Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ekspor Jepang Anjlok, Tarif AS Mengancam Pemulihan Ekonomi

ilustrasi bendera Jepang (unsplah.com/Colton Jones)
Intinya sih...
  • Tarif AS menghantam ekspor Jepang, terutama industri otomotif
  • Defisit perdagangan melebar dan ekonomi Jepang kontraksi
  • Bank Sentral waspada terhadap dampak tarif, sementara negosiasi dengan AS masih buntu

Jakarta, IDN Times – Ekspor Jepang turun 1,7 persen pada Mei, penurunan pertama dalam delapan bulan yang menandakan ancaman nyata dari tarif tinggi Amerika Serikat (AS) terhadap pemulihan ekonomi Negeri Sakura yang kian rapuh. Penurunan ini lebih kecil dari perkiraan pasar sebesar 3,8 persen, namun tetap berbalik dari kenaikan 2 persen pada April. Ekspor ke AS anjlok 11,1 persen, sedangkan ke China turun 8,8 persen.

Ekspor mobil ke AS terpukul paling parah, jatuh 24,7 persen secara tahunan, menurut data dari kementerian keuangan Jepang. Penurunan terjadi baik dari sisi volume maupun nilai, tetapi pemotongan harga besar-besaran memperburuk nilainya. Volume ekspor mobil hanya turun 3,9 persen, namun harga yang ditekan membuat dampak totalnya jauh lebih besar.

1. Tarif baru hantam industri otomotif Jepang

ilustrasi mobil Nissan (pexels.com/Albin Berlin)

Produsen mobil Jepang menyumbang 28,3 persen dari total ekspor ke AS pada tahun lalu, menjadikannya sektor paling rentan terhadap tarif baru. Selain tarif 25 persen yang sudah berlaku atas mobil dan baja, AS akan memberlakukan tarif timbal balik sebesar 24 persen untuk semua ekspor Jepang mulai 9 Juli. Pemerintah Jepang tengah berupaya keras agar sektor otomotif mendapat pengecualian khusus dari kebijakan tersebut.

Dilansir dari Times of India, industri otomotif sangat krusial bagi Jepang, karena sekitar delapan persen tenaga kerja nasional bergantung padanya. Negara itu juga merupakan rumah bagi raksasa otomotif global seperti Toyota, Honda, dan Nissan. Pemerintah menilai dampak tarif terhadap sektor ini bisa sangat serius.

Dilansir dari CNBC Internasional, Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba menyatakan bahwa sektor otomotif adalah prioritas utama negaranya. Ia menambahkan bahwa Jepang akan mengutamakan sektor tersebut dalam negosiasi.

2. Defisit perdagangan membengkak dan ekonomi kontraksi

ilustrasi kota Jepang (pexels.com/Aleksandar Pasaric)

Impor Jepang turun 7,7 persen pada Mei, sedikit lebih dalam dari ekspektasi jajak pendapat Reuters sebesar 6,7 persen. Meskipun begitu, defisit perdagangan pada bulan itu tercatat sebesar 637,6 miliar yen atau sekitar 4,39 miliar dolar AS, lebih kecil dari perkiraan sebelumnya. Surplus dagang dengan AS menyusut 4,7 persen, kontraksi pertama dalam lima bulan terakhir.

Di sisi lain, kontraksi ekspor ikut menekan kinerja ekonomi nasional. Produk domestik bruto (PDB) Jepang tercatat menyusut 0,2 persen pada kuartal pertama 2025 dibanding kuartal sebelumnya. Ini merupakan kontraksi pertama dalam satu tahun secara kuartal-ke-kuartal.

The Star mengutip Japan Research Institute yang memperkirakan bahwa jika semua tarif diberlakukan, ekspor Jepang ke AS bisa merosot 20 hingga 30 persen. Para ekonom juga menilai tarif tersebut bisa memangkas sekitar satu poin persentase dari total PDB Jepang.

3. Bank Sentral waspadai dampak tarif, negosiasi masih buntu

Pada 7 Februari 2025, di Washington, D.C., PM Ishiba bertemu dengan Presiden Trump dalam sebuah diskusi tingkat tinggi dengan jumlah peserta terbatas. Pertemuan ini dilanjutkan dengan makan siang kerja antara pemimpin Jepang dan AS. Setelahnya, keduanya menggelar konferensi pers bersama untuk menyampaikan hasil pertemuan mereka.

Bank of Japan (BOJ) mengungkapkan bahwa ekonomi Jepang kemungkinan akan melambat akibat gejolak perdagangan. Dalam pernyataan kebijakan terbaru, BOJ juga menyoroti ketidakpastian global dan dampaknya terhadap laba perusahaan domestik. Bank sentral mempertahankan suku bunga tetap dan memilih mengurangi pelonggaran moneter secara perlahan.

Sementara itu, perundingan perdagangan antara Jepang dan AS belum menunjukkan hasil berarti meski sudah enam kali dilakukan. Presiden AS Donald Trump dan Ishiba bertemu secara langsung pada Senin, namun tidak ada terobosan besar dalam kebuntuan tersebut. Ishiba menyebut ada sejumlah isu yang belum disepakati oleh kedua belah pihak.

Trump menyebut Jepang “keras” dalam negosiasi setelah pertemuan keenam para menteri gagal menghasilkan kesepakatan. Di sela KTT G7 di Kanada, Ishiba memperingatkan bahwa tarif AS telah “memengaruhi laba banyak perusahaan Jepang.” Ia menyebut dampaknya bisa serius tidak hanya bagi Jepang dan AS, tetapi juga terhadap ekonomi global secara luas.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us