BI: Ketegangan Iran-Isarel Picu Sentimen Risk-Off di Pasar Keuangan Global

- Bank Indonesia (BI) menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dengan intervensi di pasar valuta asing dan pembelian Surat Berharga Negara (SBN).
- Sentimen positif mewarnai pasar keuangan global karena kabar gencatan senjata antara Israel dan Iran yang meredakan ketegangan geopolitik.
- The Fed masih wait and see cermati kondisi global.
Jakarta, IDN Times – Bank Indonesia menyatakan ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel, ditambah dengan aksi militer Amerika Serikat yang menyerang tiga fasilitas nuklir Iran, telah memicu sentimen risk-off di pasar keuangan global. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor dan menekan stabilitas pasar keuangan.
"Kondisi ini memicu sentimen risk-off di pasar keuangan global, mendorong investor melakukan aksi flight to quality dengan mengalihkan dananya ke aset-aset aman (safe haven) seperti emas, dolar AS, dan obligasi pemerintah AS (US Treasury)," ungkap Direktur Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI, Triwahyono kepada IDN Times, Rabu (25/6/2025).
1. BI terus lakukan intervensi untuk stabilkan rupiah

Ia menjelaskan bahwa di sisi pasar modal, aset berisiko menunjukkan pelemahan. Indeks saham futures Amerika Serikat tercatat bergerak turun, diikuti oleh penurunan indeks saham regional seperti Nikkei (Jepang), Kospi (Korea Selatan), dan Straits Times (Singapura).
Merespons dinamika pasar global tersebut, Bank Indonesia menyatakan komitmennya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah agar tetap sejalan dengan fundamental ekonomi domestik dan pergerakan mata uang kawasan. BI akan melanjutkan langkah-langkah stabilisasi melalui intervensi di pasar valuta asing, termasuk transaksi Non-Deliverable Forward (NDF) di pasar luar negeri, serta transaksi spot dan Domestic NDF (DNDF) di pasar domestik.
"Selain itu, BI juga terus melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder guna menjaga stabilitas di pasar keuangan. Diharapkan, kondisi global dapat segera membaik sehingga stabilitas pasar keuangan dapat kembali terjaga," ungkapnya.
2. Rencana gencatan senjata Iran-Israel picu penguatan rupiah

Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra menjelaskan sentimen positif mulai kembali mewarnai pasar keuangan global pagi ini, seiring kabar gencatan senjata antara Israel dan Iran yang dimediasi Amerika Serikat. Mata uang Garuda berada di level Rp16.270 per dolar Amerika Serikat (AS) sehingga rupiah mengalami aprresiasi 83, 50 poin atau 0,51 persen dibanding penutupan kemarin pada level Rp16.761 per dolar AS.
"Langkah diplomatik ini berhasil meredakan ketegangan geopolitik yang selama ini membebani pasar," tegasnya saat dihubungi, Rabu (25/6/2025).
3. The Fed masih wait and see cermati kondisi global

Di sisi lain, pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell di hadapan Kongres AS semalam dinilai tidak memberikan kejutan karena The Fed masih bersikap wait and see sambil mencermati dampak dari kebijakan tarif yang diberlakukan. Namun pasar tetap menilai peluang pemangkasan suku bunga masih terbuka ke depannya.
"Seiring perkembangan tersebut, nilai tukar rupiah diproyeksikan berpeluang menguat pada perdagangan hari ini. Rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp16.280–Rp16.300 per dolar AS, dengan level resisten di sekitar Rp1j6.400," jelasnya.