5 Strategi Lindungi Diri Tangkal Ancaman Deepfake Menuju Pemilu 2024

Menjelang Pemilu 2024, masyarakat perlu waspada akan menyebarnya konten hoaks yang menyesatkan dan dikemas dalam bentuk teknologi deepfake. Deepfake memang belum banyak diketahui dan disadari oleh masyarakat awam. Namun, ancaman ini telah menjadi perhatian serius di ranah cybersecurity.
Mengutip TechTarget, deepfake merupakan produk kecerdasan buatan (AI) yang mengarah pada manipulasi gambar, video, audio, untuk menciptakan konten palsu yang seakan-akan dibuat menyerupai aslinya. Bentuknya dibuat semirip mungkin sehingga masyarakat awam sulit untuk membedakan mana yang asli dan imitasi (tiruan). Tak heran bila deepfake menjadi ancaman serius yang diprediksi bakal memengaruhi opini publik dan memanasnya situasi jelang Pemilu 2024 besok, Rabu (14/2/2024).
Sekilas deepfake ini memang tidak berbahaya. Namun, di tangan orang yang salah teknologi ini berpotensi membawa petaka. Sebagai gambaran, deepfake ini muncul saat beredarnya rekaman suara Presiden Joko Widodo seolah menyanyikan lagu "Asmalibrasi" yang dipopulerkan oleh Soegi Bornean. Kemudian, rekaman suara ini viral di media sosial dan setelah diselidiki lebih mendalam ternyata memang olahan dari AI coversong.
Apabila ini dibawa ke ranah Pemilu 2024, deepfake bisa menjadi senjata mematikan untuk mengelabuhi opini masyarakat yang mencederai marwah kontestasi pemilihan umum yang seharusnya berjalan demokratis dan mengedepankan asas "Luber Jurdil". Agar kamu tidak menjadi korban selanjutnya, penting untuk memperhatikan sederet tips seputar menangkal deepfake berikut!
1. Perkuat literasi digital dengan memahami seluk beluk deepfake

Hal mendasar yang perlu kamu bangun untuk menangkal ancaman deepfake adalah memperkuat literasi digital. Pancing rasa ingin tahu kamu dengan hal yang paling sederhana. Mulai dari apa itu deepfake, jenis-jenis deepfake, cara kerja deepfake, mengenali potensi dan risiko yang mengintai si penggunanya, dan pertanyaan-pertanyaan dasar lainnya. Baca juga apakah sebelumnya pernah ada kasus yang serupa, namun, dengan modus yang hampir mirip. Jika memang ada, kamu berarti sudah satu langkah lebih maju untuk menghindarkan dirimu dari bahaya deepfake.
Ancaman deepfake tak mengenal status, jabatan, pangkat, dan latar belakang. Siapa pun bisa terkena dampaknya. Mulai dari public figure, selebritas, bahkan presiden pun juga bisa saja terkena imbas dari kekuatan AI ini seperti ulasan yang telah dijabarkan sebelumnya. Dengan memiliki pengetahuan yang kuat tentang konsep dasar keamanan siber dan kecerdasan buatan, masyarakat jadi lebih tanggap terhadap ancaman deepfake yang sewaktu-waktu bisa terjadi.
2. Mencoba bersikap skeptis akan bahaya yang ditimbulkan dari ancaman ini

Adakalanya, bersikap skeptis menjadi sebuah keharusan ketika kamu menghadapi situasi seperti ini. Selalu tanamkan pada diri bahwa apapun yang terjadi di sekeliling kamu yang berkaitan dengan gelaran Pemilu 2024, jangan serta merta ditelan mentah-mentah. Jangan gampang terpengaruh dan mudah percaya. Penting untuk mengedepankan sikap kritis seiring dengan rasa skeptis demi memerangi ancaman deepfake. Misalnya beredarnya rekaman suara yang mirip seperti aslinya, jangan langsung men-judge. Lakukan verifikasi secara mendalam dan cari kebenaran informasi melalui situs pelacak fakta atau disinformasi yang terpercaya.
Selain faktor eksternal, kamu juga perlu berhati-hati dengan membagikan informasi kepada khalayak publik. National Cybersecurity Alliance menyarankan agar pengguna membatasi foto dan video yang disinyalir jadi celah peretas untuk memanfaatkan kesempatan ini menjadi teknologi deepfake yang dapat mempengaruhi opini publik. Kamu juga bisa mengatur siapa-siapa saja orang yang memang kamu percayai untuk membagikan informasi yang sensitif agar tidak bocor dan diketahui oleh khalayak umum.
3. Rutin mengganti kata sandi dan aktifkan pengaturan privasi

