Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Cabai Merah dan Biaya Kuliah Kerek Inflasi 0,21 Persen di September

ilustrasi inflasi (vecteezy.com/Khunkorn Laowisit)
ilustrasi inflasi (vecteezy.com/Khunkorn Laowisit)
Intinya sih...
  • Cabai merah dan daging ayam ras memberikan andil inflasi sebesar 0,13 persen
  • Komponen harga bergejolak mengalami inflasi sebesar 0,52 persen
  • 24 provinsi di Indonesia mengalami inflasi, sementara 14 provinsi lainnya mengalami deflasi
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada September 2025, Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami inflasi sebesar 0,21 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Sementara itu, secara tahunan (year-on-year/yoy), tingkat inflasi tercatat sebesar 2,65 persen.

"Pada September 2025, terjadi inflasi bulanan sebesar 0,21 persen, atau kenaikan IHK dari 108,51 pada Agustus 2025 menjadi 108,74 pada September 2025," kata Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M Habibullah, dalam rilis yang disampaikan pada Rabu (1/10/2025).

1. Kelompok komoditas yang menyumbang inflasi

ilustrasi inflasi (freepik.com/freepik)
ilustrasi inflasi (freepik.com/freepik)

Ia menjelaskan, kelompok pengeluaran yang menyumbang inflasi bulanan terbesar adalah makanan, minuman, dan tembakau, dengan inflasi sebesar 0,38 persen, yang memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,11 persen.

"Komoditas yang dominan mendorong inflasi pada kelompok ini adalah cabai merah dan daging ayam ras, yang masing-masing memberikan andil inflasi sebesar 0,13 persen," kata Habibullah.

Selain itu, beberapa komoditas lain juga memberikan andil terhadap inflasi, di antaranya emas perhiasan dengan andil inflasi sebesar 0,08 persen, serta sigaret kretek mesin (SKM), biaya kuliah di perguruan tinggi, cabai hijau, dan sigaret kretek tangan (SKT), yang masing-masing memberikan andil inflasi sebesar 0,01 persen.

2. Komoditas yang sumbang deflasi

Ilustrasi bawang merah (freepik.com/jcomp)
Ilustrasi bawang merah (freepik.com/jcomp)

Di sisi lain, terdapat beberapa komoditas yang memberikan andil deflasi pada September 2025, di antaranya bawang merah dengan andil deflasi sebesar 0,12 persen, tomat dengan andil deflasi sebesar 0,03 persen,.

"Serta beberapa komoditas lainnya seperti bawang putih, cabai rawit, beras, ketimun, dan biaya sekolah menengah atas, yang masing-masing memberikan andil deflasi sebesar 0,01 persen," ujarnya.

3. Seluruh komponen alami inflasi paling besar terjadi di komponen harga bergejolak

Screenshot 2025-10-01 175914.jpg
Rincian komponen inflasi berdasarkan komponen. (IDN Times/Triyan).

Habibullah menjelaskan, inflasi bulanan ini utamanya didorong oleh komponen inti yang mencatatkan inflasi sebesar 0,18 persen, memberikan andil terhadap inflasi nasional sebesar 0,11 persen.

Komoditas yang dominan dalam mendorong inflasi pada komponen inti adalah emas perhiasan dan biaya kuliah di akademi atau perguruan tinggi. Kedua komoditas ini memiliki kontribusi signifikan terhadap inflasi bulanan pada bulan September.

Selain itu, komponen harga yang diatur pemerintah juga mengalami inflasi sebesar 0,06 persen, dengan andil 0,01 persen terhadap inflasi nasional. Dalam komponen ini, sigaret kretek mesin (SKM) dan sigaret kretek tangan (SKT) tercatat sebagai komoditas yang dominan memberikan andil inflasi.

"Komponen harga bergejolak, yang dipengaruhi oleh fluktuasi harga bahan pangan, tercatat mengalami inflasi sebesar 0,52 persen, dengan andil 0,09 persen terhadap inflasi nasional. Komoditas utama yang memicu inflasi pada kelompok ini adalah cabai merah, daging ayam ras, dan cabai hijau," tuturnya.

Dalam hal sebaran inflasi antarwilayah, 24 provinsi di Indonesia tercatat mengalami inflasi, sementara 14 provinsi lainnya mengalami deflasi. Provinsi Riau mencatatkan inflasi tertinggi dengan angka 1,11 persen, sementara Papua Selatan mengalami deflasi terdalam sebesar 1,08 persen.

Secara keseluruhan, inflasi bulanan pada September 2025 menunjukkan adanya ketidakmerataan pengaruh inflasi di berbagai wilayah di Indonesia, dengan beberapa daerah mengalami tekanan harga yang lebih tinggi daripada yang lainnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us

Latest in Business

See More

Lawan Tren Historis, Beras Malah Redam Inflasi September 2025

01 Okt 2025, 18:21 WIBBusiness