Anak Buah Sri Mulyani Ungkap Penyebab Transaksi Bursa Karbon Minim

- Bursa Karbon IDXCarbon diresmikan Jokowi pada September 2023.
- Volume transaksi hingga April 2024 mencapai 572.064 ton CO2e, dengan nilai transaksi Rp35.306.088.600.
- Sosialisasi nilai ekonomi karbon perlu ditingkatkan untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi dalam perdagangan bursa karbon.
Jakarta, IDN Times - Sejak diresmikan pada September tahun lalu, transaksi yang terjadi di Bursa Karbon Indonesia atau IDXCarbon masih minim. Hal itu bukannya tanpa alasan sebab masih banyak pihak yang belum menyadari bahwa nilai ekonomi karbon bisa dimonetisasi.
"Kenapa masih juga agak tipis frekuensi transaksi dan sebagainya, pertanyaannya adalah kembali kepada supply dan demand bagaimana para pihak itu aware bahwa ada nilai ekonomi karbon yang dapat dimonetisasi, bisa diperdagangkan," tutur Kepala Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Boby Wahyu Hernawan dalam media gathering di Bogor, Jawa Barat, Rabu (29/5/2024).
1. Sosialisasi soal pemanfaatan nilai karbon perlu dilakukan

Maka dari itu, Boby menilai sosialisasi terkait pemanfaatan nilai karbon untuk diperdagangkan mesti terus digalakkan.
"Sekali lagi peran dari kita untuk menggalakkan ke semua pihak untuk bisa melakukan upaya pengurangan CO2 dan mendapatkan manfaat dari bursa karbon," ujarnya.
Secara umum, sambung Boby, Indonesia adalah potensi supplier pengurangan karbon yang sangat luar biasa, terutama dari sektor kehutanan.
2. Capaian transaksi di Bursa Karbon per April 2024

Hingga April 2024, volume transaksi yang terjadi di Bursa Karbon adalah sebanyak 572.064 ton setara karbondioksida (CO2e). Volume transaksi terbesar terjadi selama periode September-Desember 2023, yakni sebesar 494.254 ton CO2e.
Sementara itu, total nilai transaksi yang terjadi di Bursa Karbon hingga April 2024 sebesar Rp35.306.088.600. Nilai transaksi terbesar juga terjadi selama September-Desember 2023, yakni sebesar Rp30.907.000.000.
Untuk frekuensi transaksi Bursa Karbon terjadi sebanyak 60 kali per April 2024 dengan banyaknya frekuensi transaksi terjadi pada September-Desember 2023, yakni 47 kali.
Di sisi lain, sejak September 2023 hingga April 2024, jumlah partisipan yang ikut dalam perdagangan Bursa Karbon Indonesia baru sebanyak 57 pihak.
3. Jokowi resmikan bursa karbon Indonesia pada September 2023

Sebelumnya, Presiden Joko "Jokowi" Widodo resmi meluncurkan Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) pada 26 September 2023. Kehadiran bursa karbon disebut Jokowi jadi komitmen nyata Indonesia melawan krisis perubahan iklim.
"Ini adalah kontribusi nyata Indonesia untuk berjuang bersama dunia melawan krisis iklim. Melawan krisis perbahan iklim, di mana hasil perdagangan ini akan di-reinvestasikan kembali pada upaya menjaga lingkungan khususnya melalui pengurangan emisi karbon," kata Jokowi.
Jokowi juga menyatakan Indonesia menjadi satu-satunya negara yang sekitar 60 persen pemenuhan pengurangan emisi karbonnya berasal dari sektor alam.
"Di catatan saya, ada kurang lebihi satu gigaton CO2 potensi kredit karbon yang bisa ditangkap. Jika dikalkukasi potensi bursa karbon kita bisa mencapai Rp3.000 triliun, bahkan lebih," kata dia.