Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Gejolak di Pasar Keuangan, BI: Semoga Dolar AS Tidak Menguat Lagi

Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers RDG edisi Novemer. (IDN Times/Triyan).

Jakarta, IDN Times - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut ketidakpastian global masih meningkat sehingga masih banyak tantangan yang akan dihadapi, terutama dalam pasar keuangan.

Ia menjelaskan berbagai negara tengah dihadapkan pada fenomena penguatan dolar atau strong dolar. Kondisi ini pun memberi tekanan depresiasi nilai tukar pada mata yang di berbagai negara. 

"Strong dolar, dolar AS kuat dari 101 ke 107 mengakibatkan depresiasi nilai tukar dunia termasuk rupiah," ungkap Perry Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Gedung BI Jakarta Pusat, Jumat malam (29/11/2024).

Penguatan dolar dipicu oleh beberapa hal, antara lain terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS, seiring dengan kebijakan America First yang dapat mengubah situasi global bahkan menurunkan prospek ekonomi global.

Sementara itu surat utang AS tenpr 10 tahun pun malambung tinggi ke 4,7 persen pada 2025 dan 5 persen di 2026.

"Semoga dolar AS tidak menguat lagi," ucapnya.

Menurutnya berbagai gejolak global pun akan berimbas negatif pada keluarnya aliran modal asing dari pasar keuangan negara berkembang ke Amerika.

"Akibatnya pelarian modal dari emerging market ke Amerika. Karena tingginya suku bunga dan kuatnya dolar. Berbagai gejolak global tersebut berdampak negatif ke berbagai negara Indonesia tidak terkecuali jadi ini perlu kita antisipasi," tegasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Triyan Pangastuti
EditorTriyan Pangastuti
Follow Us