Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bos NVIDIA Peringatkan AS mulai Tertinggal dari China dalam Lomba AI

CEO NVIDIA, Jensen Huang
CEO NVIDIA, Jensen Huang (總統府, CC BY 2.0, via Wikimedia Commons)

Jakarta, IDN TimesJensen Huang, Bos NVIDIA peringatkan AS (Amerika Serikat) bahwa negara tersebut berisiko tertinggal dari China dalam persaingan global menguasai akal imitasi (AI). Ia menilai, dukungan besar pemerintah Beijing terhadap industri teknologi mendorong akselerasi pesat di sektor tersebut. Sementara regulasi di Amerika justru semakin membatasi ruang inovasi.

Dalam wawancara eksklusif dengan Financial Times di sela-sela acara Future of AI Summit pada Rabu (5/11/2025), Huang menilai jurang teknologi antara dua ekonomi terbesar dunia itu semakin menyempit. Ketegangan geopolitik dan pembatasan ekspor chip dari Washington, menurutnya, bisa berbalik menjadi keuntungan bagi China yang mempercepat pengembangan AI domestik. Simak fakta selengkapnya di bawah ini!

1. China akan menang dalam lomba AI

ilustrasi AI
ilustrasi AI (freepik.com/DC Studio)

Dalam pernyataannya yang cukup tajam, Huang mengatakan kepada Financial Times, “China akan memenangkan perlombaan AI.” Ia menegaskan bahwa sikap “sinisme” di Barat menjadi penghambat kemajuan inovasi, dan menyerukan agar Amerika serta sekutunya memiliki lebih banyak rasa optimisme untuk bersaing di bidang AI.

Huang juga menyoroti gelombang regulasi baru yang bermunculan di berbagai negara bagian AS. Ia memperingatkan, terlalu banyak aturan dapat menghambat eksperimen dan kemajuan teknologi.

Sebaliknya, Huang menilai kebijakan subsidi energi yang digalakkan oleh pemerintah China memberi keuntungan besar bagi perusahaan teknologi lokal, terutama dalam memproduksi chip AI. “Listrik di sana gratis,” katanya, menggambarkan bagaimana biaya energi yang rendah mempercepat produksi chip buatan dalam negeri.

2. Huang: AS harus menang dengan bergerak lebih cepat

Pernyataan resmi CEO NVIDIA Jensen Huang, Rabu (5/11/2025)
Pernyataan resmi CEO NVIDIA Jensen Huang, Rabu (5/11/2025). (dok. NVIDIA)

Tak lama setelah sesi wawancara tersebut, Huang kembali menegaskan sikapnya lewat unggahan di platform X. Ia menulis, “Seperti yang sudah lama saya katakan, China hanya terpaut sepersekian detik di belakang Amerika dalam bidang AI. Sangat penting bagi Amerika untuk menang dengan bergerak lebih cepat dan memenangkan hati para pengembang di seluruh dunia.”

NVIDIA, yang kini menjadi perusahaan dengan nilai pasar tertinggi di dunia, menghadapi tekanan dari pembuat kebijakan AS untuk membatasi penjualan chip AI canggih ke perusahaan-perusahaan China. Namun, menurut Huang, terlalu ketatnya kebijakan ekspor justru dapat merugikan posisi Amerika dalam jangka panjang.

Pada konferensi NVIDIA GTC di Washington bulan lalu, Huang juga menegaskan pentingnya keterlibatan AS dengan komunitas pengembang di China. “Kami ingin dunia dibangun di atas tumpukan teknologi Amerika,” ujarnya. Namun ia menambahkan, “Tapi kami juga harus hadir di China untuk bisa memenangkan para pengembang mereka. Kebijakan yang menyebabkan Amerika kehilangan separuh pengembang AI di dunia bukanlah kebijakan yang baik dalam jangka panjang, justru akan merugikan kita,” dilansir Business Insider.

3. Larangan ekspor chip dan dampaknya terhadap NVIDIA

ilustrasi chip NVIDIA
ilustrasi chip NVIDIA (pexels.com/Stas Knop)

Pemerintah AS saat ini melarang penjualan chip AI paling canggih NVIDIA ke China. Termasuk seri Blackwell, bagian dari strategi keamanan nasional untuk mencegah peningkatan kemampuan militer dan teknologi Beijing.

Dilansir Yahoo Finance, Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menegaskan pada Selasa (4/11/2025) bahwa pemerintahan Trump tidak berencana untuk mengizinkan NVIDIA menjual chip tersebut ke China. Langkah itu melanjutkan kebijakan ekspor ketat yang sudah dimulai sejak pemerintahan sebelumnya.

Selain Bos NVIDIA peringatkan AS perihal ketertinggalan negeri Paman Sam dari China dalam persaingan global menguasai AI, pada Mei lalu, Huang menyebut bahwa kebijakan pembatasan ekspor penjualan chip AI adalah “a failure” atau sebuah kegagalan. Ia menilai, upaya itu justru membuat perusahaan teknologi China mempercepat upaya mereka untuk mengembangkan chip dan sistem AI secara mandiri. Menurutnya, strategi tersebut berpotensi memperlemah dominasi Amerika dalam jangka panjang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us

Latest in Business

See More

BSI Targetkan Produksi 110 Ribu Ton Tembaga per Tahun

08 Nov 2025, 23:32 WIBBusiness