BRIN Bakal Teliti Dampak Proyek PLTS Danau Singkarak

- BRIN terlibat dalam pengawasan dan mitigasi dampak PLTS terhadap ekosistem Danau Singkarak.
- Monitoring kualitas air dan kelimpahan ikan bilih dilakukan sebagai langkah awal.
- PLTS dirancang sebagai taman buatan alami untuk mendukung kelestarian ikan bilih dan lingkungan Danau Singkarak.
Jakarta, IDN Times - Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Danau Singkarak bakal melibatkan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Pelibatan BRIN dimaksudkan untuk pengawasan sekaligus mitigasi potensi dampak PLTS terhadap ekosistem Danau Singkarak.
“BRIN dilibatkan untuk menciptakan PLTS yang ramah lingkungan guna melestarikan lingkungan, antara lain ikan bilih, bukan untuk menilai pencemaran Danau Singkarak,” kata Peneliti Madya dari Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN, Ivana Yuniarti, dikutip Senin (20/1/2025).
1. Langkah awal monitoring yang dilakukan BRIN

Sebagai langkah awal, BRIN memonitor berbagai parameter kualitas air seperti penetrasi cahaya, profil distribusi vertikal suhu, profil distribusi vertikal oksigen terlarut, dan parameter lainnya seperti kadar oksigen yang digunakan untuk perombakan bahan organik (Biological Oxygen Demand).
Selain itu, monitoring juga dilakukan untuk memonitor tingkat kelimpahan absolut, komposisi populasi, dan pergerakan lokal ikan bilih. BRIN juga akan memonitor perubahan pada mikrobentik organisme yang hidup di dasar danau, serta resiko terjadinya pencemaran dari bioufoulant dan melakukan mitigasi jika memang terdapat resiko tersebut seperti dengan menyarankan penggunaan biofoulant ramah lingkungan.
“Luas area yang digunakan 0,45 persen. Namun, pengamatan akan tetap dilakukan untuk memastikan tidak ada risiko yang signifikan pada ekosistem danau,” kata Ivana.
Bahkan untuk nelayan yang terdampak, Ivana juga menyarankan agar tidak mengganti mata pencahariannya.
“Harus dibuka dialog agar solusi yang diambil menguntungkan semua pihak,” ujar dia.
2. Upaya mitigasi dari BRIN

Sementara itu, upaya mitigasi telah dilakukan dengan merancang PLTS menjadi taman buatan alami yang dapat menjadi habitat ikan bilis, tempat bertelur, memijah, dan mencari makan.
“Kami juga akan memastikan area di antara panel dikembangkan menjadi wilayah habitat ikan bilih dengan menggunakan tanaman lokal, sambil memonitor suhu, penetrasi cahaya, plankton dan kadar oksigen yang penting bagi kelangsungan hidup ikan bilih," kata Ivana.
"Jika ditemukan penurunan kadar oksigen akibat pengurangan penetrasi cahaya, tanaman tersebut akan menjadi upaya untuk meningkatkan kadar oksigen, dan jika dibuktikan jika masih ada kekurangan, kami mengusulkan microbubble sebagai salah satu solusi,” sambung dia.
3. BRIN pastikan tidak ada arahan dari pihak lain

Di sisi lain, Ivana memastikan pihaknya menjalankan penelitian tersebut berbasis data yang akurat dan independen, tanpa arahan dari pihak lain, termasuk pengelola PLTS.
Tujuan utama kolaborasi BRIN dalam proyek ini bukan untuk menilai apakah Danau Singkarak sudah tercemar, tetapi untuk menciptakan PLTS yang ramah lingkungan dan mendukung kelestarian ikan bilih, spesies khas danau tersebut.
Ivana mengatakan, tim peneliti juga berkomitmen melakukan co-monitoring secara berkelanjutan dengan berbagai pihak untuk memastikan PLTS ini mendukung kelestarian lingkungan Danau Singkarak.
“Selanjutnya, penelitian kami akan diterjemahkan ke dalam Bahasa Minang untuk memudahkan masyarakat lokal memahami hasilnya,” kata dia.
Sesuai rencana, pembangunan PLTS terapung akan dibangun di atas Danau Singkarak yang sekaligus menjadi solusi menuju energi bersih dan hijau yang digagas pemerintah. Bahkan, lebih dari itu, proyek energi tersebut dirancang untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Untuk diketahui, Danau Singkarak merupakan sebuah danau yang membentang di dua kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatra Barat, yaitu Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar. Danau ini memiliki luas permukaan sekitar 108 kilometer persegi dan merupakan danau terluas kedua di Sumatra setelah Danau Toba di Sumatra Utara.