Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Negara yang Diam-diam Untung Besar dari Perang Tarif Trump

ilustrasi Donald Trump (pixabay.com/hoekstrarogier)
ilustrasi Donald Trump (pixabay.com/hoekstrarogier)
Intinya sih...
  • Brazil, India, Mesir, Turki, Maroko, Kenya, dan Singapura jadi negara-negara yang untung dari perang tarif Trump.
  • Brazil panen untung karena China menghentikan impor pertanian dari AS dan mulai belanja besar-besaran dari mereka.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ketika Donald Trump mengumumkan perang tarif besar-besaran terhadap berbagai negara selama masa jabatannya sebagai Presiden Amerika Serikat (AS), banyak yang langsung panik. Negara-negara seperti China, Jepang, dan Uni Eropa kena getahnya paling parah dengan tarif di atas 20 persen. Dampaknya gak main-main, mulai dari terganggunya rantai pasok global sampai potensi resesi.

Tapi di tengah kekacauan itu, ternyata ada juga negara-negara yang justru diam-diam untung besar. Mereka gak termasuk dalam daftar hitam tarif tinggi atau malah jadi pilihan baru untuk perdagangan global.

Perang tarif ini memang bikin banyak pihak kelimpungan, tapi buat beberapa negara, ini adalah kesempatan emas yang gak boleh dilewatkan. Yuk, cari tahu siapa aja negara yang justru cuan di balik perang tarif Trump!

1. Brazil

ilustrasi negara Brazil (pexels.com/4FLY RJ)
ilustrasi negara Brazil (pexels.com/4FLY RJ)

Brazil jadi salah satu negara yang paling untung karena cuma dikenakan tarif 10 persen oleh AS, jauh lebih rendah dibanding negara lain. Sebagai negara agraris raksasa, Brazil langsung ambil kesempatan saat China membalas tarif AS dengan menghentikan impor pertanian dari sana.

Hasilnya? Petani kedelai dan jagung Brazil panen untung karena China mulai belanja besar-besaran dari mereka. Ini bukan pertama kalinya Brazil menikmati efek dari perang dagang karena situasi serupa sempat terjadi di masa jabatan pertama Trump juga.

2. India

ilustrasi penduduk negara India (pexels.com/Deepak Kumar Singh)
ilustrasi penduduk negara India (pexels.com/Deepak Kumar Singh)

Meski tarif yang dikenakan ke India lumayan tinggi, yaitu 26 persen, negara ini tetap melihat peluang besar. Pemerintah India bahkan langsung membuat penilaian internal untuk identifikasi sektor yang bisa meningkat ekspornya ke AS. Sektor tekstil, pakaian, dan alas kaki jadi yang paling diincar.

India juga melihat peluang untuk menarik produksi iPhone dari China ke negaranya karena perbedaan tarif. Meski belum ideal, tapi jelas ada celah yang bisa dimaksimalkan buat jadi pemain utama di pasar global.

3. Mesir

ilustrasi negara Mesir (pexels.com/Thais Cordeiro)
ilustrasi negara Mesir (pexels.com/Thais Cordeiro)

Menurut Magdy Tolba, seorang pengusaha tekstil di Mesir, tarif tinggi yang dikenakan ke China, Bangladesh, dan Vietnam justru bikin Mesir kelihatan lebih menarik. Karena tarif untuk Mesir hanya sekitar 10 persen, ini jadi kesempatan besar buat industri tekstil lokal untuk tumbuh dan ambil alih pasar yang ditinggalkan negara-negara pesaing.

Dengan strategi yang tepat, Mesir bisa jadi alternatif baru dalam rantai pasok tekstil dunia, terutama ke pasar AS. Posisi geografis yang strategis dan biaya produksi yang kompetitif juga jadi nilai tambah yang gak bisa diabaikan.

4. Turki

ilustrasi penduduk negara Turki (pexels.com/Alan Wang)
ilustrasi penduduk negara Turki (pexels.com/Alan Wang)

Turki sebelumnya sempat terdampak oleh tarif Trump untuk ekspor baja dan aluminium. Tapi kali ini, negara tersebut dianggap mendapat “versi terbaik dari skenario terburuk”. Artinya, meski tetap kena tarif, tingkatannya jauh lebih ringan dibanding kompetitor.

Menteri Perdagangan Turki, Omer Bolat menyebut situasi ini bisa dimanfaatkan untuk mengambil alih pasar dari negara lain yang lebih terpukul. Sektor baja, tekstil, dan otomotif di Turki sekarang punya potensi untuk tumbuh lebih cepat.

5. Maroko

ilustrasi negara Maroko (pexels.com/Taryn Elliott)
ilustrasi negara Maroko (pexels.com/Taryn Elliott)

Maroko punya perjanjian perdagangan bebas dengan AS, sehingga tarif 10 persen yang dikenakan padanya terbilang ringan. Seorang mantan pejabat pemerintah Maroko yang enggan disebutkan namanya mengatakan, ini bisa jadi peluang untuk menarik investor asing yang ingin ekspor ke AS.

Namun, ekonom dari Moroccan Institute for Policy Analysis (MIPA), Rachid Aourraz mengingatkan dampak resesi global tetap bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Maroko. Meski begitu, sektor seperti tekstil dan manufaktur tetap punya peluang besar.

6. Kenya

ilustrasi negara Kenya (pexels.com/Git Stephen Gitau)
ilustrasi negara Kenya (pexels.com/Git Stephen Gitau)

Kenya juga termasuk negara yang dapat angin segar. AS punya surplus perdagangan dengan Kenya, jadi tarif yang dikenakan pun enggak terlalu tinggi.

Produsen tekstil di sana optimis bisa unggul dibanding negara seperti Vietnam dan Bangladesh yang kena tarif besar. Meskipun dampaknya mungkin gak sebesar negara lain di daftar ini, Kenya tetap punya potensi tumbuh di sektor tertentu, terutama kalau mereka bisa menjaga kualitas dan volume ekspor ke AS.

7. Singapura

ilustrasi Singapura (pexels.com/Nextvoyage)
ilustrasi Singapura (pexels.com/Nextvoyage)

Negara mungil ini memang sangat bergantung pada perdagangan global, jadi perang tarif sempat bikin indeks saham mereka turun tajam. Tapi menurut analis ekonomi dari OCBC dan Maybank, Singapura tetap punya peluang untuk tarik investor yang mau diversifikasi produksi dari China ke Asia Tenggara. Meski dampaknya enggak langsung besar, Singapura bisa memanfaatkan posisinya sebagai pusat logistik dan keuangan untuk tetap relevan di tengah gejolak tarif global.

Perang tarif Trump memang bikin banyak negara kelimpungan, tapi buat sebagian negara, ini justru jadi kesempatan langka untuk unjuk gigi. Brazil, India, Mesir, Turki, Maroko, Kenya, dan Singapura adalah contoh bagaimana gesekan dalam ekonomi global bisa menciptakan peluang baru.

Kalau kamu perhatikan, negara-negara yang untung ini biasanya punya tarif lebih rendah, hubungan dagang yang fleksibel dengan AS, atau sektor industri yang bisa cepat beradaptasi. Dari sini kita belajar satu hal: dalam setiap krisis global, selalu ada pihak yang bisa untung asalkan tahu cara mainnya. Gimana menurutmu?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us