Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Aksi PT Vale Indonesia Mewujudkan Net Zero Emissions

Ilustrasi upaya PT Vale Indonesia menunju NZE (vale.com)

"Bukan Sekadar Janji: Ketika Tambang Mulai Bernafas Lebih Hijau"

Di tengah sorotan global terhadap industri tambang sebagai salah satu kontributor emisi karbon terbesar, ada satu nama yang mencoba membalikkan narasi yaitu PT Vale Indonesia. Dalam dunia yang penuh komitmen kosong dan target jangka panjang yang kabur, Vale tampil dengan pendekatan berbeda #StartsWithMe membuktikan bahwa transisi menuju Net Zero Emissions bukan hanya sekadar jargon korporasi.

PT Vale Indonesia Tbk, perusahaan tambang nikel terkemuka di Indonesia, menunjukkan komitmen kuat dalam mendukung upaya global mencapai Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2050. Perusahaan ini telah mengimplementasikan berbagai inisiatif strategis untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mempromosikan praktik pertambangan berkelanjutan untuk #MenambangKebaikan.

Lewat langkah-langkah nyata yang bisa dirasakan, dilihat, dan bahkan dihitung emisinya, PT Vale membuktikan bahwa sektor tambang pun bisa menjadi bagian dari solusi iklim, bukan lagi sekadar bagian dari masalah. Berikut adalah 5 upaya nyata yang dilakukan PT Vale Indonesia dalam mencapai target tersebut!

1. Penggunaan pembangkit listrik tenaga air (PLTA)

Ilustrasi PLTA PT Vale Indonesia (pexels.com/Quang Nguyen Vinh)

“Tambang yang Digerakkan oleh Air: Inovasi Senyap dari Jantung Sulawesi”

Di saat banyak industri tambang masih bergantung pada energi fosil, PT Vale Indonesia sudah lebih dulu memutar roda industrinya dengan tenaga air. Bukan metafora, ini realitas. Di Sorowako, nikel ditambang, diproses, dan dikirim ke pasar global. Semuanya digerakkan oleh aliran sungai yang ditangkap dan diubah menjadi energi bersih lewat Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

PT Vale Indonesia mengandalkan energi terbarukan untuk menambang kebaikan melalui operasional tiga PLTA utama:​

  • PLTA Larona: Menyediakan kapasitas 165 megawatt (MW).​
  • PLTA Balambano: Dengan kapasitas 110 MW.​
  • PLTA Karebbe: Memiliki kapasitas 90 MW.​

Total kapasitas dari ketiga PLTA ini mencapai 365 MW, yang tidak hanya memenuhi kebutuhan operasional perusahaan tetapi juga mendistribusikan sekitar 10,7 MW kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Pemerintah Kabupaten Luwu Timur untuk kebutuhan listrik masyarakat sekitar. Penggunaan PLTA ini berhasil mengurangi emisi karbon hingga sekitar 2.000.000 ton CO₂e per tahun.

Apa yang dilakukan PT Vale bukan sekadar penghematan energi, tapi revolusi diam-diam di jantung industri ekstraktif. Sumber daya alam tidak hanya diambil, tapi juga dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk menciptakan ekosistem produksi yang minim jejak karbon.

2. Implementasi bahan bakar nabati hydrotreated vegetable oil (HVO)

Ilustasi bahan bakar nabati hydrotreated vegetable oil (HVO) (unsplash.com/Jonathan Borba)

"Dari Dapur ke Dump Truck: Bahan Bakar Masa Depan yang Sudah Dipakai Hari Ini”

Siapa sangka, minyak sayur yang dulu cuma akrab dengan penggorengan kini mulai jadi bahan bakar raksasa-raksasa tambang? Hydrotreated vegetable Ool (HVO) bukan sekadar inovasi hijau, tetapi merupakan cara baru PT Vale Indonesia menantang status quo bahan bakar fosil.

Sebagai pionir dalam industri pertambangan nikel, PT Vale Indonesia mengadopsi penggunaan Hydrotreated Vegetable Oil (HVO) sebagai bahan bakar alternatif. Berbasis limbah nabati dan minyak bekas, HVO adalah energi bersih yang mampu menggantikan solar tanpa perlu utak-atik mesin berat. Di tambang, ini berarti alat-alat raksasa tetap bekerja maksimal, tapi dengan emisi yang jauh lebih rendah. Tanpa asap hitam, tanpa jejak karbon berlebih.

Penggunaan HVO diterapkan pada dua unit truk tambang berkapasitas 100 ton, yaitu Komatsu dan Caterpillar, selama uji coba satu bulan. Hasilnya menunjukkan peningkatan efisiensi operasional dan pengurangan emisi karbon hingga 70%. Selain itu, HVO membantu mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 80% dibandingkan dengan diesel konvensional.

