Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bulog Bantah Isu Mark Up, Ungkap Proses Penawaran Harga Beras Impor

Direktur Utama Bulog, Bayu Krisnamurthi (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)
Intinya sih...
  • Bulog membantah isu mark up harga beras impor dan menjelaskan proses tender terbuka.
  • Bulog selalu melakukan tender terbuka dengan 80-90 perusahaan pemasok, membaginya dalam beberapa bagian, dan menunjukkan bid bond serta performance bond.

Jakarta, IDN Times - Direktur Utama Perum Badan Urusan Logistik (Bulog), Bayu Krisnamurthi membantah isu terkait mark up harga beras impor. Dia juga menjelaskan proses penawaran harga beras impor yang dilakukan Bulog.

"Untuk mengatasi dan menghindari mark up, dengan membuat sistem pengadaaanya sedemikian, sehingga mark up itu tidak bisa dilaksanakan," kata Bayu di Jakarta, Senin (16/7/2024) malam.

1. Bulog lakukan tender terbuka

Ilustrasi beras Bulog. (dok. Humas Perum BULOG tahun 2023)

Bayu menjelaskan bahwa Bulog selalu melakukan tender terbuka untuk pengadaan beras impor.

"Setiap Bulog open tender, yang menjadi pemasok ada 80-90 perusahaan. Kita pakai untuk tender harus punya bid bond, harus punya uang dulu untuk menunjukkan kesungguhan. Nanti kalau dia kalah bisa diambil uang itu," tuturnya.

Sementara jika perusahaan menang, menurutnya, harus menunjukkan performance bond.

"Kalau enggak deliver, performance bond kita ambil. Karena itu, harus sungguh-sungguh," ujar Baru.

Dia menegaskan bahwa Bulog tidak pernah membuka tender dalam satu blok besar. Bulog selalu membaginya dalam beberapa bagian.

"Kami pecah menjadi 300 ribuan, jadi lebih dari 10 kali. Dari 300 ribuan itu dipecah lagi menjadi lot. Ada lot Tanjung Priok, lot Tanjung Perak, lot Tanjung Mas, Bitung, bahkan ada masuk Sorong, Kupang," paparnya.

"Ini harga juga masing-masing sesuai biaya transport," imbuh Bayu.

Dia menuturkan, saat melakukan penawaran harga juga dilakukan secara terbuka.

"Setiap orang bisa lihat harga (yang ditawarkan) orang lain, jadi praktis enggak mungkin terjadi mark up," ucapnya.

2. Perusahaan Vietnam membantah

Antara Foto

Tan Long Group membantah isu keterlibatan melakukan mark up harga beras impor. Ketua Tan Long Group, Truong Sy Ba menegaskan, pihaknya tidak terlibat dalam impor beras yang dilakukan Bulog.

Dia menjelaskan, sejak 2023 sampai saat ini, perusahaannya tidak memenangkan tender apa pun dari Perum Bulog.

"Sepanjang sejarah pembukaan penawaran beras Bulog dan sejak tahun 2023 hingga sekarang, kami hanya menang satu batch beras sebanyak 30 ribu ton dikirimkan melalui Posco (Korea) dan tidak secara langsung memenangkan kiriman Bulog," kata dia, dikutip dari laporan CAFEF, Sabtu (13/7/2024).

Truong mengatakan, jika mengacu pada penawaran Mei, ada anggota usahanya, Loc Troi yang memenangkan tender 100 ribu ton beras. Namun, Tan Long menawarkan harga yang lebih tinggi, yaitu 15 dolar AS per ton, sehingga gagal memenangkan tawaran itu.

Penawaran oleh Tan Long ini disampaikan langsung kepada Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman yan saat itu berkunjung ke Vietnam. Namun, melihat penawaran harga Tan Long lebih tinggi, pemerintah Indonesia tidak mengambilnya.

3. Bulog soal demurrage

Impor beras yang dilaksanakan oleh Perum Bulog. (dok. Bulog)

Mengenai demurrage, Bayu mengungkapkan beberapa penyebabnya. Demurrage adalah biaya yang timbul karena kapal sandar di pelabuhan lebih lama dari yang disepakati.

Menurutnya, salah satu alasan hal itu terjadi karena Bulog mengimpor dalam bentuk karung dalam palka. Palka adalah ruang khusus dalam kapal untuk menyimpan barang selama perjalanan. Salah satu kelemahan dari sistem ini jika hujan tidak bisa melakukan operasi karena palka harus ditutup.

"Februari-Maret itu hujan terus. Itu membuat harinya (kapal bersandara di pelabuhan) menjadi bertambah," kata Bayu.

Alasan lainnya, Sistem Indonesia National Single Window (INSW) atau sistem ekspor-impor yang digunakan Indonesia mengalami shutdown beberapa hari, sehingga tidak bisa melakukan bongkar muat. Namun insiden ini tak hanya menimpa Bulog tapi juga lainnya.

"Selain itu, kita juga membuka impor dari negara-negara yang selama ini rupanya belum tuntas kerja sama karantina dengan Indonesia, enggak online," kata dia.

"Kalau Vietnam dan Thailand kita sudah online. Ini enggak, jadi ketika sampai di sini, ada persyaratan karatina yang ternyata kurang sehingga balik dulu, komunikasi ke sana 1 sampai 2 hari, baru dapat jawaban. Secara teknis begitu," sambung Bayu.

Demurrage terjadi tidak terlepas dari tingginya impor beras pada tahun ini, yang mencapai 3,6 juta ton.

"Demurrage terjadi iya, apalagi Indonesia tahun ini paling tinggi impor 3,6 juta. Itu gede banget. Memang volume di pelabuhan terjadi peningkatan untuk penanganan beras," ujarnya.

Perum Bulog mendapatkan penugasan untuk mengimpor beras dari pemerintah sebanyak 3,6 juta ton pada tahun ini. Pada Januari-Mei 2024, jumlah beras yang diimpor sudah mencapai 2,2 juta ton.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us