India Dipaksa Buka Pasar untuk Amazon dan Walmart

- Pemerintahan AS mendorong India untuk memberikan akses penuh kepada raksasa e-commerce seperti Amazon dan Walmart di pasar senilai 125 miliar dolar AS.
- Trump menangguhkan tarif sebesar 26 persen terhadap ekspor India ke AS selama 90 hari untuk membuka ruang dialog, menilai regulasi India sebagai hambatan non-tarif.
- India berupaya meningkatkan perdagangan bilateral dengan AS hingga 500 miliar dolar AS, sementara rupee melemah akibat ancaman tarif AS dan perang dagang AS-Tiongkok.
Jakarta, IDN Times - Financial Times melaporkan bahwa pemerintahan Presiden AS Donald Trump mendorong India untuk memberikan akses penuh kepada raksasa e-commerce seperti Amazon dan Walmart di pasar senilai 125 miliar dolar AS (Rp2,1 kuadriliun). Dalam laporan pada Selasa (22/4/2025), FT menulis bahwa tekanan ini muncul di tengah negosiasi kesepakatan perdagangan AS-India yang mencakup berbagai sektor, mulai dari pangan hingga otomotif.
Langkah ini dipicu oleh ancaman tarif sebesar 26 persen terhadap ekspor India ke AS, yang kini ditangguhkan selama 90 hari sejak 9 April 2025, untuk membuka ruang dialog. Pemerintahan Trump menilai regulasi India yang membatasi operasi Amazon dan Walmart sebagai hambatan non-tarif, menciptakan ketidaksetaraan dengan perusahaan lokal seperti Reliance Retail.
1. Tekanan tarif dan negosiasi perdagangan
Pemerintah AS mendesak India untuk menghapus pembatasan yang menghalangi Amazon dan Walmart menjual inventaris mereka secara langsung kepada konsumen. Saat ini, kedua perusahaan hanya boleh beroperasi sebagai platform pasar bagi penjual pihak ketiga, sementara Reliance Retail milik Mukesh Ambani bebas membuka toko fisik dan memanfaatkan jaringan ritelnya yang luas.
Wakil Presiden AS JD Vance bertemu dengan Perdana Menteri India Narendra Modi pada Senin (21/4/2025) untuk membahas kesepakatan perdagangan ini.
“Sejak 2006, AS berupaya membuka pasar domestik India, namun selalu terhambat,” ujar Arvind Singhal, Ketua Technopak Advisors, dikutip dari Financial Times.
Tekanan ini diperkuat oleh lobi eksekutif industri dan pejabat AS yang menuntut kesetaraan dalam perdagangan digital. Walmart, yang memiliki Flipkart, dan Amazon kini menghadapi tantangan tambahan berupa inspeksi ketat oleh Biro Standar India terhadap produk di gudang mereka.
2. Dampak pada pasar e-commerce India
Pasar e-commerce India, yang bernilai 125 miliar dolar AS (Rp2,1 kuadriliun), diprediksi akan tumbuh signifikan dalam dekade mendatang. Namun, regulasi ketat India, termasuk batasan investasi asing di sektor ritel, telah lama melindungi pemain lokal.
Jika AS berhasil memaksa perubahan aturan, Amazon dan Walmart berpotensi mendominasi pasar, mengancam 90 juta pedagang kecil yang menjadi tulang punggung ekonomi India. Laporan Reuters pada Selasa (22/4/2025) mencatat bahwa kedua perusahaan belum memberikan tanggapan resmi terkait isu ini.
“Pembukaan sektor e-commerce untuk raksasa AS dapat menghancurkan pedagang kecil kami,” kata Praveen Khandelwal, Sekretaris Jenderal Konfederasi Pedagang Seluruh India, dilansir dari Reuters.
Sementara itu, Flipkart, yang didukung Walmart, baru saja memindahkan domisili dari Singapura ke India untuk mendapatkan manfaat pajak, namun tetap terkendala aturan yang membatasi penjualan langsung.
3. Strategi AS dan respons India
Pemerintahan Trump menjadikan e-commerce sebagai salah satu fokus utama dalam negosiasi perdagangan, dengan Walmart dan Amazon dilibatkan secara aktif dalam perumusan strategi. CEO Walmart Doug McMillon bahkan telah mengangkat isu pembatasan e-commerce India dalam pertemuan dengan Trump di Mar-a-Lago.
Sementara itu, India berupaya meningkatkan perdagangan bilateral dengan AS hingga 500 miliar dolar AS (Rp8,4 kuadriliun), lebih dari dua kali lipat volume saat ini, dikutip dari Channel News Asia.
“India harus bernegosiasi dengan AS dan Tiongkok secara setara, berdasarkan kepentingan ekonomi dan otonomi strategis,” ujar perwakilan Global Trade Research Initiative, dikutip dari Reuters.
Ancaman tarif AS dan potensi perang dagang AS-Tiongkok turut memengaruhi nilai tukar rupee, yang melemah 4 paise menjadi 85,19 terhadap dolar AS pada Selasa (22/4/2025). India kini berada di persimpangan antara melindungi pasar lokal dan memenuhi tuntutan mitra dagang terbesarnya.