Cara selanjutnya dalam menangkal bahaya deepfake adalah mengaktifkan pengaturan privasi baik pada media sosial maupun situs web untuk mengontrol siapa yang dapat mengakses informasi dan konten yang telah kamu unggah. Menetapkan batasan akses kepada orang-orang yang hanya benar-benar dikenal dan dipercayai dapat membantu mengurangi risiko eksploitasi melalui manipulasi deepfake. Oleh karena itu, penting untuk secara aktif memeriksa dan mengonfigurasi pengaturan privasi sesuai dengan preferensi dan tingkat keamanan yang diinginkan sehingga dapat meminimalkan potensi penyebaran informasi palsu atau manipulasi yang merugikan.
Selain mengaktifkan pengaturan privasi, disarankan untuk secara rutin mengganti kata sandi. National Cybersecurity Alliance menyarankan penggunaan kata sandi yang panjang, kuat, dan unik. Setiap kata sandi sebaiknya terdiri dari setidaknya 16 karakter untuk setiap akun. Rincian ini mencakup campuran acak huruf besar, huruf kecil, angka, dan karakter khusus. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keamanan akun dan melindungi informasi pribadi dari potensi risiko terhadap ancaman deepfake.
4. Selektif dalam melakukan validasi, verifikasi, dan kurasi sumber informasi

Zaman sekarang arus informasi semakin masif. Apabila tidak hati-hati, bisa jadi kamu terjerumus ke dalam bahaya deepfake yang merugikan. Masyarakat diminta lebih selektif dan teliti dalam memilah dan memilih informasi yang tepat, akurat, dan kredibel. Terapkan 2V (Validasi dan Verifikasi) saat menerima informasi yang kamu dapatkan baik dari situs web maupun media sosial.
Pertama, verifikasi sumber berita yang menyebarkan informasi tersebut. Cek dulu apakah memang sumbernya valid dan terpercaya. Jika tidak, maka segera alihkan. Manfaatkan situs pelacak fakta yang tersedia. Di Indonesia sendiri sudah banyak situs yang bisa kamu akses, Tinggal ketik saja di kolom pencarian dan periksa apakah memang fakta atau hoaks.
Kedua adalah validasi. Tinjau fakta tersebut dengan membandingkan beberapa sumber, seperti situs web pemerintah, organisasi nonpemerintah, atau lembaga riset yang terkemuka. Hal ini dilakukan untuk memvalidasi informasi yang terkandung dalam berita tersebut. Jika tidak ada sumber terpercaya yang mendukung klaim dalam berita, kemungkinan besar berita tersebut tidak akurat.
5. Memanfaatkan solusi keamanan yang dapat melindungi pengguna dari bahaya deepfake

Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia telah mewanti-wanti masyarakat akan bahaya deepfake. Salah satunya dengan memanfaatkan penggunaan AI. Kominfo telah memiliki teknologi Automatic Identification System (AIS) yang secara aktif mencari konten-konten hoaks, terutama yang terkait dengan Pemilu 2024. Tidak hanya itu, Kominfo juga membentuk patroli siber yang bertugas memantau konten-konten yang beredar di media sosial. Sebab, hoaks sekarang ini tidak langsung muncul secara terang-terangan, namun, dikemas secara apik sehingga masyarakat tidak bisa mengenali bahwa ternyata manipulasi konten lewat deepfake ini bisa saja menyesatkan.
Ancaman deepfake yang muncul kapan saja selama perhelatan Pemilu 2024 tak boleh dianggap remeh. Masyarakat harus peka dan pintar melihat situasi karena arus informasi selalu bergerak setiap waktu guna memantau jalannya proses pemungutan suara di masing-masing wilayah. Kesadaran masyarakat dan memperkuat literasi digital adalah jalur selamat yang perlu dimanfaatkan agar tidak terjerat dari bahaya deepfake.
Pancing dirimu untuk melakukan cross check informasi secara berulang dan pastikan untuk tidak langsung percaya bilamana ada hal-hal yang belum terbukti kebenarannya. Jangan sampai hanya karena isu deepfake ini mengemuka ke publik, masyarakat jadi golput dan tidak menggunakan hak pilihnya dengan bijak. Manfaatkan sisa waktu ini dengan selektif memilih paslon pilihan kamu, ya!