5 Masalah Fitur Ubah Pesan Suara WA ke Teks Kurang Maksimal

- Fitur baru WhatsApp memungkinkan pengguna mengubah pesan suara menjadi teks
- Transkripsi pesan suara di WhatsApp memiliki masalah ketidaksesuaian bahasa dan kebisingan latar belakang
- Aksen atau logat yang medok juga menjadi penyebab kesalahan dalam transkripsi pesan suara ke teks
Baru-baru ini, WhatsApp meluncurkan fitur baru yang memungkinkan pengguna mengubah pesan suara menjadi teks. Fitur ini kabarnya sudah bisa dicoba di Indonesia mulai pertengahan Desember 2024 setelah memperbarui aplikasi WhatsApp ke versi 2.24.24.79 untuk perangkat Android.
Meski fitur ini disambut baik oleh sebagian pengguna WhatsApp, tidak sedikit juga yang merasa kecewa karena keterbatasan bahasa yang tersedia. Saat ini, fitur ubah pesan suara menjadi teks hanya mendukung empat bahasa, yaitu Inggris, Portugis (Brazil), Rusia, dan Spanyol yang dinilai sebagai representasi bagi sebagian besar pengguna WhatsApp seluruh dunia. Sayangnya, bahasa Indonesia justru belum tersedia dalam fitur ini sehingga pengguna mungkin kesulitan dalam memperoleh transkripsi yang akurat.
Sebelum kamu memanfaatkan fitur ini lebih lanjut, ada baiknya memahami keterbatasan serta hal-hal penting yang perlu diperhatikan. Harapannya kamu bisa lebih siap untuk mengoptimalkan fitur tersebut dan mengurangi kemungkinan masalah yang mungkin muncul. Apa saja masalah dalam fitur ubah pesan suara ke teks WhatsApp?
1. Ketidaksesuaian bahasa yang digunakan dalam pesan suara dengan pengaturan bahasa transkripsi yang dipilih

Salah satu masalah utama dalam fitur transkripsi pesan suara di WhatsApp adalah ketidaksesuaian antara bahasa yang digunakan dalam pesan suara dengan pengaturan bahasa transkripsi yang dipilih. Ketika pengguna mengirimkan pesan suara dalam bahasa tertentu, namun, pengaturan bahasa di aplikasi WhatsApp tidak sesuai dengan bahasa yang digunakan, hasil transkripsi sering kali tidak akurat. Hal ini terjadi karena teknologi pengenalan suara yang digunakan oleh WhatsApp berfungsi dengan lebih baik jika ada kesesuaian antara bahasa yang diucapkan dan bahasa yang diatur pada aplikasi.
Sebagai contoh, jika seseorang berbicara dalam bahasa Indonesia, namun, pengaturan transkripsi WhatsApp diatur ke bahasa Inggris, maka hasil transkripsi bisa jadi sangat kacau dengan tampilnya kata-kata yang salah atau bahkan tidak terbaca sama sekali. Ini menjadi masalah bagi pengguna yang tidak menyadari pentingnya pengaturan bahasa yang tepat sebelum mengirimkan pesan suara berpotensi mengurangi kenyamanan serta efektivitas penggunaan fitur ini.
2. Faktor kebisingan, desahan nafas, dan kejelasan artikulasi jadi penyebab paling umum saat melakukan perekaman suara

Faktor kebisingan latar belakang, desahan nafas, dan kurangnya kejelasan artikulasi adalah beberapa penyebab utama kesalahan dalam transkripsi pesan suara. Ketika seseorang merekam pesan suara di lingkungan yang bising, seperti di jalanan yang ramai atau di tempat umum yang penuh dengan percakapan, suara-suara lain dapat mengganggu proses pengenalan suara. Sistem pengenalan suara yang digunakan WhatsApp mungkin kesulitan untuk membedakan antara suara utama yang diucapkan dan suara latar belakang yang mengganggu.
Selain itu, desahan nafas atau suara napas yang terdengar jelas dalam pesan suara dapat membingungkan sistem pengenalan suara. Ini berpotensi membuatnya menganggapnya sebagai bagian dari kata atau kalimat yang diucapkan. Kejelasan artikulasi juga sangat penting. Jika seseorang berbicara dengan cepat atau tidak jelas, hasil transkripsi bisa menjadi tidak akurat atau bahkan salah total. Oleh karena itu, kebisingan, desahan nafas, dan artikulasi yang buruk menjadi tantangan besar dalam memastikan kualitas transkripsi yang baik.
3. Aksen atau logat medok bisa sebabkan kesalahan penerjemahan saat transkripsi suara ke teks

