Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Inggris Kejar Kesepakatan Investasi Mineral Kritis dengan Zimbabwe

Bendera Inggris (freepik.com/wirestock)
Bendera Inggris (freepik.com/wirestock)

Jakarta, IDN Times - Inggris dan Zimbabwe kembali menjalin hubungan diplomatik yang sempat renggang hampir tiga dekade. Pemulihan hubungan ini didorong oleh lonjakan permintaan global terhadap mineral kritis, yang memicu Inggris untuk mengejar kesepakatan investasi dengan Zimbabwe.

Pada Juni 2025 , Menteri Inggris untuk Afrika, Lord Ray Collins, melakukan kunjungan resmi ke Zimbabwe dan bertemu langsung dengan Presiden Zimbabwe, Emmerson Mnangagwa beserta para pemimpin senior negara tersebut.

Pertemuan langka ini menjadi momentum penting setelah bertahun-tahun hubungan kedua negara memburuk. Collins menyatakan bahwa kunjungannya merupakan misi untuk pertumbuhan ekonomi yang bisa membawa keuntungan bersama bagi kedua negara.

1. Kunjungan Menteri Inggris dan pertemuan tingkat tinggi di Harare

Kunjungan Menteri Inggris untuk Afrika, Lord Ray Collins ke Zimbabwe merupakan langkah signifikan dalam pemulihan hubungan diplomatik antara Inggris dan Zimbabwe setelah bertahun-tahun mengalami ketegangan.

"Kami ingin membangun kemitraan yang saling menghormati dan berorientasi pada keuntungan bersama," ujar Lord Collins, dilansir Zimbabwe Situation.

Dalam pertemuan tersebut, Lord Collins menegaskan pentingnya peningkatan hubungan perdagangan dan investasi antara kedua negara, terutama di sektor mineral kritis yang diminati secara global.

"Hubungan bilateral kami dengan Inggris kini berada pada jalur yang kuat dan positif, didasarkan pada sejarah bersama dan ikatan ekonomi." menurut Duta Besar Zimbabwe di Inggris.

Pertemuan ini juga mendorong peningkatan kerja sama di bidang politik, sosial, budaya, dan akademis sebagai bagian dari strategi diplomasi ekonomi Zimbabwe.

2. Nilai strategis mineral kritis bagi Inggris dan Zimbabwe

Pada 2025, Zimbabwe menjadi fokus strategis Inggris dalam rangka diversifikasi rantai pasokan mineral kritis, terutama litium yang sangat dibutuhkan untuk teknologi energi hijau dan kendaraan listrik.

"Cadangan litium Zimbabwe memberikan peluang berharga bagi Inggris untuk mengurangi ketergantungan pada produsen utama dan memperkuat posisi dalam pasar global." ujar analis Afrika senior, Zaynab Hoosen, dilansir Bloomberg.

Kebijakan Zimbabwe yang melarang ekspor litium mentah sejak 2022 menjadikan pengolahan lokal sebagai prioritas, sejalan dengan dorongan Inggris untuk meningkatkan nilai tambah.

Kerjasama ini tidak hanya terkait ekstraksi mineral, tetapi juga melibatkan pengembangan teknologi maju, standar kepatuhan lingkungan (ESG), dan pembangunan infrastruktur.

Proyek pembangkit listrik tenaga surya Vungu dengan kapasitas 30 megawatt menjadi contoh integrasi antara pertambangan mineral kritis dan energi terbarukan, yang dianggap sebagai fondasi ganda untuk transisi energi dan keamanan energi oleh kedua negara.

3. Pergeseran diplomasi Inggris dan peluang investasi besar

Kunjungan Lord Ray Collins juga menandai sikap Inggris yang lebih lunak dan pragmatis terhadap Zimbabwe setelah bertahun-tahun hubungan yang sulit, terutama di era pemerintahan Robert Mugabe. Inggris kini menyoroti peluang investasi besar di Zimbabwe yang diperkirakan mencapai nilai 1 miliar dolar AS (Rp16,2 triliun).

Strategi ini merupakan bagian dari kebijakan baru Inggris yang berfokus pada kemitraan komersial yang saling menguntungkan di sektor penting seperti pertambangan, energi terbarukan, pertanian, dan telekomunikasi.

"Kami melihat Zimbabwe sebagai mitra strategis yang dapat kami andalkan dalam mengembangkan sumber daya mineral kritis," ujar Lord Collins.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us