“Anak-anak itu bukan berjalan ketika masuk ke ranah digital; mereka berlari di tempat-tempat yang indah—banyak manfaatnya, tapi banyak ranjaunya juga,” ujar Menteri Meutya di Jakarta pada Jumat (21/11/2025).
Komdigi soal Anak di Internet: Lari di Tempat Indah Tapi Banyak Ranjau

- Anak-anak berlari di tempat indah saat ada di dunia internet, tapi penuh ranjau digital.
- Pendampingan orang dewasa penting untuk melindungi anak dari ancaman digital.
- Edukasi, kolaborasi, dan literasi digital menjadi kunci menjaga masa depan ekosistem digital Indonesia.
Dalam era digital yang berkembang begitu cepat, akses internet kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan anak dan remaja Indonesia. Pemerintah pun terus memperkuat ekosistem digital yang lebih aman, termasuk melalui peluncuran digitalisasi pendidikan.
Namun, Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi), Meutya Hafid mengingatkan bahwa kemudahan akses ini tetap membutuhkan pendampingan yang serius dari orang dewasa.
Tempat indah yang penuh risiko
Menurutnya, internet menawarkan dunia penuh peluang. Anak-anak bisa belajar, terhubung, dan berkembang dengan cepat. Namun, di balik keindahan itu, terdapat ancaman yang tidak kasat mata. Kasus-kasus kejahatan digital bahkan dapat terjadi di ruang-ruang yang tampak aman seperti platform gim.
Karena itu, pendampingan orang tua, guru, dan orang dewasa dianggap menjadi benteng utama. Tanpa itu, anak-anak seperti “dibiarkan berlari sendirian di tempat yang penuh ranjau”. Mereka mungkin tampak sehat secara fisik, tetapi tidak ada yang tahu apa saja yang mereka lihat, alami, atau serap dari dunia maya.
Ancaman yang bergerak cepat

Komdigi mencatat bahwa lebih dari 3 juta konten negatif telah diturunkan dari ruang digital. Namun Menkomdigi menegaskan bahwa kecepatan produksi konten negatif selalu mengungguli upaya pemblokiran yang mengandalkan teknologi semata.
“Tidak mungkin hanya menggunakan pendekatan teknologi untuk menurunkan konten negatif. Fondasi utama untuk memerangi konten negatif adalah edukasi dan literasi yang dilakukan secara masif," lanjutnya.
Pendekatan pendidikan dianggap satu-satunya cara jangka panjang untuk menciptakan ekosistem digital yang sehat. Terutama karena sebagian besar pengguna internet di Indonesia saat ini adalah anak muda.
Bergerak bersama
Dari total 220 juta pengguna internet di Indonesia, lebih dari 60 persen adalah anak muda. Komdigi menilai bahwa jika kelompok ini dapat diarahkan menggunakan internet secara sehat dan bijak, maka ekosistem digital Indonesia secara keseluruhan juga akan membaik.
Meutya menegaskan bahwa saat ini adalah momen krusial sebelum terlambat. Ia mengajak 35 organisasi dan asosiasi yang hadir dalam forum untuk tidak hanya menjadi penonton, tetapi turut bergerak cepat menyelamatkan generasi muda dari risiko digital.
Ajakan Komdigi bukan sekadar imbauan, tetapi sebuah peringatan keras. Pendampingan anak di dunia digital bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mendesak. Internet bisa menjadi ruang belajar yang luar biasa, tetapi hanya jika anak-anak tidak dibiarkan berlari sendirian di tengah ranjau.
Langkah cepat, kolaborasi, dan literasi digital menjadi kunci. Karena menjaga anak muda di internet hari ini berarti menjaga masa depan ekosistem digital Indonesia.


















