5 Perbedaan KPR Syariah vs Konvensional, Mana yang Lebih Untung?

- KPR konvensional menggunakan sistem bunga mengambang, sementara KPR syariah menggunakan sistem bagi hasil atau akad jual-beli.
- Pada KPR konvensional, rumah langsung atas nama kamu sejak awal, sementara pada KPR syariah kepemilikan rumah dibagi antara kamu dan bank.
Punya rumah sendiri pasti jadi impian banyak orang. Tapi, harga rumah yang makin naik tiap tahun bikin banyak orang akhirnya memilih untuk ambil KPR (Kredit Pemilikan Rumah). Nah, sekarang bukan cuma KPR konvensional aja yang tersedia, KPR syariah juga makin populer, apalagi di kalangan masyarakat muslim.
KPR syariah disebut-sebut bebas riba dan lebih adil karena mengedepankan prinsip tolong-menolong dan transparansi. Tapi, benar gak sih KPR syariah lebih menguntungkan dibanding KPR konvensional? Biar kamu gak bingung dan bisa ambil keputusan yang tepat, yuk simak lima perbedaan utamanya berikut ini.
1. Sistem bunga vs sistem bagi hasil

KPR konvensional menggunakan sistem bunga mengambang (floating rate). Artinya, cicilan yang kamu bayar setiap bulan bisa berubah tergantung suku bunga pasar. Kadang bisa rendah, tapi juga bisa naik drastis.
Sebaliknya, KPR syariah gak mengenal bunga. Dilansir The Conversation, menurut penjelasan dari Shariq Siddiqui, dosen dan direktur Muslim Philanthropy Initiative di Indiana University, KPR syariah menggunakan sistem bagi hasil atau akad jual-beli, seperti murabahah, ijarah, dan diminishing musharaka. Jadi, bank dan kamu bekerja sama memiliki rumah tersebut, dan cicilan ditentukan dari kesepakatan awal, bukan fluktuasi pasar.
2. Kepemilikan rumah secara bertahap

Dalam KPR konvensional, rumah langsung atas nama kamu sejak awal, tapi sebenarnya masih dalam jaminan bank sampai cicilan lunas. Kalau kamu gagal bayar, rumah bisa disita.
Berbeda dengan itu, pada skema diminishing musharaka dalam KPR syariah, kepemilikan rumah dibagi antara kamu dan bank. Setiap cicilan yang kamu bayarkan membuat porsi kepemilikan kamu meningkat, sementara porsi bank menurun. Jadi, benar-benar ada proses pembagian risiko antara kedua pihak.
3. Bebas riba, sesuai prinsip Islam

Salah satu alasan utama orang memilih KPR syariah adalah karena prinsipnya bebas riba. Dalam Islam, riba (bunga) dilarang keras karena dianggap merugikan dan gak adil. Larangan ini berasal dari ajaran Al-Qur’an dan Sunnah yang melarang riba, spekulasi, dan ketidakpastian.
Makanya, KPR syariah dirancang untuk jadi alternatif yang lebih etis dan sesuai syariat. Untuk kamu yang ingin memegang teguh prinsip agama dalam urusan finansial, KPR syariah bisa jadi pilihan yang lebih tenang di hati.
4. Transparansi dan kejelasan akad

KPR konvensional sering kali membingungkan karena banyak biaya tambahan yang tidak dijelaskan di awal, seperti biaya provisi, denda keterlambatan, atau biaya penalti pelunasan lebih awal. Sementara itu, KPR syariah menekankan transparansi sejak awal. Semua biaya, termasuk keuntungan bank, sudah jelas tertulis dalam akad.
Dalam praktiknya, hal ini membuatmu lebih paham dan bisa memperkirakan komitmen keuangan jangka panjang tanpa kejutan biaya di tengah jalan. Sistem ini meminimalkan potensi kegagalan seperti krisis subprime di AS karena semua pihak tahu tanggung jawab dan risiko masing-masing.
5. Syarat lebih ketat dan DP lebih tinggi

Walau terlihat lebih adil dan sesuai syariat, KPR syariah punya tantangan tersendiri. Salah satu kekurangannya adalah jumlah uang muka yang biasanya lebih tinggi, yaitu minimal 20 persen. Hal ini karena sistem syariah menuntut adanya kepemilikan nyata dari bank sebelum dijual ke konsumen.
Selain itu, prosesnya juga lebih kompleks karena harus memastikan setiap akad sesuai syariat. Bahkan di beberapa daerah, KPR syariah belum tersedia luas, sehingga opsinya masih terbatas dibanding KPR konvensional.
Baik KPR syariah maupun konvensional punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kalau kamu ingin sistem yang bebas riba dan lebih transparan, KPR syariah bisa jadi pilihan tepat, apalagi buat kamu yang ingin memegang prinsip agama dalam urusan finansial. Tapi, pastikan kamu siap dengan uang muka lebih besar dan proses yang sedikit lebih rumit.
Sementara itu, KPR konvensional lebih fleksibel dalam syarat dan tersedia hampir di semua bank. Cocok buat kamu yang mengejar kemudahan proses dan cicilan lebih ringan di awal, walau tetap harus hati-hati dengan risiko bunga naik.
Jadi, pilihan akhirnya tetap ada di tangan kamu. Pahami dulu semua perbedaannya, hitung kemampuan finansial, dan pilih skema paling sesuai dengan kebutuhan serta nilai yang kamu pegang.