Jatuh Bangun Achmad Zaky Rintis Bukalapak hingga Akhirnya Undur Diri

Selalu berinovasi, jangan mudah berpuas diri

Jakarta, IDN Times - Achmad Zaky memutuskan mundur dari posisinya sebagai Chief Executive Officer Bukalapak. Posisinya digantikan Muhammad Rachmat Kaimuddin. Pengumuman perubahan disampaikan manajemen Senin sore, (9/12), dan  efektif berlaku 6 Januari 2020.

Zaky merupakan tokoh sentral dalam kemajuan Bukalapak. Menilik perjalanan panjang Zaky di Bukalapak, ada sebuah konsep mengendap dalam dirinya hingga akhirnya startup e-commerce berbasis marketplace itu lahir sembilan tahun yang lalu.

Teknologi akan terus berkembang pesat. Selalu berinovasi dan tidak mudah berpuas diri menjadi hal krusial untuk terus bertahan.

Itulah pemikiran yang mendasarinya berkembang bersama Bukalapak. Kendati telah akrab dengan dunia teknologi sejak sekolah dasar, Zaky mengakui, mendirikan perusahaan hingga berkembang pesat tak semudah membalikkan telapak tangan. Selalu ada kerikil-kerikil tajam yang menghadangnya setiap saat.

Sebelum mendirikan Bukalapak.com, lulusan Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut mengalami penolakan demi penolakan, saat melamar pekerjaan. Namun, hal itu justru menjadi pemacu semangatnya untuk terus berkembang.

“Kenapa bikin Bukalapak? Karena saya dari kecil suka bikin sesuatu, mungkin spiritnya dateng dari situ. Saya apply beberapa pekerjaan tapi gak diterima, jadi terpaksa melakukan kegiatan yang saya suka aja, salah satunya bikin sesuatu (Bukalapak),” ujar Zaky saat ditemui IDN Times di Kantor Bukalapak, Jakarta Selatan, baru-baru ini.

1. Bukalapak lahir di sebuah kos-kosan

Jatuh Bangun Achmad Zaky Rintis Bukalapak hingga Akhirnya Undur DiriInstagram/@achmadzaky

Pria kelahiran Sragen, Jawa Tengah, 24 Agustus1986 tersebut mengatakan, Bukalapak didirikan pada awal 2010 di sebuah kos-kosan. Bersama seorang teman kuliahnya, Zaky mulai merintis masa depan Bukalapak. Saat itu, mereka sama sekali tak berekspektasi muluk-muluk terhadap bisnis e-commerce tersebut.

“Kami ngerjain sesuatu yang kami suka aja. Karena dari satu kosan, yang kami lakukan waktu itu beneran fokus. Mungkin gak ada duitnya, mungkin gak digaji, tapi somehow ada kepuasan batin, ada ketenangan, dan seneng bisa ngasih impact ke banyak orang,” kenang Zaky.

Menurut Zaky, menjadi seorang software engineer adalah yang menyenangkan. Selain hobi otak-atik teknologi, menghasilkan karya yang bermanfaat bagi banyak orang, adalah salah satu impiannya.

“Gak punya ekspektasi ini akan besar dalam waktu sesingkat ini. Ternyata takdir berkehendak lain, lingkungan berubah sangat cepat, pertumbuhan luar biasa, sampai Bukalapak besar, sekarang udah delapan tahun berjalan,” jelas dia.

Sejak didirikan, Bukalapak berkembang sangat pesat dalam tiga tahun terakhir. Setahun awal berdiri, Zaky menjelaskan, pertumbuhannya terbilang lumayan. Setiap hari, sedikitnya ada 10 ribu kunjungan.

“Untuk ukuran website di 2011 itu udah masuk top, second lah,” kata Zaky.

Baca Juga: Airlangga Hartarto Puji Bukalapak.com, Perusahaan Dengan Nilai Rp13 Triliun

2. Platform Bukalapak hanya bermodal Rp80 ribu

Jatuh Bangun Achmad Zaky Rintis Bukalapak hingga Akhirnya Undur DiriInstagram/@achmadzaky

Sebelum memutuskan mendirikan Bukalapak, Zaky dan kawannya melakukan riset produk internet sesuai kebutuhan masyarakat Indonesia. Dia melihat, dari 100 website yang ada di Indonesia, 99 di antaranya adalah buatan luar negeri.

