk, bedah lebih lanjut!
1. Root partition

Root partition atau partisi root, dilambangkan dengan "/", adalah partisi utama di mana sistem operasi diinstal. Partisi root penting karena menampung semua file sistem, termasuk kernel yang merupakan inti dari sistem operasi. File-file tersebut vital untuk membooting sistem dan menjalankan operasi dasar. File konfigurasi untuk sistem, seperti yang umumnya terletak "/etc", disimpan di partisi root. File-file ini mengontrol berbagai aspek sistem, termasuk pengaturan jaringan, akun pengguna, serta layanan sistem.
Ukuran partisi root bisa bervariasi tergantung pada kebutuhan kamu. Namun, biasanya dialokasikan setidaknya 25-45 GB untuk partisi root. Ukuran tersebut disarankan sebagai antisipasi untuk memfasilitasi file sistem operasi dan software tambahan yang mungkin diinstal seiring pemakaian. Saat menginstal Linux, partisi root harus diformat dengan sistem file ext4 yang sudah menjadi standar untuk dalam hampir semua distribusi Linux.
2. Home partition

Partisi home, atau digambarkan dengan "/home", adalah tempat penyimpanan data pengguna. Partisi home menyimpan semua data terkait user, seperti dokumen, gambar, dan file konfigurasi. Partisi home dibuat terpisah dari partisi root untuk memastikan bahwa data pengguna tetap terjaga meskipun partisi root diinstal ulang atau corrupt. Implikasinya, dengan memisahkan data user dari partisi root, kamu dapat dengan mudah mengakses dan menyimpannya di berbagai versi distribusi Linux yang sama.
Ukuran home partition harus ditentukan berdasarkan jumlah data pengguna yang ingin disimpan. Secara umum, partisi home biasanya diambil dari jumlah ruang yang tersisa setelah mengalokasikan storage untuk partisi root. Misalnya, jika kamu memiliki SSD 1 TB dan mengalokasikan 250 GB untuk root partition, sisanya dapat dipergunakan untuk partisi home. Sama seperti partisi root, partisi home juga mengikuti format file ext4.
3. Swap partition

Terakhir ada partisi swap, atau juga ditulis "/swap" saja, adalah area khusus pada HDD atau SSD yang digunakan sebagai memori virtual. Ketika RAM fisik (dalam bentuk keping ram) sudah dipergunakan seluruhnya, OS dapat memindahkan sebagian data dari RAM ke partisi swap untuk mengosongkan ruang pada RAM fisik. Ukuran minimum untuk partisi swap tergantung pada jumlah RAM yang terpasang pada PC atau laptop.
Untuk sistem dengan RAM kurang dari 16 GB, pada umumnya disarankan untuk mengalokasikan 1,1-1,5 kali jumlah RAM fisik sebagai swap partition. Namun, pada PC dengan RAM lebih dari 16 GB, partisi swap sama bersifat opsional karena sistem operasi dan software jarang menyentuh batas maksimum pemakaian RAM yang terpasang. Nah, sudah paham, kan, dengan pentingnya penetapan partisi? Semoga informasi ini bermanfaat saat kamu menginstal Linux, ya!