Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Dongkrak Industri Otomotif, Pemerintah Mulai Harmonisasi Bauran Energi

Produk otomotif terbaru meramaikan Semarang Automotive (Sauto) Expo 2025 di Mal Ciputra Semarang, 26 Februari–3 Maret 2025. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)
Intinya sih...
  • Pemerintah mengembangkan bauran energi pada kendaraan listrik dan konvensional, berdasarkan pengalaman industri otomotif Thailand yang mengalami penurunan.
  • Indonesia sebagai produsen biofuel terbesar di dunia, memiliki posisi strategis dalam pengembangan kendaraan listrik karena menjadi salah satu produsen nikel dan kobalt terbesar di dunia.

Jakarta, IDN Times - Pemerintah mulai mengembangkan bauran energi (mix energy) pada kendaraan berbasis baterai listrik maupun konvensional, dengan tetap mengedepankan prinsip ramah lingkungan. 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, langkah untuk mengembangkan mix energy berdasarkan pengalaman dari industri otomotif Thailand yang mengalami penurunan, akibat pabrik otomotif dari Jepang, yakni Suzuki dan Honda menutup pabriknya. Penutupan ini terjadi karena penjualan mobil secara global tengah melambat.

"Kalau industri, kita belajar dari industri otomotif di Thailand. Dengan pergeseran dari industri combustion engine ke kendaraan listrik, terjadi disrupsi. Dua pabrik dari Jepang tutup di sana, sehingga kita tidak boleh ketinggalan dalam mengharmonisasi energy mix untuk sektor otomotif," ujar Airlangga di Kemenko Perekonomian, Jumat (16/5/2025). 

1. Indonesia salah satu produsen biofuel terbesar di dunia

ilustrasi perusahaan minyak dan gas (migas) dunia (IDN Times/Arief Rahmat)

Ia menjelaskan, Indonesia merupakan salah satu produsen biofuel terbesar di dunia, seperti biodiesel dan bioetanol, yang dapat dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar untuk kendaraan ramah lingkungan.

Sementara itu, dalam pengembangan kendaraan listrik (electric vehicle/EV), Indonesia juga menempati posisi strategis sebagai salah satu penghasil nikel dan kobalt terbesar di dunia, yang merupakan bahan baku utama dalam produksi baterai kendaraan listrik.

“Sebagai tambahan, melalui kerja sama dengan Australia, di Morowali juga telah dikembangkan ekosistem baterai EV berbasis litium. Dengan demikian, Indonesia menjadi salah satu negara dengan sektor hulu yang cukup lengkap dalam industri battery cell,” ujarnya.

2. Kebijakan Trump pengaruhi industri otomotif

Ilustrasi Kondisi Pabrik Sektor Manufaktur Otomotif. (Unsplash/Appliances)

Sebelumnya, Presiden Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Nandi Julyanto mengungkapkan, kebijakan proteksionis Amerika Serikat mulai menimbulkan efek tidak langsung terhadap industri otomotif nasional, khususnya pada pasar ekspor.

Kondisi ini, menurutnya, menuntut pelaku industri untuk lebih adaptif dalam menyusun strategi jangka menengah hingga panjang.

“Yang paling terasa adalah dampak terhadap negara tujuan ekspor kami seperti ASEAN dan Amerika Latin. Jika ekonomi mereka terpukul, ekspor kami pun menurun,” kata Nandi,  Kamis (15/5).

3. Pengusaha minta pemerintah perkuat industri otomotif nasional

Produk otomotif terbaru meramaikan Semarang Automotive (Sauto) Expo 2025 di Mal Ciputra Semarang, 26 Februari–3 Maret 2025. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Menurutnya, tantangan ini harus direspons dengan memperkuat posisi industri otomotif nasional, baik melalui peningkatan daya beli domestik maupun pengembangan strategi ekspor yang lebih fleksibel terhadap dinamika global.

Ia juga menekankan pentingnya penguatan daya beli dalam negeri sebagai penopang utama pertumbuhan industri otomotif nasional.

“Kami pernah merasakan dampak positif ketika insentif pajak kendaraan diterapkan selama pandemi. Volume penjualan naik, pemasukan negara juga meningkat,” kata dia. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
Jujuk Ernawati
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us