“Gak ada buatan Indonesia, jadi menurut saya Indonesia ini butuh produk (internet) buatan Indonesia sendiri. Terus saya benchmark di luar di negari kebanyakan search engine, sosial media, saya gak mungkin bikin dua itu. Terus ada kayaknya ruang kosong di e-commerce, belum ada nih, tapi e-commerce bentuknya seperti apa? Kemudian kami mulai lakukan riset,” kata Zaky.

Menurut dia, di Indonesia ada banyak pengusaha cilik. Ciri-ciri struktur bisnis di Indonesia biasanya berupa perusahaan besar dan perusahaan kecil. Jarang ada perusahaan kelas menengah dengan karyawan 100-an orang.

“Jumlah pengusaha kecil katanya puluhan juta, saya riset itu. Jadi ini potensi, nih. Selain itu, masalah biaya juga main di usaha cilik, bentuknya platform, gak jualan langsung, jadi biayanya sangat minimal. Cocok lah (platform) dikerjakan dua orang. Dua alasan itu sih yang membuat kami melanjutkan dengan konsep platform, isinya usaha-usaha cilik on top of the platform, terus e-commerce jual produk. Saya kira konsep awalnya seperti itu,” ungkap Zaky.

Penggunaan nama Bukalapak pun melalui proses panjang. Zaky dan kawannya mengumpulkan 100 calon nama platform, lalu dipilah-pilah yang sesuai dengan modal. Lantaran tak punya banyak uang, mereka memilih harga domain yang paling murah.

“Bukalapak masuk dalam shortlist. Karena kami gak punya duit ya, jadi cari domain yang betul-betul murah. Nah, Bukalapak itu harga domainnya Rp80 ribu, cocok nih karena sesuai dengan spirit-nya juga. Kalau lapak kan usaha cilik ya, kesannya kalau buka itu gratis,” tutur Zaky, tersenyum.

Baca Juga: Bukalapak Segera Bangun Pusat Riset di 4 Kota

Jatuh Bangun Achmad Zaky Rintis Bukalapak hingga Akhirnya Undur DiriIDN Times/Sukma Shakti

3. Sempat terpikir menutup Bukalapak karena tak ada harapan

Jatuh Bangun Achmad Zaky Rintis Bukalapak hingga Akhirnya Undur DiriInstagram/@achmadzaky

Tahun-tahun awal perjalanan Bukalapak terasa cukup berat. Zaky bahkan sempat terpikir menutup Bukalapak, lantaran dinilai tak ada harapan. 

Selain terbentur masalah keuangan, tak ada talent yang sudi bekerja di start up sekecil itu. Mulanya, Zaky dan kawannya sangat bersemangat, namun lambat laun terbentur realitas-realitas yang ada. Apalagi, kedua orangtua Zaky adalah guru yang memiliki pandangan konservatif terhadap suatu pekerjaan.

“Calon mertua nanya (kerjaan), temen-temen kerja di perusahaan besar, lah kami bikin Bukalapak, ini apaan? Dikiranya jualan di pinggir jalan. Jadi sempet 2011 berpikiran untuk menutup Bukalapak. Karena ya tadi, cash-nya gak ada, terus kami butuh masa depan yang pasti,” kata Zaky.

Namun, Zaky mengurungkan niatnya saat melihat jumlah user Bukalapak yang mencapai 10 ribu. Ribuan pedangang kecil tersebut sangat loyal dengan Bukalapak. Bahkan, beberapa dari mereka juga menyumbang untuk beli server.

“Mereka gak kenal lelah, mereka inspirasi kami. Mereka aja semangat, masa kami tutup? Nanti hilang juga pendapatan, jadi dari situlah kami coba bangkit lagi. Tujuan Bukalapak itu mulia, kalau kita kerja di perusahaan lain, biasanya kita jadi bagian kecil dari sebuah organisasi yang sangat besar. Nah, kalau ini kami benar-benar dibutuhkan di organisasi ini ke depannya,” ujar dia.

