Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

DeepSeek R1 Saingi o1 dari OpenAI, Harga Lebih Murah dan Open Source

tampilan DeepSeek Chat. (dok. DeepSeek)
Intinya sih...
  • DeepSeek R1 model AI China mampu menandingi performa OpenAI o1
  • Model ini memiliki 671 miliar parameter dan menerapkan metode penalaran bertahap
  • Harga API DeepSeek R1 90 hingga 95 persen lebih murah dibanding o1, membuka akses bagi pengembang dengan anggaran terbatas

Perusahaan asal China, DeepSeek, meluncurkan model kecerdasan buatan (AI) terbarunya bernama DeepSeek R1. Model AI penalaran open source ini mengejutkan dunia teknologi karena mampu menandingi performa o1 dari yang menjadi salah satu model terdepan saat ini. DeepSeek R1 bahkan berhasil mengalahkan o1 dalam beberapa tolok ukur pengujian.

Model ini tersedia secara terbuka di bawah lisensi MIT. Lisensi ini berarti siapa saja dapat menggunakan dan memodifikasinya secara bebas, bahkan untuk keperluan komersial. Mari kita pelajari lebih dalam mengapa Deepseek R1 menarik perhatian para antusias teknologi.

1. DeepSeek R1 mampu menyaingi o1 dari OpenAI

DeepSeek R1 hadir sebagai model AI berukuran besar dengan 671 miliar parameter. Model ini menerapkan metode penalaran bertahap, mirip cara manusia berpikir saat menghadapi masalah kompleks. Proses penalaran ini membutuhkan waktu lebih lama, dalam hitungan detik hingga menit. Metode ini memungkinkan AI menghasilkan jawaban yang lebih akurat dan lebih dapat diandalkan.

Melansir TechCrunch, DeepSeek R1 berhasil mencapai skor 79,8 persen dalam tes matematika AIME 2024, mengalahkan OpenAI o1 yang meraih 79,2 persen. Model ini juga unggul dalam benchmark MATH-500 dengan skor 97,3 persen, lebih tinggi dari o1 yang mencapai 96,4 persen. Prestasi lainnya terlihat dari rating 2.029 yang diraih model ini di platform pemrograman Codeforces. Angka ini menempatkan R1 di atas 96,3 persen programmer manusia, dilansir VentureBeat.

R1 menerapkan karakteristik model penalaran pada umumnya yang mampu memeriksa setiap langkah pemikirannya sendiri. Pendekatan ini membantu R1 menghindari kesalahan umum dan meningkatkan akurasi jawaban yang dihasilkan. R1 juga mampu menampilkan proses penalarannya sehingga pengguna dapat memahami bagaimana model ini sampai pada suatu kesimpulan.

Melansir TechCrunch, Deepseek juga merilis versi R1 yang lebih ringan dalam berbagai ukuran, mulai dari 1,5 miliar hingga 70 miliar parameter. Versi terkecil bahkan dapat dijalankan di laptop biasa. Versi ringan ini tentu berpotensi membuka akses lebih luas bagi pengguna dengan sumber daya terbatas.

2. Proses pengembangan Deepseek R1 dinilai sangat efisien

contoh kemampuan penalaran dari DeepSeek R1. (dok. DeepSeek)

R1 dikembangkan dengan menggabungkan metode reinforcement learning dan supervised fine-tuning. DeepSeek R1 awalnya dikembangkan sebagai R1-Zero, model yang sepenuhnya mengandalkan reinforcement learning. Model ini kemudian disempurnakan melalui proses supervised learning untuk meningkatkan kualitas outputnya.

Tim pengembang DeepSeek memulai proses ini dari model dasar DeepSeek-V3. Mereka mengumpulkan ribuan data awal untuk fine-tuning model tersebut. Setelah itu, model menjalani iterasi proses pelatihan penalaran. Proses ini membuat Deepseek R1 tidak hanya handal dalam bernalar, tetapi juga mampu berkomunikasi secara jelas dan koheren.

DeepSeek R1 menarik perhatian karena biaya pengembangannya yang sangat efisien, sekitar 5 juta dolar AS (sekitar Rp80 miliar). Angka ini dinilai jauh lebih rendah dibanding kompetitornya. Padahal, China juga sedang dikenai sanksi AS yang membatasi akses mereka ke chip AI.

3. DeepSeek R1 dapat diakses secara bebas dan murah

DeepSeek R1 menulis esai sederhana. (dok. DeepSeek)

DeepSeek menyediakan dua cara utama untuk mengakses R1. Pertama melalui platform DeepSeek Chat yang menawarkan akses gratis dengan batas 50 pesan per hari dalam mode Deep Think. Kedua, melalui API DeepSeek yang menawarkan harga sangat kompetitif, 90 hingga 95 persen lebih murah dibanding o1.

Pengguna hanya perlu membayar 0,55 dolar AS (sekitar Rp8.800) per satu juta token input dan 2,19 dolar AS (sekitar Rp35.400) per satu juta token output. Perbandingannya, OpenAI mematok harga 15 dolar AS (sekitar Rp242 ribu) per satu juta token input dan 60 dolar AS (sekitar Rp970 ribu) per satu juta token output untuk o1. Perbedaan harga signifikan ini membuka peluang lebih luas bagi pengembang dan perusahaan dengan anggaran terbatas.

Model ini dirilis di bawah lisensi MIT yang memberikan kebebasan maksimal kepada penggunanya. Siapa saja dapat mengunduh, menggunakan, memodifikasi, bahkan mengomersialkan model ini tanpa batasan berarti. Kode sumber R1 tersedia lengkap di platform Hugging Face yang memungkinkan siapa saja untuk berkontribusi dalam pengembangannya.

Perlu dicatat, R1 berasal dari China dan tunduk pada regulasi negara tersebut. Model ini tidak akan merespons pertanyaan sensitif seperti peristiwa Tiananmen Square atau otonomi Taiwan. Namun, DeepSeek masih sangat mumpuni untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan umum dan teknis.

Peluncuran DeepSeek R1 mendukung visi demokratisasi AI untuk khalayak luas. Deepseek membuktikan bahwa model open source masih mampu bersaing dengan model tertutup. Kehadiran R1 memberikan alternatif AI cerdas yang lebih terjangkau bagi komunitas pengembang dan peneliti AI di seluruh dunia.  

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us