Garap 2 Power Bank Raksasa, RI Hemat 3,9 Juta Liter Energi Kotor

Jakarta, IDN Times - PT Industri Baterai Indonesia/Indonesia Battery Corporation (IBC) mengungkapkan pihaknya sedang mengembangkan sistem penyimpanan energi baterai atau battery energy storage system (BESS).
"IBC berperan dalam mendukung tujuan nol emisi karbon melalui adopsi ESS yang sebenarnya sangat strategis untuk EBT (energi baru dan terbarukan) kita hingga 3,5 GWh untuk tahun 2030," kata Direktur Utama IBC, Toto Nugroho, dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta, Senin (27/11/2023).
1. Energy storage system menghemat bahan bakar fosil

Toto menjelaskan, IBC melakukan inisiatif kerja sama dengan PLN Nusantara Power untuk pilot project pembangkit listrik tenaga hybrid dan BESS di Pulau Bawean. Itu bertujuan mengurangi atau mengganti penggunaan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) dalam mendukung program de-dieselisasi.
"Dengan kolaborasi ini bisa dilihat bahwa kita bisa mengurangi hampir 5,7 juta kilogram Co2 emission dan juga hampir pengurangan 3,2 juta liter bahan bakar fosil," ujar Toto.
IBC juga bekerja sama dengan holding BUMN tambang MIND ID untuk pilot project BESS di Pelabuhan Kuala Tanjung sebagai suplai listrik bagi kapal sandar. Tujuannya untuk menggantikan peran diesel genset kapal dalam mendukung program green port. Itu diproyeksikan bisa menghemat 700 ribu liter bahan bakar fosil.
"Jadi, kapal sandar yang selama ini menggunakan diesel waktu mereka sandar, itu dia bisa kita gantikan dengan listrik, sehingga sangat mengurangi emisi dan juga mengurangi biaya dari si HSD (high speed diesel) bahan bakar itu sendiri," sambungnya.
2. Energy storage system jadi penunjang listrik EBT

Selain untuk kendaraan listrik, menurutnya yang tidak kalah penting adalah penggunaan baterai sebagai bagian dari sistem listrik nasional, terutama untuk menunjang energi baru dan terbarukan.
"Jadi baterai ini digunakan untuk membantu intermitensi dari pembangkit EBT, melakukan stabilisasi grid (jaringan listrik) dan meningkatkan keandalan, begitu juga untuk back-up power daya cadangan," ujarnya.
Sistem penyimpanan energi, kata dia, sudah banyak digunakan di China dan Amerika Serikat. Jadi, listrik yang dihasilkan dari EBT tidak langsung dialirkan melalui jaringan listrik tapi dari baterai sehingga tidak mengganggu jaringan listrik itu sendiri.
"Jadi, energy storage system merupakan satu hal yang sangat penting untuk kita implementasikan di Indonesia," tuturnya.
3. Sebanyak 56 gigawatt energy storage system beroperasi di 2060

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menekankan pentingnya kemajuan teknologi untuk mengembangkan energi baru dan terbarukan.
"Misalnya, sistem teknologi penyimpanan, yang berkembang pesat di sektor pembangkit tenaga listrik dan transportasi," kata Arifin dalam keterangan tertulis belum lama ini.
Arifin menyebut, dalam peta jalan NZE Indonesia, lebih dari 56 gigawatt BESS dan ratusan juta kendaraan listrik akan beroperasi pada 2060.
"Ini membuka ruang yang sangat besar dan potensial untuk investasi. Dibutuhkan lebih dari 40 miliar dolar AS pendanaan untuk program ini," tambahnya.