Beberapa bulan setelah rencana penutupan Bukalapak, datanglah seorang investor dari Jepang. Investor tersebut mempercayakan uang Rp2 miliar padanya, sontak harapan demi harapan kembali bangkit. Rupanya, Bukalapak mulai eksis di internet hingga memicu ketertarikan investor.

“Investor Jepang dateng ke kosan kan. Dia ngasih Rp2 miliar di saat kami gak punya duit. Wah ini harapan baru nih. Dari situ mulai bangkit, ya semangat nya luar biasa. Setelah kami ambil pendanaan itu, kami rekrut beberapa tim 7-10 orang, dikit dulu. Ya, seperti itulah harapan pertama yang bikin kami agak sedikit tumbuh walau pun belum full seperti sekarang,” tutur Zaky.

4. Karyawan Bukalapak kini mencapai 2.000 orang

Jatuh Bangun Achmad Zaky Rintis Bukalapak hingga Akhirnya Undur DiriInstagram/@achmadzaky

Hingga saat ini, karyawan Bukalapak telah mencapai 2 ribu orang. Tentu pencapaian tersebut tidak didapatkan dengan mudah. Apalagi, hampir semua karyawan Bukalapak adalah anak-anak millennials yang memiliki banyak ide cemerlang.

Oleh sebab itu, Zaky tak pernah menerapkan sistem kepemimpinan otoriter. Sebaliknya, dia sering membaur dengan karyawan, misalnya mengobrol santai saat jam makan siang.

“Iya, banyak millennials. Kalau saya gayanya lebih ke trust. Buat apa kita rekrut karyawan kalau kita nyuruh-nyuruh karyawan? Mereka udah pinter sebenernya, udah tahu what to do. Saya sih sangat yakin karena mereka pinter-pinter, gajinya gede-gede, masa kita repot-repot sih tiap hari nanyain ‘Kamu ngapain? Kamu ngapain?’ Terlalu operasional,” ungkap dia.

Karena itu, lanjut Zaky, dia lebih mengedepankan tukar pikiran dengan semua karyawannya. Dengan demikian, semua tim bisa merasa memiliki gagasan dan turut mengeksekusi ide tersebut.

5. Ingin merambah bisnis lain di luar e-commerce

Jatuh Bangun Achmad Zaky Rintis Bukalapak hingga Akhirnya Undur DiriInstagram/@achmadzaky

Kendati telah sukses membangun Bukalapak dari nol, Zaky tak ingin berpuas diri. Dia masih memiliki banyak impian untuk Bukalapak. 

Menurut dia, Bukalapak tak kalah baik dengan deretan start up besar di luar negeri, seperti Facebook dan Google. Dalam 5-10 tahun ke depan, dia ingin Bukalapak bisa merekrut puluhan ribu karyawan, serta bisa membayar pajak besar untuk negara.

“Sekarang karyawan kami cuma 2 ribu. Ngelihat perusahaan-perusahaan bank gitu karyawannya 30 ribu,  20 ribu, besar sekali gitu loh manfaatnya bagi orang. Kami inginnya tidak hanya merasuk ke bisnis e-commerce saja nanti, tapi ke bisnis-bisnis lain yang masih berhubungan seperti financing, logistic atau payment," kata dia. 

Menurut Zaky masih banyak sektor yang bisa dikembangkan melalui Bukalapak, untuk mengekspor bidang-bidang baru yang butuh distribusi. Menurut dia distribusi sangat baik untuk Indonesia, karena setiap distribusi menciptakan efisiensi bagi negara.

Semoga kisah Zaky bisa menjadi inspirasi buat kita, ya guys.

Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App, unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb

Baca Juga: [BREAKING] Achmad Zaky Mundur dari  Bukalapak

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau
  • Rochmanudin
  • Anata Siregar
  • Bella Manoban

Berita Terkini Lainnya