Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Chad Nasionalisasi Aset Anak Perusahaan ExxonMobil

ilustrasi (Unsplash.com/Justin)

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Chad melakukan nasionalisasi semua aset, hak prospek, izin operasi dan otorisasi transportasi minyak yang dimiliki oleh Esso Exploration and Production Chad Inc. Itu merupakan anak perusahaan raksasa minyak Amerika Serikat (AS), ExxonMobil.

Langkah melakukan nasionalisasi itu ditandatangani oleh Presiden Mahamat Idriss Deby Itno pada Kamis (23/3/2023). Perusahaan tersebut sebelumnya telah dijual ke Savannah Energy, sebuah perusahaan Inggris. Namun, Chad melakukan penolakan dan proses penjualan itu menjadi sengketa.

1. Pemerintah Chad dinilai melakukan pelanggaran langsung

ilustrasi (Pixabay.com/jp26jp)

ExxonMobil telah bekerja sama dan beroperasi di negara Chad selama beberapa dekade sebelumnya, menjalankan proyek minyak Doba di Chad bagian selatan. Ada beberapa ladang minyak potensial di wilayah itu.

Anak perusahaan Exxon, Esso Exploration and Production Chad Inc, yang beroperasi di negara itu, dijual ke perusahaan Inggris Savannah Energy pada akhir Desember 2022. Pemerintah Chad menolaknya dan akhirnya terjadi sengketa.

Dilansir France24, sengketa itu dibawa ke arbitrasi Kamar Dagang Internasional di Paris, di mana Savannah Energy memenangkan kasus itu pada 7 Januari tahun ini. Namun pemerintah N'Djamena menolak dan melakukan nasionalisasi terhadap perusahaan.

Pada Jumat, Savannah mengatakan tindakan Chad merupakan pelanggaran langsung dari konvensi komersial. Perusahaan berjanji akan mengejar semua hak hukumnya atas kepemilikan perusahaan yang telah berganti nama menjadi Savannah Chad Inc.

2. Langkah Chad dapat menakut-nakuti investor asing

Anak perusahaan Exxon memegang konsesi di sejumlah ladang minyak produktif serta hak atas minyak yang diekstraksi, juga pengoperasian pipa yang mengangkut minyak mentah ke negara tetangga Kamerun untuk diekspor lewat pelabuhan Kribi.

Tindakan Chad itu melakukan nasionalisasi terhadap anak perusahaan Exxon, dinilai oleh pengamat telah menakut-nakuti investor saat permintaan energi global mengalami peningkatan. Di sisi lain, investasi asing di Afrika Barat terjadi penurunan, kutip Associated Press.

"Pengambilalihan dalam bentuk apa pun tanpa kompensasi bukanlah langkah ke arah yang benar, karena hal itu akan mengikis kepercayaan investor di negara tertentu dan begitu investor gelisah, mereka menarik kembali investasi mereka, sehingga regulator dan pemimpin di Afrika perlu bermain dengan aturan," kata Olufola Wusu, mitra dan kepala divisi minyak dan gas di Megathos Law Practice yang berbasis di Nigeria.

3. Chad adalah negara dengan cadangan minyak terbesar ke-10 di Afrika

ilustrasi industri minyak (Unsplash.com/Zbynek Burival)

Tahun lalu, Exxon mengatakan telah menjual perusahaan di Chad dan Kamerun ke Savannah Energy dalam kesepakatan senilai 407 juta dolar atau sekitar Rp6,1 triliun. Namun N'Djamena menentang perjanjian penjualan, dengan mengatakan persyaratan akhir berbeda dari yang telah disajikan.

Exxon sendiri, menurut Al Jazeera, memiliki aset termasuk 40 persen saham di proyek minyak Doba yang terdiri dari tujuh ladang minyak. Perusahaan juga memiliki hak operasi pipa minyak Chad-Kamerun sepanjang lebih dari 1.000 kilometer, di mana itu mengalirkan minyak mentah untuk diekspor.

Chad diketahui memiliki cadangan minyak terbesar ke-10 di Afrika. Negara yang terkurung daratan tersebut, mengekspor 90 persen minyaknya. Induk perusahaan ExxonMobil sejauh ini belum bersedia untuk berkomentar atas sengketa tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us