Aksen atau logat yang medok juga menjadi salah satu penyebab utama kesalahan dalam transkripsi pesan suara ke teks. Tiap daerah di Indonesia memiliki cara berbicara yang unik dengan penggunaan intonasi dan pengucapan kata-kata yang berbeda. Ketika seseorang berbicara dengan aksen atau logat yang kuat, sistem pengenalan suara sering kali kesulitan untuk mengenali kata-kata dengan benar.
Bila bahasa Indonesia nantinya akan ditambahkan pada fitur ubah pesan suara menjadi teks ini tentu juga akan memunculkan masalah baru. Misalnya, seorang pengguna asal Jawa yang menggunakan logat medok mungkin akan mengalami kesulitan saat sistem mencoba mentranskripsikan pesan suara mereka ke teks. Kata-kata yang seharusnya terdengar jelas bisa jadi terdistorsi atau bahkan berubah menjadi kata yang sama sekali berbeda. Hal ini sangat mengganggu, terutama bagi pengguna yang mengandalkan transkripsi untuk memahami pesan suara mereka dan dapat membuat fitur ini terasa kurang efektif bagi orang-orang yang kental berbicara dengan aksen atau logat tertentu.
4. Kekhawatiran pengguna atas privasi data rekaman suara yang tersimpan di ruang obrolan

Meski WhatsApp menjamin bahwa pesan suara yang dikirimkan di platform mereka dienkripsi, masih ada rasa khawatir di benak sebagian pengguna terkait privasi data rekaman suara yang tersimpan di obrolan secara pribadi. Beberapa pengguna merasa cemas mengenai kemungkinan rekaman suara mereka disalahgunakan, baik oleh pihak ketiga yang tidak bertanggung jawab atau oleh sistem yang mengakses data tersebut untuk tujuan lain. Kekhawatiran ini makin diperburuk dengan adanya potensi pelanggaran privasi atau kebocoran data yang berpotensi terjadi meski WhatsApp mengklaim bahwa mereka menjaga data pengguna dengan sangat ketat. Dalam konteks ini, walau fitur transkripsi pesan suara sangat berguna, beberapa pengguna masih merasa ragu untuk memanfaatkan fitur ini sepenuhnya karena takut data suara mereka akan jatuh ke tangan yang salah. Rasa khawatir ini bisa mengurangi tingkat adopsi dan kenyamanan dalam menggunakan fitur tersebut terlepas klaim bahwa teknologi enkripsi yang ada berusaha untuk menjaga keamanan data.
5. Belum ada kejelasan soal batasan ukuran maksimal pesan suara

Masalah lain yang sering membuat frustrasi adalah ketidakjelasan mengenai batasan ukuran maksimal pesan suara yang bisa ditangkap atau ditranskripsi oleh WhatsApp. Meski WhatsApp memungkinkan pengiriman pesan suara dalam durasi yang cukup panjang, tidak ada informasi yang jelas mengenai seberapa panjang pesan suara yang dapat diubah menjadi teks. Pengguna sering kali merasa bingung ketika pesan suara yang lebih panjang tidak dapat ditranskripsikan sepenuhnya atau hasil transkripsinya terpotong.
Hal ini menjadi masalah, terutama bagi mereka yang ingin mengirimkan pesan suara yang lebih panjang, namun, mengharapkan agar pesan tersebut dapat dikonversi secara utuh menjadi teks. Ketidakjelasan ini menyebabkan ketidakpastian bagi pengguna dan membatasi efektivitas penggunaan fitur transkripsi pesan suara. WhatsApp perlu memberikan informasi yang lebih jelas mengenai batasan ukuran dan durasi pesan suara yang dapat ditranskripsi untuk meningkatkan pengalaman pengguna.
Fitur ubah pesan suara ke teks di WhatsApp memang memberikan kenyamanan bagi penggunanya. Namun, masih banyak tantangan yang perlu diselesaikan, seperti ketidakakuratan transkripsi, kesulitan dalam mengenali aksen atau dialek tertentu, serta gangguan dari kebisingan latar belakang yang sering mempengaruhi kualitas hasil transkripsi. Selain itu, masalah privasi data rekaman suara dan keterbatasan dalam ukuran pesan suara yang dapat diproses juga menjadi hambatan yang perlu diperhatikan.
Untuk membuat fitur ini lebih optimal, pengembangan teknologi pengenalan suara yang lebih canggih serta peningkatan transparansi dalam pengelolaan data pribadi pengguna menjadi langkah penting yang harus dilakukan bagi WhatsApp agar fitur ini bisa diserap dan diakses oleh pengguna secara maksimal. Apakah kamu juga mengalami kendala yang serupa ketika mencoba fitur baru WhatsApp ini?