Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Cari Lokasi UMP Rendah, Alasan Banyak Pabrik Tekstil Tutup

Ketua Umum APREGINDO, Handaka Santosa (IDN Times/Tata Firza)
Ketua Umum APREGINDO, Handaka Santosa (IDN Times/Tata Firza)
Intinya sih...
  • 13.800 pekerja tekstil kena PHK sejak Januari-Juni 2024.
  • Perusahaan tutup karena tidak bijak mengelola keuntungan dan pindah ke lokasi dengan UMP rendah.
  • PT Sae Aparel Kota Semarang melakukan PHK terhadap 8 ribuan pekerja, salah satu dari banyak perusahaan yang melakukan PHK.

Jakarta, IDN Times - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Merek Global Indonesia (APREGINDO), Handaka Santosa, mengungkapkan alasan banyaknya pabrik tekstil yang tutup dan kemudian membuat belasan ribu orang terkena pemutusan hubungan kerja alias PHK.

Penyebab pertama, Handaka menilai bahwa perusahaan tekstill yang menutup pabriknya itu tidak bijak dalam menggunakan keuntungannya sehingga terpaksa harus gulung tikar.

"Sebetulnya pada waktu berusaha dengan baik, mengandalkan keuntungan ini sebaiknya kan dipakai untuk meningkatkan bagaimana bisa meng-upgrade mesin dan lain-lain, tetapi pada waktu keadaan menurun dana ini misalnya tidak dipakai meng-upgrade, tapi untuk investasi yang lain," kata Handaka dalam program Real Talk with Uni Lubis di IDN HQ Jakarta, Rabu (11/9/2024).

1. Perusahaan mencari lokasi pabrik dengan UMP rendah

Ilustrasi buruh garmen (Dok. KemenkopUKM)

Selain itu, CEO SOGO Indonesia tersebut juga mengungkapkan adanya penyebab kedua yang menjadi faktor tutupnya pabrik tekstil di Indonesia, yakni pindahnya pabrik ke lokasi yang memiliki upah minimum provinsi (UMP) rendah.

"Yang saya lihat memang kalau ada yang tutup karena pesanan menurun oke, tetapi ada juga yang tutup yang ini tidak terecord oleh pemerintah bahwa sebetulnya mereka itu mencari UMP yang lebih rendah," kata dia.

Oleh karena itu, sambung Handaka, banyak perusahaan tekstil yang kemudian membuka kembali pabriknya di Jawa Tengah seperti Pemalang dan Boyolali. Kedua wilayah tersebut punya UMP yang jauh lebih rendah dari Jawa Barat.

"Misalnya pindah ke Jawa Tengah, ke Boyolali, Pemalang yang UMP-nya bisa dibilang separuh dari misalnya Karawang. Penghematan itu kan menjadi peningkatan daya saing, tapi pemerintah kadang-kadang tidak melihat dan mempelajari kenapa gitu. Cuman tergantung dari isu sosial medianya," tutur Handaka.

2. Tercatat 13 ribu lebih pekerja tekstil kena PHK

Ilustrasi PHK. (IDN Times/Aditya Pratama)

Sebelumnya, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN), Ristadi, mengatakan bahwa ada lebih dari 10 ribu pekerja tekstil di Jawa Barat dan Jawa Tengah yang terkena PHK terhitung sejak Januari hingga Mei tahun ini.

"Akhir Mei kami rilis data PHK Januari sampai dengan Mei 2024, ada 10.800 (terkena PHK) di industri sektor tekstil," kata Ristadi kepada IDN Times, Minggu (9/6/2024).

Namun, badai PHK itu belum berhenti pada Mei 2024. Ristadi mengatakan, Pengurus KSPN mendapatkan update terbaru per hari ini atau 9 Juni 2024 adanya tambahan lebih dari 3.000 orang terkena PHK.

"Total semuanya jadi 13.800 orang," ujar Ristadi.

3. Daftar perusahaan/pabrik tekstil yang lakukan PHK

Infografis 8 Pabrik Tekstil di Jabar dan Jateng PHK Massal (IDN Times/Aditya Pratama)

Berikut ini daftar perusahaan atau pabrik tekstil yang melakukan PHK dan tercatat oleh KSPN:

  • PT Sae Aparel Kota Semarang melakukan PHK 8 ribuan pekerja
  • PT Sinar Panca Jaya Semarang melakukan PHK 2.000 pekerja
  • PT Pulomas Bandung melakukan PHK 100 pekerja
  • PT Alenatex Bandung melakukan PHK 700 pekerja
  • PT Kusuma Grup melakukan PHK 1.600 pekerja
  • PT Bitratex Semarang melakukan PHK 400-an pekerja
  • PT Johartex Magelang melakukan PHK 300-an pekerja
  • PT Dupantex Semarang melakukan PHK 700-an pekerja.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ridwan Aji Pitoko
EditorRidwan Aji Pitoko
Follow Us