Guyon Purbaya Ancam Potong Gaji Anak Buah karena Salah Proyeksi

- Kesalahan proyeksi harga minyak mentah
- Indikator ekonomi makro hingga September sesuai dengan asumsi APBN
- Pergerakan rupiah masih dalam batas asumsi
Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menyampaikan candaan terkait kesalahan prediksi data asumsi makro ekonomi 2025 yang dilakukan oleh jajarannya di Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Dalam konferensi pers APBN Kita di Kantor Kemenkeu, Purbaya menyindir Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kemenkeu, Febrio Kacaribu karena terdapat dua kesalahan utama dalam proyeksi yang dibuatnya.
Kesalahan pertama ditemukan ketika Menkeu Purbaya membandingkan realisasi imbal hasil atau yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun yang tercatat sebesar 6,09 persen (end of period) dengan asumsi dalam APBN 2025 yang mematok yield sebesar 7 persen.
"Lebih rendah dibandingkan dengan asumsi APBN yang sebesar 7 persen. Kalau begini, salah asumsinya, ya? Masa miss-nya sampai 1 persen? Kita memang untung, tapi dia (Febrio) berarti kerjanya kurang bagus, melakukan prediksi yang salah," ucap Purbaya.
1. Kesalahan proyeksi harga minyak mentah

Kemudian kesalahan kedua terjadi pada proyeksi harga minyak mentah. Dalam APBN 2025, asumsi harga minyak ditetapkan sebesar 82 dolar AS per barel, sementara realisasinya per akhir periode mencapai 66,81 dolar AS per barel.
Meski kondisi riil harga minyak yang lebih rendah ini memberikan ruang fiskal untuk meringankan beban subsidi energi, Menkeu Purbaya menegaskan prediksi tersebut tetap tidak tepat.
"Ini salah lagi prediksinya. Bagus, kita untung, cuma gaji kamu (Febrio) tetap dipotong. Eh, enggak boleh ngomong begitu ya?" seloroh Purbaya disambut tawa para hadirin.
2. Indikator ekonomi makro hingga September sesuai dengan asumsi APBN

Secara umum, Purbaya menegaskan realisasi indikator ekonomi makro hingga September 2025 berada pada lintasan yang sejalan dengan asumsi dalam APBN, dengan beberapa indikator menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan perkiraan awal. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal II tercatat sebesar 5,12 persen, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun 2024 yang sebesar 5,03 persen.
“Pertumbuhan ini didorong oleh konsumsi rumah tangga yang resilient serta investasi, terutama di sektor konstruksi dan realisasi industri yang tetap menjadi motor utama perekonomian. Inflasi umum terkendali di level 2,65 persen sampai dengan September, sedikit lebih tinggi dibanding target 2,5 persen, namun masih berada dalam rentang sasaran,” tuturnya.
Sementara itu, inflasi pada komponen volatile food memang mengalami lonjakan sementara, namun hal ini dapat direspons dengan penguatan intervensi harga dan stabilisasi harga yang diatur pemerintah.
3. Pergerakan rupiah masih dalam batas asumsi

Kemudian nilai tukar rupiah bergerak relatif stabil di level Rp16.534 per dolar AS, masih sesuai dengan asumsi APBN sebesar Rp16 ribu per dolar AS. Meskipun penguatan dolar global dan tensi geopolitik menjadi tantangan, fundamental domestik tetap kuat.
“Saya yakin pada triwulan keempat nanti, begitu para investor mengetahui bahwa arah pertumbuhan ekonomi semakin membaik, modal asing akan kembali masuk ke Indonesia dan rupiah akan cenderung menguat dari posisi sekarang,” ucapnya.