Deflasi Beruntun, LPEM UI Tidak Lihat Indikasi Turunnya Daya Beli

- LPEM FEB UI melihat tren deflasi lima bulan berturut-turut tanpa indikasi penurunan daya beli dari inflasi inti.
- Kelompok volatile food mengalami deflasi sebesar 1,34 persen secara bulanan dan inflasi sebesar 1,43 persen secara tahunan.
Jakarta, IDN Times - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) tidak melihat adanya indikasi penurunan daya beli dari tren deflasi lima bulan berturut-turut.
Kepala LPEM FEB UI Chaikal Nuryakin menyampaikan pada dasarnya penurunan daya beli masyarakat tidak tercermin dari laju komponen inflasi inti.
"Kalau daya beli menurun, yang menurun harusnya inflasi inti, namun ini tidak terlihat. Inflasi inti tetap cukup meningkat sekitar 1,8-2 persen. Jadi, inflasi inti tetap alami inflasi, berarti sebenarnya juga tidak terlihat penurunan daya beli dari sana," kata Chaikal, dikutip Senin (14/10/2024).
Dia menyampaikan saat ini komponen inti masih menjadi acuan untuk menyimpulkan kondisi daya beli, meski dalam komponen inflasi inti, terdapat komoditas emas yang harganya cenderung terus mengalami kenaikan dan mendorong terjadinya inflasi.
1. Deflasi dipicu turunnya harga pangan

Dia menjelaskan, kelompok volatile food melanjutkan deflasi. Kelompok volatile food pada September 2024 mengalami deflasi sebesar 1,34 persen secara bulanan (month to month/mtm), lebih dalam dari deflasi bulan sebelumnya sebesar 1,24 persen (mtm).
Secara tahunan, kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 1,43 persen (yoy), menurun cukup dalam dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 3,04 persen (yoy).
"Nyatanya deflasi beruntun disebabkan oleh penurunan harga barang-barang bergejolak atau volatile food (VF), seperti bawang, cabai, ikan, telur, daging, dan sebagainya," tuturnya.
2. Faktor supply dan demand pengaruhi deflasi dan inflasi

Menurutnya, pasokan dan permintaan atau supply dan demand sangat mempengaruhi inflasi maupun deflasi.
Pasokan VF atau bahan pangan di Indonesia sangat dipengaruhi musim. Seperti halnya waktu panen raya beras yang terjadi pada kuartal I hingga II, sehingga pasokan akan melimpah dan harga cenderung turun. Sementara pada musim Ramadan, Lebaran, liburan, maupun Natal, permintaan akan meningkat.
" Normalnya, VF memang bersifat naik turun atau disebut sebagai mean reversion. Harga bergejolak akan mengalami inflasi 2-3 bulan, kemudian akan deflasi 2-3 bulan berikutnya," ucap Chaikal.
3. Masih perlu ditelusuri penyebab deflasi

Untuk pertama kalinya sejak 1999 terjadi deflasi berkepanjangan. Chaikal melihat masih perlu penelusuran lebih lanjut penyebab lainnya terjadi deflasi.
“Apakah memang terjadi penurunan biaya logistik? Biaya produksi yang menurun? Kami belum memastikan apakah benar-benar terjadi hal tersebut,” ujarnya.