3. Target pengurangan emisi gas rumah kaca

Ilustrasi emisi gas rumah kaca dari pabrik (pexels.com/Mahmoud Nagi)

“Menambang Masa Depan, Bukan Emisi”

Banyak perusahaan hari ini berlomba membuat janji iklim yang muluk, tapi tak sedikit yang masih bingung dari mana harus mulai. PT Vale Indonesia memilih jalan yang lebih sunyi, jalan dengan lebih banyak kerja, lebih sedikit bicara #MenambangKebaikan.

Target pengurangan emisi gas rumah kaca yang mereka tetapkan bukan sekadar angka di atas kertas. Tetapi sebagai peta jalan yang disusun dengan kalkulasi matang, teknologi nyata, dan komitmen yang diuji setiap hari di lapangan. Dari pengurangan konsumsi energi fosil, transisi ke energi bersih, sampai efisiensi proses produksi, semuanya diarahkan menuju satu tujuan: menambang kebaikan tanpa mewariskan krisis.

PT Vale Indonesia menetapkan peta jalan menuju karbon netral pada tahun 2050. Sebagai langkah awal, perusahaan berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) absolut cakupan 1 dan 2 sebesar 33% pada tahun 2030. Komitmen ini sejalan dengan upaya global dalam menanggulangi perubahan iklim dan menunjukkan peran aktif PT Vale dalam mendukung target nasional.

Upaya maksimal juga dilakukan dengan penggunaan elektronik boiler berperan menurunkan bahan bakar HSFO dan dengan demikian menurunkan emisi CO2. Sumber energi untuk electric boiler juga berasal dari energi bersih, yakni dari PLTA. Selain itu PT Vale juga menggunakan alat sensor sun switch, bertujuan mereduksi penggunaan lampu di area perumahan karyawan dan senantiasa mengontrol perbandingan standar untuk menilai capaian penurunan emisi dengan industri sejenis. 

4. Penggunaan energi terbarukan dan efisiensi energi

Ilustrasi komitmen PT Vale Indonesia optimalisasi dan efisiensi penggunaan energi (vale.com)

“Tambang yang Belajar Menghemat dan Memberi”

Di tengah dunia industri yang terbiasa boros energi, PT Vale Indonesia justru memilih jadi pelajar: belajar dari alam, dari air yang mengalir, dari cahaya yang tak pernah padam, dan dari pentingnya tidak mengambil lebih dari yang dibutuhkan.

Penggunaan energi terbarukan bukan lagi sekadar program tambahan, tetapi sudah menjadi fondasi operasional. Mulai dari PLTA yang menggerakkan mesin-mesin tambang di Sorowako, hingga sistem pemantauan digital yang memastikan setiap kilowatt dipakai dengan bijak, semua dirancang untuk satu hal: efisiensi yang berdampak.

Selain mengoperasikan PLTA, PT Vale Indonesia fokus pada implementasi energi baru terbarukan (EBT) lainnya untuk mengurangi emisi karbon. Melalui berbagai proyek pengembangan yang telah melalui proses manajemen risiko komprehensif, termasuk aspek sosial dan lingkungan. Inisiatif ini mencakup peningkatan efisiensi dalam proses produksi dan eksplorasi sumber energi alternatif yang lebih bersih.​ 

5. Pengurangan emisi sulfur dioksida (SO₂)

Sulfur Dioksida (SO2) yang berasal dari gunung (pexels.com/@marina-zasorina)

“Menjinakkan Gas Tak Terlihat: Cerita Sunyi di Balik Langit yang Lebih Bersih”

Sulfur Dioksida mungkin tidak setenar karbon dioksida, tapi dampaknya bisa sangat terasa dari udara yang makin berat dihirup, hingga hujan asam yang diam-diam merusak tanah. Tapi di balik deru mesin dan panasnya tungku peleburan, PT Vale Indonesia sedang melakukan sesuatu yang tak banyak disorot yaitu menjinakkan emisi SO₂.

Melalui teknologi wet scrubber dan sistem pengendalian emisi canggih, Vale tak hanya mengurangi jumlah gas berbahaya yang dilepaskan ke udara, mereka sedang mengembalikan sesuatu yang lebih mahal dari logam mulia: kualitas udara.

PT Vale Indonesia juga menargetkan penurunan emisi sulfur dioksida (SO₂) sebesar 500 ton per tahun. Selama tahun 2021, perusahaan telah melakukan beberapa inisiatif untuk mengendalikan emisi SO₂, antara lain menstabilkan proses di tungku reduksi yang berdampak pada konsumsi belerang cair serta konversi penggunaan Marine Fuel Oil (MFO) untuk menurunkan batubara belerang pada tanur pengering dan tanur reduksi. Langkah-langkah ini menunjukkan komitmen PT Vale dalam mengurangi dampak lingkungan dari operasionalnya.​

Melalui berbagai upaya tersebut, PT Vale Indonesia tidak hanya berkontribusi pada pencapaian target Net Zero Emissions, tetapi juga menunjukkan kepemimpinan dalam industri pertambangan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Komitmen ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi perusahaan lain dalam upaya bersama menjaga kelestarian lingkungan dan menanggulangi perubahan iklim. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febrianti Diah Kusumaningrum
EditorFebrianti Diah Kusumaningrum
Follow Us