Jakarta, IDN Times – Bursa mata uang digital (cryptocurrency) Coinbase Global akhirnya go public pada Rabu sore (14/4/2021) dengan valuasi mencapai hampir 100 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp1.400 triliun.
Kesuksesan itu dicapai di tengah lonjakan permintaan dan harga untuk bitcoin, ethereum, dan mata uang digital lainnya.
Saham Coinbase mulai diperdagangkan di 381 dolar AS per saham, naik lebih dari 50 persen dari harga referensi untuk sahamnya yang sebesar 250 dolar AS per saham.
Harga sahamnya dengan cepat melonjak ke level tertinggi hampir 430 dolar AS sebelum turun lagi hingga ditutup pada sekitar 328 dolar AS per saham, atau lebih tinggi 30 lebih dari harga referensi.
Dengan harga itu, Coinbase memiliki valuasi sekitar 86 miliar dolar AS.
Perusahaan mencatatkan sahamnya langsung di Nasdaq, bukan menjual saham baru melalui penawaran umum perdana (initial public offering/IPO). Cara ini pernah dilakukan sebelumnya oleh sejumlah perusahaan, termasuk Roblox, Palantir, dan Spotify.
Banyak pengamat pasar memperkirakan harga saham akan naik tajam dari harga referensi 250 dolar AS karena perusahaan sudah untung, di mana penjualan meningkat pesat dan jumlah pelanggan terus bertambah.
“Ketika membahas Coinbase, ini adalah acara crypto tahun ini,” kata Jean-Marie Mognetti, CEO CoinShares, manajer aset digital Eropa yang sahamnya baru-baru ini mulai diperdagangkan di bursa Nasdaq Nordic. “Ini menunjukkan bahwa bitcoin adalah untuk semua orang.”
Menurut CNN, IPO ini juga mengubah CEO Coinbase Brian Armstrong menjadi mega-miliarder. Pada harga penutupan Rabu, 39,6 juta sahamnya bernilai di bawah 13 miliar dolar AS.
“Daftar Coinbase seharusnya membawa perhatian lebih lanjut ke cryptocurrency dan akan membantu melegitimasi lebih lanjut,” kata Rachid Ajaja, CEO AllianceBlock, sebuah perusahaan pasar modal blockchain.
“Anda juga memiliki semakin banyak lembaga keuangan yang masuk ke crypto,” tambahnya.