Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pertemuan Ishiba–Trump Gagal Hasilkan Kesepakatan Tarif AS-Jepang

Pada 7 Februari 2025, di Washington, D.C., PM Ishiba bertemu dengan Presiden Trump dalam sebuah diskusi tingkat tinggi dengan jumlah peserta terbatas. Pertemuan ini dilanjutkan dengan makan siang kerja antara pemimpin Jepang dan AS. Setelahnya, keduanya menggelar konferensi pers bersama untuk menyampaikan hasil pertemuan mereka.
Intinya sih...
  • Tarif Trump picu kekhawatiran terhadap ekspor Jepang.
  • Pemerintah Jepang kesulitan membujuk AS mencabut tarif pada produk ekspor utama.
  • Negosiasi belum membuahkan kemajuan besar, meski upaya sudah dilakukan hingga menit terakhir.

Jakarta, IDN Times – Pertemuan antara Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Kanada pada Senin (16/6/2025), berakhir tanpa kesepakatan soal tarif. Diskusi digelar di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7, namun kedua pihak masih berbeda pendapat. Ishiba menyatakan bahwa kesepakatan hanya bisa tercapai jika menguntungkan kedua negara.

Kementerian Luar Negeri Jepang menyebut pembahasan berlangsung secara terus terang dan berfokus pada tarif AS. Ishiba dan Trump sepakat untuk menginstruksikan para menteri terkait agar melanjutkan konsultasi. Pertemuan berlangsung selama 30 menit di Kananaskis, menurut laporan Kyodo News.

“Kami belum mencapai kesepakatan sebagai satu paket karena kami masih berbeda pendapat dalam beberapa aspek,” kata Ishiba kepada wartawan, dikutip dari Anadolu Agency, Selasa (17/6/2025).

1. Tarif Trump picu kekhawatiran terhadap ekspor Jepang

Pemerintah Jepang menghadapi kesulitan dalam membujuk AS mencabut tarif pada sejumlah produk ekspor utamanya. Meski diberi penangguhan selama 90 hari, tarif terhadap mobil, baja, dan aluminium telah menimbulkan keresahan di dalam negeri. Ekonomi Jepang sangat tergantung pada ekspor barang-barang tersebut.

Ishiba mengakui bahwa negosiasi belum membuahkan kemajuan besar meski upaya sudah dilakukan hingga menit terakhir. Ia menegaskan bahwa keseluruhan kesepakatan adalah hal yang tak bisa dipecah. Sementara itu, Trump menggambarkan pertemuan sebagai pertemuan yang “berjalan baik,” tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Menurut The Asahi Shimbun, pemerintah Jepang sempat berharap bisa menyepakati tarif sementara dan menyelesaikan negosiasi sebelum awal Juli. Namun, hasil KTT justru membuat target itu makin sulit dicapai. Padahal, waktu itu bertepatan dengan persiapan kampanye pemilihan Majelis Tinggi yang dijadwalkan pada 20 Juli.

2. Permintaan penghapusan tarif mobil jadi ganjalan utama

ilustrasi tarif (pexels.com/Markus Winkler)

Negosiasi paling alot terjadi di sektor otomotif, terutama karena permintaan Jepang agar AS menghapus tarif pada mobil belum dipenuhi. Menteri Revitalisasi Ekonomi Ryosei Akazawa telah melakukan enam putaran pembicaraan dengan perwakilan AS. Namun, perbedaan posisi tetap melebar dan belum menunjukkan titik temu.

Ishiba menyebut belum ada kepastian kapan kesepakatan bisa dicapai. Ia mengindikasikan bahwa sektor otomotif menjadi isu krusial yang belum terpecahkan. Menurutnya, kesepakatan harus mencerminkan kepentingan nasional Jepang secara utuh.

Dalam sesi tanya jawab, Ishiba menyebut mobil merupakan kepentingan utama yang tak bisa ditawar. Ia menekankan bahwa Jepang harus memperjuangkan kepentingannya sekuat tenaga. Meski Trump sempat mengkritik kontribusi Jepang dalam biaya militer AS, isu itu disebut tidak dibahas dalam pertemuan.

3. Tarif 25 persen dan aliansi Indo-Pasifik jadi sorotan

Ancaman tarif tambahan sebesar 25 persen dari AS terhadap mobil asing membuat kesepakatan Jepang–AS makin sulit tercapai. Trump mengisyaratkan kemungkinan kenaikan tarif pada 12 Juni lalu. Menteri Keuangan AS Scott Bessent bahkan menyebut penundaan tarif bisa diperpanjang melampaui batas waktu 9 Juli.

Perpanjangan itu akan memberi ruang tambahan bagi kedua negara untuk merundingkan tarif dan langkah lain yang relevan. Jepang termasuk mitra utama dalam proses tersebut bersama negara-negara lain yang terdampak kebijakan tarif AS. Skenario ini turut memengaruhi jadwal dan strategi perundingan bilateral.

Meski penuh perbedaan, Ishiba dan Trump sepakat untuk memperkuat aliansi strategis. Dalam pernyataan bersama, keduanya menyatakan komitmen untuk “mempromosikan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka serta untuk lebih berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas dunia,” dikutip dari Yeni Safak, Selasa (17/6).

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us