Bahlil Sebut Cuma Jokowi yang Bisa Paksa Freeport Bikin Smelter Emas

- Presiden Jokowi memaksa Freeport bangun smelter besar
- Smelter di Gresik mampu pisahkan emas dari tembaga
- Total produksi emas dari kedua industri mencapai 78 ton per tahun
Jakarta, IDN Times - Presiden Joko "Jokowi" Widodo diklaim sebagai satu-satunya presiden yang berhasil memaksa Freeport untuk membangun smelter berskala besar yang mampu memisahkan emas dari konsentrat tembaga.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebut sejak era presiden pertama hingga sebelum Presiden Jokowi, upaya tersebut belum pernah tercapai. Menurutnya, langkah tersebut merupakan pencapaian sejarah.
"Dari presiden pertama sampai presiden terakhir, Pak Jokowi yang bisa meminta setengah maksa Freeport membangun smelter yang berskala besar dan sampai produknya bisa memisahkan emas itu di zamannya Pak Jokowi. Ini fakta lho. Ini sejarah," kata Bahlil dalam Rakornas Repnas di Menara Bank Mega, Jakarta, Senin (14/10/2024).
1. Freeport sering didemo karena diyakini tak cuma keruk tembaga

Bahlil mengungkapkan pada masa lalu, ketika dirinya masih tinggal di Papua, sering terjadi aksi demonstrasi terkait operasional Freeport Indonesia. Saat itu, masyarakat meragukan apakah Freeport hanya mengolah konsentrat tembaga.
"Dulu, waktu saya masih di Papua, selalu kita demo. Freeport ini jangan-jangan dia mengeluarkan konsentrat tidak hanya tembaga, yang lain-lain," paparnya.
Hal ini disebabkan oleh ketiadaan smelter di Indonesia yang mampu memisahkan emas dari konsentrat tembaga.
Bahlil menjelaskan smelter terdahulu yang merupakan hasil kerja sama Freeport dengan Jepang, pada saat itu hanya mampu memisahkan tembaga, sementara produk turunan seperti anoda dan emas belum bisa diproses.
2. Kini Indonesia punya dua smelter raksasa yang bisa mengolah emas

Bahlil menjelaskan, pada 2021, ketika dirinya masih menjabat sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dia bersama Menteri ESDM sebelumnya mendesak Freeport untuk tidak lagi menunda pembangunan smelter.
Dengan total investasi sebesar 3 miliar dolar AS, smelter tersebut kini telah diresmikan dan menjadi pabrik tembaga terbesar di dunia dengan sistem single line.
Bahlil menekankan pencapaian itu menunjukkan kepemimpinan yang nyata, bukan sekadar janji.
"Jadi ini leadership, bukan omon-omon ini, ini bukan omon-omon. Sekarang, semua konsentrat kita, baik di Amman maupun di Freeport, sudah harus diolah," tuturnya.
3. Indonesia mampu hasilkan 78 ton emas dari dua smelter

Dia mengungkapkan dulu, sebelum ada smelter di dalam negeri, produk tembaga dengan kadar kemurnian 99 persen masih harus dikirim ke luar negeri, seperti Filipina dan Thailand, sehingga Indonesia tidak bisa mendeteksi berapa banyak emas yang terkandung dalam konsentrat tersebut.
Namun, dengan adanya smelter milik Freeport Indonesia di Gresik, Bahlil menyebut dari 3 juta ton konsentrat tembaga yang diolah, dihasilkan sekitar 60 ton emas dan 900 ribu anoda tembaga, beserta produk turunannya.
Sementara itu, di smelter Amman Mineral di Sumbawa Barat, dari 900 ribu ton konsentrat mampu menghasilkan 220 ribu ton tembaga dan 18 ton emas. Dengan demikian, total produksi emas dari kedua industri tersebut mencapai 78 ton per tahun.
"Jadi dari 2 industri ini saja, kita sudah mempunyai 78 ton emas per tahun. Kalau tidak ada hilirisasi bagaimana kita bisa tahu barang ini?" tambahnya.